Pantas Saja Mematikan, Ini yang Terjadi Pada Darah Jika Terkena Bisa Ular!

By Fadhila Afifah, Rabu, 20 Juni 2018 | 12:47 WIB
Darah saat terkontaminasi bisa ular dapat menggumpal (Kolase Nakita)

Nakita.id - Tak perlu ditanyakan lagi, ular memang punya reputasi buruk di mata manusia, alias banyak manusia yang takut dengan kehadirannya.

Bukan hanya bentuknya yang menggelikan, ular dianggap bisa mematikan karena bisa beracun dan lilitannya.

Tapi ternyata sebanyak 85% ular di seluruh dunia tidak berbisa, lo, Moms.

BACA JUGA: KM Sinar Bangun Karam di Danau Toba, Ini Cara Selamatkan Diri Saat Kapal Tenggelam!

Bahkan, dari 2.700 spesies ular yang diketahui, hanya sekitar 30 di antaranya yang menimbulkan bahaya bagi manusia.

Namun, mengingat jumlah kerusakan yang dapat ditimbulkan gigitan ular, kita menganggap ular tetap membahayakan dan bisa mengancam keselamatan.

Salah satu ular yang paling mematikan ialah ular berjenis Daboia russelii.

BACA JUGA: Si Kecil Lapar Fisik Atau Emosional, Kenali Dengan Cara Sederhana Ini!

Ular berbisa ini banyak ditemukan di India dan negara-negara sekitarnya. Setiap tahun ular ini bertanggung jawab atas ribuan kematian manusia.

Bagaimana ya bisa ular ini dapat mematikan manusia?

Ternyata bisa ular sangat memengaruhi darah manusia saat terkontaminasi.

Mulanya, pada area gigitan ular akan terasa sakit, meskipun darah baru mulai muncul setelah beberapa menit, dan tekanan darah akan menurun.

Kulit dan otot di dekat gigitan dapat mulai berubah menjadi nekrotik atau s.

BACA JUGA: Ular Ingin Masuk dan Bersemayam di Dalam Rumah, Ternyata Ini Sebabnya!

Hampir sepertiga dari kasus yang tidak diobati, koagulasi intravaskular diseminata (pembekuan darah) dapat terjadi dan menyebabkan kegagalan ginjal dan organ lain, dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian.

Nah, saat darah terkontaminasi oleh racun ular berbisa, akan terjadi penggumpalan darah, Moms.

BACA JUGA: Masih Kecil, Anak Titi Kamal Sudah Diwarisi Villa Mewah di Bali, Intip Yuk

Jelas saja ia dapat merenggut nyawa. Bila bisa menjalar ke aliran darah, perlahan darah tidak mengalir ke seluruh tubuh.

Dalam video ini, menunjukkan reaksi darah saat terkena racun ular berbisa.

Dikutip dari Huffington Post, Dr. Terence M. Davidson, M.D., dari University of California, San Diego School of Medicine, menjelaskan apa yang dapat dilakukan racun dari ular berbisa Russell kepada manusia.

BACA JUGA: Perempuan di Sulawesi Tewas Dimangsa Ular, Panji Si Petualang Beri Komentar Ini

“Di Sri Lanka, Burma dan India, ini bertanggung jawab atas mayoritas insiden gigitan ular.

Itu ular yang sangat berbahaya. Anggota besar dari beberapa spesies dapat dengan mudah memberikan dosis mematikan pada manusia.

Korban biasanya akan mengeluh sakit di tempat gigitan, dan pembengkakan mungkin terlihat," kata Davidson.

Selain gangguan pendarahan, dia mencatat, gejala-gejalanya bisa termasuk gagal ginjal akut, pembengkakan kelopak mata, kesulitan berbicara dan kelemahan umum.

BACA JUGA: Si Kecil Tak Suka Buah? Ikuti 8 “Cara Paksa” Makan Buah Saran Pakar

Meskipun terdengar menakutkan, disisi lain bisa ular bermanfaat untuk manusia.

Para peneliti tertarik untuk mengumpulkan racun ular berbisa untuk pengembangan antivenins, dan juga berharap untuk menggunakan sifat penggumpalan itu sebagai obat untuk pasien trauma dan perdarahan saat operasi.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan tahun lalu di Journal of Biological Chemistry peneliti mencatat penggunaan bisa ular untuk hal-hal yang mengancam dalam kondisi medis.

"Racun ular mengandung sejumlah besar racun yang menargetkan protein dalam platelet," Yonchol Shin, seorang profesor di Universitas Kogakuin kepada ScienceDaily.

BACA JUGA: Tak Muncul di Pernikahan Anaknya Hingga Kini, Ayah Meghan Menangis Menceritakan Soal Menantunya

Beberapa dari racun tersebut mencegah platelet.  Platet ialah

dari pembekuan, yang dapat menyebabkan pendarahan pada korban gigitan ular.

BACA JUGA: Inul Bagikan Foto Gaya Tidur Anak dan Suaminya, Warganet Terpingkal

"Identifikasi target molekuler dari banyak racun ini telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pemahaman kita tentang aktivasi trombosit dan penyakit terkait", tutup Shin.  (*)