Normal Bila Ibu Hamil Alami Gangguan Gigi dan Gusi

By Ipoel , Senin, 14 Agustus 2017 | 01:30 WIB
Gangguan gigi saat hamil (Saeful Imam)

nakita.id - Gusi (mudah) berdarah merupakan gejala penyakit radang gusi (gingivitis), selain gejala lainnya, seperti gusi bengkak, gusi tampak kemerahan, terasa sakit, dan ada gigi yang goyang/lepas.

Penyakit akibat infeksi yang terjadi pada gusi ini umumnya muncul karena kesehatan dan kebersihan mulut yang tidak dijaga dengan baik.

Sementara penyebab lainnya adalah cara menyikat gigi yang salah, tekanan pada gusi, merokok, serta pengaruh hormonal. 

Radang gusi yang terjadi pada ibu hamil, seperti yang dijelaskan dr. Boy Abidin, SpOG., dari RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, lebih disebabkan faktor hormonal. 

Seperti diketahui, perubahan hormon semasa kehamilan dapat menyebabkan berbagai perubahan pada diri ibu yang tengah berbadan dua ini. Contoh, ibu jadi kerap mengalami mual-muntah di pagi hari (morning sickness)  atau ibu mengalami perubahan fisik secara bertahap.

Nah, yang paling dominan, perubahan hormonal bisa berdampak pada saluran pencernaan ibu hamil; dari mulut, lambung, usus, sampai anus.

Karena itulah, saat ibu berbadan dua, akibat pengaruh hormonal seperti yang dijelaskan tadi, pada bagian mulutnya akan terjadi pelebaran serta perlunakan pembuluh darah yang ada pada gusi.

Inilah mengapa gusi ibu hamil akan lebih mudah berdarah.

Kondisi ini akan diperparah jika yang bersangkutan sebelumnya tidak memiliki kebersihan gigi dan mulut yang terjaga baik.

Selain gusi berdarah, tercatat sekitar 5-10% ibu selagi mengandung pun kerap mengalami pembengkakan gusi (epulis gravidarum) atau pregnancy tumor.

Epulis gravidarum  biasanya terjadi pada gusi di antara dua gigi (interdental) dan terutama gigi depan. 

Pembengkakan yang terjadi dapat berkembang dengan cepat, meskipun umumnya diameter bengkaknya/lesinya berukuran tidak lebih dari 2 cm.  

Perubahan-perubahan pada gusi tersebut sering kali muncul/dialami pada trimester awal kehamilan.

Kondisi ini biasanya akan sembuh secara berangsur-angsur setelah ibu melahirkan, kecuali pada ibu dengan kondisi penyakit radang gusi yang cukup berat, penyakit ini akan lebih lama menetap.

Boy menjelaskan, kondisi radang gusi yang tidak ditangani akan memburuk dan dapat menjadi periodontitis;  suatu kondisi dimana terjadi kerusakan jaringan penyangga gigi.

Hal ini ditandai dengan pembengkakan gusi, terdapatnya celah antara gigi dan gusi, serta gusi turun.

Di celah antara gigi dan gusi umumnya bakteri akan bersarang. 

Lama kelamaan, sekali lagi bila kondisi ini tidak ditangani, selain gusi yang menjadi rentan terkena infeksi, tulang yang menjadi landasan pun akan sangat rentan dan membuat  kedudukan gigi jadi goyang atau bahkan lepas.

Bila sampai terjadi infeksi, bakteri bisa menjalar masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebabkan gangguan berupa stroke, diabetes, dan jantung.