Berani Melangkah Siapkan Pendidikan Anak Sejak Dini

By Ipoel , Minggu, 4 September 2016 | 04:16 WIB
Berani Melangkah Siapkan Pendidikan Anak Sejak Dini (Ipoel )

Tabloid-Nakita.com- Yakinlah, setiap anak punya cita-cita dan impian setinggi langit.  Ada yang ingin menjadi bankir, menjadi astronot, dokter, arsitek, dan masih banyak lagi. Nah, tugas orangtualah untuk mewujudkan cita-cita anak di masa depan. Berikan pendidikan dan stimulasi terbaik, serta jangan lupa siapkan dana pendidikan tepat dan efisien jauh-jauh hari. Langkah orangtua hari ini akan menentukan masa depan anak-anak kita kelak. Itulah intisari talkshow kerja sama perusahaan asuransi Allianz dengan tabloid nakita di Hotel Grand Tjokro, Jl Cihampelas, Bandung.

Acara berlangsung Sabtu (3/9) kemarin, sebelum  talkshow dimulai, di luar ruangan ballroom hotel terlihat ramai dan membiru. Para peserta yang sebagian besar berpakaian nuansa biru menyemuti meja registrasi. Mereka terlihat antusias mengikuti talkshow bertema  “Berani Melangkah  Siapkan Pendidikan Anak Sejak Dini” dengan hashtag #DareToLiveMore. Seusai registrasi, peserta yang sebagian besar para ibu itu membubuhkan tanda tangan di backdrop, sekaligus menulis harapan mereka terhadap acara talkshow ini. Sambil menunggu masuk ruangan ballroom, mereka dihibur oleh game-game seru dan menyenangkan. Ada game mirip wheel of fortune, dimana peserta harus  memutar roda berisi berbagai harapan mereka, entah berlibur, punya dana pendidikan anak, dan lainnya. Setelah diputar, peserta akan diberi berbagai pertanyaan yang kalau bisa dijawab akan mendapatkan bingkisan menarik dari Allianz. Masih banyak games yang menarik sekaligus mengundang  gelak tawa serta sarat hadiah.

Berani Melangkah Siapkan Pendidikan Anak Sejak Dini

Usai mengikuti berbagai games di area luar ballroom, peserta pun memasuki ruangan ballroom. Satu per satu kursi di ruangan Orchid 1, 2, dan 3 pun penuh terisi. Peserta duduk dengan posisi round table, dimana satu meja berbentuk bundar, dikelilingi oleh 6-7 kursi. Ada puluhan round table tertata rapi di ruangan ballroom. Panggung dengan backdrop besar berdiri gagah di depannya, di atasnya terdapat tiga kursi dan satu meja untuk para pembicara dan host.

Baca juga tentang pendidikan, teknologi, keuangan, informasi, dan sebagainya di website Nawasiana.

Acara pun dimulai. Host Bayu Oktara pun muncul dan mulai menghangatkan suasana dengan joke-joke segar. “Bandung itu enak buat makan dan tidur, jadi tidak cocok buat ibu yang lagi diet,” tutur Bayu yang diiringi gelak tawa peserta.

Selanjutnya, Bayu mempersilahkan psikolog Vera Itabiliana, Psi. untuk menyampaikan materinya. Vera pun langsung menyapa peserta, “Apa mimpi dan harapan orangtua pada anak-anak?” Tanya Vera kepada para peserta.  “Saya ingin anak bisa belajar di luar negeri,” jawab salah seorang ibu. “Saya ingin anak saya bisa mencapai cita-cita yang diimpikannya,” ungkap ibu yang lain. Baca juga tentang pendidikan, teknologi, keuangan, informasi, dan sebagainya di website Nawasiana.

Vera menuturkan, setiap anak pasti  memiliki mimpi dan cita- cita. “Hal itu sangat positif karena dengan adanya cita-cita, anak bisa memiliki tujuan. Dengan adanya tujuan, ia bisa bekerja keras untuk mencapai cita-citanya tersebut.”

Siapkan Anak Menjadi Manusia Pembelajar

Masih menurut Vera, tugas orangtualah untuk mewujudkan mimpi-mimpi anak. Caranya dengan menyiapkan anak menjadi manusia pembelajar agar bisa mewujudkan mimpi.  Untuk mewujudkan mimpi itu tidak bisa instan dan spontan, melainkan perlu proses sehingga anak mengalami perubahan dan perkembangan. Selanjutnya anak dapat memiliki kompetensi atau keterampilan tertentu. Dalam hal ini, usaha dan latihan sangat diperlukan.

Berani Melangkah Siapkan Pendidikan Anak Sejak Dini

Pertanyaannya, bagaimana agar anak punya kemampuan belajar? Caranya, pastikan orangtua tahu perkembangan anak, sehingga tahu kesiapan dan kematangannya. Bila orangtua tahu kapan sebaiknya anak bisa berjalan, ia bisa memberikan stimulai berjalan terbaik pada anak.  Kemudian, saat usia anak bertambah besar, anak biasanya melakukan peniruan (imitasi). Dalam fase imitasi, pastikan orangtua memberikan model yang baik, sehingga ia punya contoh positif untuk ditiru.