Cantik dan Berhati Mulia, Ini Potret Pesona Dokter Amalia yang Mengabdi di Pedalaman Papua

By Erinintyani Shabrina Ramadhini, Rabu, 20 Juni 2018 | 12:42 WIB
Sosoknya viral, ini potret Dokter Amalia yang berjuang dalam pedalaman Papua. (facebook.com/Amalia Usmaianti)

 

Nakita.id - Belakangan ini, jagat dunia maya terhipnotis pada sosok seorang dokter muda bernama Amalia Usmaianti.

Diintip dari akun facebook pribadinya, perempuan berusia 28 tahun ini saat ini bertugas di pedalaman Boven Digoel, Papua.

Amalia bertugas disana sejak Mei 2017 dalam sebuah tim berisi 6 orang.

Tim itu terdiri dari dirinya sebagai dokter umum dan 6 rekannya yang merupakan perawat, bidan, ahli kesehatan lingkungan, ahli gizi, analis kesehatan, dan apoteker.

Lulusan Ilmu Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara itu tengah mengikuti program Nusantara Sehat yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan, dan ditugaskan selama 2 tahun di Puskesmas Ninati, Kabupaten Boven Digoel, Papua.

Melalui facebook, Amalia menceritakan jarak belasan kilometer yang harus ditempuhnya saat menangani warga yang membutuhkan pertolongan.

Tak ketinggalan, ia membagikan foto dirinya dan beberapa rekannya menyusuri jalananan berlumpur di Ninati dengan berjalan kaki.

Terlihat pula air menggenang di beberapa bagian jalan yang ia lalui.

BACA JUGA: Bukan Hanya Romantis, Ini Ragam Manfaat Tak Terduga Berpelukan dengan Pasangan!

"Perjalanan dari puskesmas Ninati menuju Desa Tembutka berjarak 16 km.

Tujuan pusling keesokan hari, awal perjalanan tidak ada keluhan, setelah jalan 7km, pasien pusing, berputar, riw fertigo +.

Saya beri terapi di tengah jalan, pasien masih dibopong berjalan, 400 meteran jalan, pingsan, kami membuat tandu untuk mengangkat pasien, mau kembali ke puskesmas, jarak lebih jauh, dan hari mulai gelap, takut kemalaman dan banyak ular, jadi kami lanjut ke Desa Tembutka.

Pasien tersebut adalah bidan tim kami, yang saya rasa saya akan sebut pasien mengingat ia adalah orang sakit, saya rasa kami hanyalah perantara, agar desa tersebut dapat dilihat oleh dunia luar, bahwa masih ada tempat yang ditinggali masyarakat Indonesia yang jauh dari kita, jauh dari alat komunikasi, yang belum ada listrik, sinyal radio dan sebagainya.

Banyak masyarakat sakit yang dibopong keluarganya sendiri, namun mereka tidak punya alat untuk merekam kepedihan yang mereka rasakan selama puluhan tahun, sebelum ada tim Nusantara Sehat @nusantarasehat, yang menetap di desa tersebut, mereka memilih berobat ke Papua Nugini, dengan jalan kaki.

Akses jalan tidak pernah ada kejelasan, masyarakat jalan berhari-hari mengantar anak sekolah, masyarakat menggendong anaknya usia 17an tahun, kakek, dan lain-lain dibawa berobat, tidak ada yang tahu, kami hanya perantara, tdak ingin dipuji dan sebagainya, cuma ingin negara tahu, di sana banyak masyarakat yang perlu diperhatikan kehidupannya.", demikian caption panjang yang menyertai foto.

Unggahannya itu pun viral dan banyak mencuri perhatian warganet setelah mendapat hampir 1000 likes dan lebih dari 200 komentar.

BACA JUGA: Viral Pencurian Koper di Bandara, Waspadai Motif Cerdik Seperti Ini!

Saat ini, puskesmas tempat Amalia bertugas hanya memiliki 3 staf, yakni kepala puskesmas, bidan, dan perawat.

Ia mengungkapkan, masyarakat di pedalaman tidak memiliki akses untuk berkomunikasi dengan dunia luar karena terbatasnya alat komunikasi dan jaringan yang memadai.

Bahkan, Amalia harus bergantung pada kondisi cuaca dan memanjat pohon hanya untuk mendapat sinyal.

Tak hanya itu, jalanan di 5 kampung pada distrik yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini ini pun belum diaspal.

Hal ini menyebabkan mobilitas menjadi sangat terbatas. Tak hanya akses jalan, keterbatasan air dan listrik juga menjadi masalah lain di Distrik Ninati.

Untuk memenuhi kebutuhan mandi dan mencuci, Amalia menunggu hujan turun agar bak mandi terisi dan mengandalkan mata air dekat rumah warga untuk kebutuhan minum.

BACA JUGA: Simpel, Begini Cara Tetap Romantis dengan Pasangan di Tengah Kesibukan

Amalia menambahkan, ketersedian listrik di Ninati yang disuplai dari tenaga solar juga tidak dapat dipastikan waktunya.

Hal ini disebabkan, solar hanya dinyalakan sebulan sekali bergantung dari dana yang tersedia dari kampung untuk membeli solar.

Amalia berharap jalan segera diaspal, selain memudahkan akses kesehatan untuk warga, akses jalan yang baik tentu akan memudahkan masyarakat untuk berinteraksi dengan dunia luar dan menjual hasil panen ke kota.

“Saya sendiri merasakan kesulitan untuk merujuk pasien karena jalannya hancur sekali.

Masyarakat di sana juga butuh informasi, mereka perlu contoh agar bisa lebih maju pemikirannya,” ujar Amalia, diansir dari Kompas.com.

Di Distrik Ninati, tingkat pendidikan masyarakat masih rendah. Untuk hidup sehari-hari, mereka mengandalkan hasil bertanam dan mencari ikan di sungai.

BACA JUGA: Ini 7 Rahasia Jitu Dapatkan Tiket Liburan Murah, Buktikan Yuk!

Selain itu, mereka juga menerima dana bantuan dari pemerintah hanya setiap 3 bulan sekali.

Cantik, cerdas, memiliki hati mulia ini dia potret dokter Amalia yang mengabdikan dirinya untuk masyarakat Papua.

1. Dokter Amalia bersama masyarakat lokal

2. Amalia bersama rekan tim nya

3. Amalia saat bertugas, cantik ya Moms!

4. Perjuangan Amalia di pedalaman Papua

Jalanan berlumpur menjadi sahabat sehari-hari

Bagaimana menurut Moms? (*)