5 Penyebab Anak Lebih Suka Bermain Sendiri di Rumah

By Ipoel , Minggu, 10 Februari 2013 | 20:00 WIB
Ada beberapa penyebab anak lebih suka main sendiri. (Pixabay/MadalinCalita)

Nakita.id - Di usia ini, umumnya anak sudah pandai bergaul. Tak heran, begitu tiba dirumah seusai sekolah, si kecil masih ingin bersenang-senang dengan teman-temannya.

Entah bermain lego bersama, pergi bermain bola di lapangan, atau bermain boneka di rumah anak tetangga.

Kendati demikian, ada juga anak yang cenderung bermain sendiri  di rumahnya.

Hal ini membuat orangtua heran sekaligus khawatir, mengapa anak saya seperti itu?

Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan anak lebih suka bermain sendiri di rumah, yaitu:

1. Anak memiliki karakter soliter

Ia merasa kurang nyaman berinteraksi dengan orang lain, terlebih saat bermain.

Namun bukan berarti anak tidak mau atau tidak dapat berinteraksi. Hanya saja, ia perlu dibantu orang dewasa secara bertahap agar dapat nyaman saat berteman.

Yang penting diingat, jangan mudah memberikan label pada anak tipe ini seperti anak introver (tertutup), “kuper”, tidak gaul, dan sebagainya.

Jika label itu sudah diberikan, di kemudian hari kecil kemungkinan bagi orang lain untuk mengajaknya bermain di luar rumah.

Ini karena lingkungan sudah menganggap si anak introver (tertutup) atau sulit diajak bermain bersama. Selain juga membuat anak itu sulit keluar rumah.

Terlebih lagi jika anak yang senang main sendiri diolok-olok sebagai anak autisme--salah satu ciri autisme adalah menghindari interaksi sosial dan senang main sendiri. Jadi, hati-hati dengan labeling.

2. Faktor teman

Umumnya karena:

a. Anak merasa kurang cocok atau tidak nyaman dengan karakter atau pembawaan teman yang mengajaknya bermain.

b. Usia teman-temannya terpaut jauh dengan anak, sehingga ia kesulitan atau tidak nyaman saat menjalin hubungan.

Akhirnya, ia pun malas bergaul. Misal, karena usianya paling muda, ia sering dijadikan “anak bawang” oleh teman-temannya.

c. Memiliki “konflik” dengan lingkungan. Anak kecewa dengan lawan mainnya, entah karena dimarahi, dicurangi, disepelekan, dikasari lewat kata-kata atau perilaku, atau pendapatnya kurang diterima, dan sebagainya.

Konflik seperti ini memang rentan terjadi pada anak usia prasekolah, karena mereka masih sangat familier dan berada pada zona hal-hal baik yang diajarkan orangtua dan guru, sehingga saat ada pihak lain yang keluar dari aturan dan norma yang ia pahami, hal tersebut menimbulkan konflik.

3. Kurang tertarik

Permainan yang dimainkan teman-temannya kurang menarik baginya, sementara di rumah tersedia mainan atau permainannya lebih bervariasi, sehingga anak jadi lebih betah bermain sendiri di rumah.

4. Tak terbiasa

Anak tak terbiasa main di luar rumah. Umumnya karena pola asuh dimana orangtua kerap melarang anak bermain di luar rumah.

5. Tidak mood

Anak sedang tidak nyaman, sehingga ia tak mau main di luar. Bisa karena tidak enak badan atau sedang bad mood.

Jadi saat itu dia tidak tertarik untuk berinteraksi dengan orang lain.