Yuk, Menari

By Ipoel , Kamis, 21 Maret 2013 | 07:00 WIB
Yuk, Menari (Ipoel )

Manusia adalah makhluk bermain, karenanya manusia juga makhluk menari. Anak laki-laki ataupun perempuan pada dasarnya suka menari mengikuti irama yang menarik hati. Lihatlah bagaimana si kecil di usia bayi mulai menggoyang-goyangkan tangannya, lalu di usia batita mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya, hingga di usia prasekolah ia sudah mampu mengoordinasikan seluruh anggota tubuhnya dalam rangkaian gerak sederhana. Menari merupakan aktivitas menyenangkan bagi anak. Saat mendengar musik yang disukainya, anak-anak akan menari dengan gaya sesuka hati bak seorang koreografer. Anak-anak yang mampu mengekspresikan diri lewat menari juga menunjukkan kualitas rasa percaya diri yang baik.

Jadi, biarkan saja anak menari-nari karena sejatinya banyak sekali manfaatnya  bagi si prasekolah. Ditambah, bila orangtua ingin tahu soal bakat anak, beragam pengalaman seperti menari ini, bisa menjadi pembuktian apakah si kecil mempunyai bakat menari atau tidak. Aktivitas menari penting diperkenalkan kepada anak-anak prasekolah mengingat kecenderungan umum orangtua sekarang yang mementingkan stimulasi kecerdasan akademis pada anak termasuk kemampuan logika, analisis, dan penalarannya. Sementara sering kali terlupakan perlunya mengasah kemampuan di segi-segi kreativitas, imajinasi, intuisi dan seni. Padahal keduanya patut diseimbangkan. Menari bisa menjadi penyeimbang dari segi intuisi dan seni. Bahkan ada beberapa hal lain yang dapat diasah lewat aktivitas ini, yaitu;

• Fisik motorik dan gerak tubuh.

Anak prasekolah umumnya mempunyai banyak energi dan ini bisa disalurkan lewat kegiatan menari. Kegiatan menari memerlukan ketahanan fisik, gerakan-gerakan tubuh seperti tangan dan kaki, persendian dan otot-otot, koordinasi anggota tubuh. Dengan bergerak menari anak akan terasah keterampilan motoriknya dan juga kelenturan tubuhnya.

• Kreativitas.

Setiap anak memiliki potensi kreativitas yang perlu dikembangkan. Saat menari, anak diberi kesempatan untuk berkreasi dengan gerakan sekehendak hatinya. Orangtua sangat tidak dianjurkan membatasi atau mengekang daya kreatif anak. Anak belajar dengan caranya sendiri dan setiap aktivitas yang dilakukan merupakan bagian dari proses belajarnya.

• Imajinasi.

Menari juga merangsang imajinasi anak.  Bagaimana anak berimajinasi dengan gerak tubuhnya, dengan alat peraga, maupun kostum-kostum yang digunakan. Misalnya, ketika menari dengan berpura-pura menjadi kelinci anak diberi kesempatan mengembangkan imajinasinya tersebut.

• Rasa seni/bermusik.

Tentunya dalam menari ada irama dan lagu. Gerakan yang dilakukan anak disesuaikan dengan alunan musik tersebut. Bila anak dapat mengikuti gerak dan birama dengan sesuai maka akan menghasilkan tarian yang harmonis.

• Kemampuan auditori-visual-spasial.

Ketika anak menggerakkan anggota tubuh ia memerlukan kemampuan secara auditori (pendengaran), visual (penglihatan), dan spasial (keruangan). Bagaimana harus bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti irama sambil menyelaraskan gerakannya dengan gerakan teman, bergerak ke arah yang disepakati, dan sebagainya.