Pemeriksaan Kesehatan Calon Ibu

By Faras, Sabtu, 21 Juni 2014 | 13:00 WIB
Pemeriksaan Kesehatan Calon Ibu (Faras)

Pemeriksaan prahamil bertujuan agar ibu dapat menjalani kehamilan sehat dan tanpa keluhan yang berarti, atau sederhananya, bayi dan calon ibu sama-sama sehat, sehingga dapat menghasilkan generasi atau keturunan yang berkualitas. Pemeriksaan prahamil dapat dilakukan kurang lebih 3—6 bulan sebelum kehamilan. Pertimbangannya, bila perlu melakukan terapi atau pengobatan dapat dipersiapkan jauh hari sebelum kehamilan.

 

PEMERIKSAAN PADA CALON IBU

Umumnya, calon ibu akan menjalani serangkaian pemeriksaan prahamil berikut ini:

  1. 1.  Hormon reproduksi.

Untuk mengetahui ketidakseimbangan produksi hormon yang dapat memengaruhi proses reproduksi. Hormon reproduksi yang diperiksa adalah FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone). Keduanya adalah hormon yang memengaruhi pematangan dan lepasnya telur dari indung telur.

  1. 2.  Infeksi virus dan parasit.

TORCH singkatan dari Toksoplasma, Rubela, Sitomegalovirus, dan Herpes Simpleks Virus. Iinfeksi TORCH dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir prematur, atau bahkan kelainan bawaan pada bayi. Itulah mengapa, pemeriksaan TORCH harus dilakukan sebelum hamil, tepatnya 2—3 bulan sebelum kehamilan. Bila sudah jauh-jauh hari dilakukan dikhawatirkan malah tidak terdeteksi ketika tiba-tiba terinfeksi.

Hepatitis B dan C merupakan penyakit yang ditularkan melalui darah dan kontak seksual. Bila hasil pemeriksaan HBsAg (-), Anda sebaiknya menjalani vaksinasi  sebelum hamil. Penyuntikan dilakukan 3 kali untuk memastikan kadar antibodi yang terbentuk cukup dan bertahan seumur hidup. Sedangkan bila HBsAg (+), berarti Anda tak boleh malakukan vaksinasi tetapi bayi Anda harus segara divaksinasi setelah lahir.

Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menulari bayinya. Karenanya, pemeriksaan ini penting dilakukan sebelum merencanakan kehamilan.

Infeksi klamidia dapat menyebabkan kehamilan ektopik (hamil di luar kanduangan) dan kemandulan lantaran terjadinya sumbatan di tuba fallopii. Infeksi ini biasanya ditandai rasa sakit ketika berhubungan seks.

  1. 3.  Pemeriksaan darah rutin.

Meliputi kadar hemoglobin, hematokrit, sel darah putih (leukosit), dan faktor pembekuan darah (trombosit). Tujuanya untuk mengetahui apakah calon ibu mengalami anemia, infeksi, atau ganguan faktor pembekuan darah.

  1. 4.  Golongan darah dan Rhesus.

Setiap orang terlahir dengan golongan darah (A, B, AB, atau O) dan faktor Rhesus (+) atau (-). Sekitar 90% perempuan Asia memiliki Rhesus (+). Masalah akan timbul bila ibu memiliki Rhesus (-) dan ayah memiliki Rhesus (+), sementara si janin memiliki Rhesus (+). Persilangan kedua rhesus dapat mengakibatkan keguguran berulang karena sel darah ibu akan memakan sel darah janin yang bisa mengakibatkan kematian pada janin.

  1. 5.  Histerosalpingografi (HSG).

Pemeriksaan radiologi ini bertujuan untuk melihat saluran indung telur. Bila saluran indung telur mengalami gangguan dapat memengaruhi proses reproduksi.