Riset Universitas Indonesia: Orangtua Perokok Hasilkan Anak Stunting

By Soesanti Harini Hartono, Kamis, 28 Juni 2018 | 15:24 WIB
Selain berisiko mengalami kanker dan penyakit lainnya, anak si perokok juga bisa tumbuh pendek alias stunting. (Istock)

Nakita.id.- Moms dan Dads tentu sudah sering mendengar dampak buruk rokok.

Tak sebatas peningkatan risiko mengalami kanker dan penyakit lainnya bagi si perokok dan yang menghirup asapnya, tapi ada dampak lain yang perlu diwaspadai.

Penelitian terbaru dari Universitas Indonesia menyebutkan, anak yang orangtuanya merokok, berisiko mengalami stunting.

Teguh Dartanto, PhD, Kepala Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, mengatakan risiko anak mengalami stunting meningkat jika orangtuanya merokok.

Asal Moms tahu, stunting merupakan masalah gizi pada anak, di mana anak mengalami hambatan pertumbuhan badan dan otak dibandingkan anak lain seusianya karena malnutrisi.

"Anak-anak yang orangtuanya merokok memiliki pertumbuhan berat badan 1,5 kilogram lebih rendah.

Tinggi badannya juga, pertumbuhan tinggi badan anak lebih rendah 0,34 sentimeter," ujar Teguh  yang merupakan penanggung jawab penelitian, dalam temu media di Four Points, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (25/6/2018).

BACA JUGA: Meski Idap Down Syndrome, Pasangan Ini Ajarkan Arti dari Kekuatan Cinta!

Penelitian dilakukan oleh Tim Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia menggunakan dataset longitudinal tahun 1997-2014 dari Indonesian Family Life Survey.

Hasilnya,  konsumsi rokok meningkat dari 3,6% di tahun 1997 menjadi 5,6% di tahun 2014.

BACA JUGA: Ini Moms, Cara Alami Untuk Atasi Masalah Kerutan di Bawah Mata

"Setelah memperhitungkan berbagai faktor, mulai faktor genetik, lingkungan, dan ekonomi, ditemukan bahwa anak yang ayah atau ibunya merokok atau malah kedua orangtuanya merokok, berisiko mengalami stunting 5,5% lebih tinggi."

Temuan lain yang juga penting adalah, stunting pada anak juga berpengaruh terhadap kecerdasannya.

Anak-anak perokok memiliki skor lebih rendah dalam tes logika maupun tes matematika.

Karena itu menurut Teguh, kampanye dan aktivitas pengendalian rokok masih perlu terus digencarkan dan ditingkatkan.

Sebabnya, dampak rokok tidak hanya berpengaruh terhadap perokoknya saja, namun juga keturunan dan orang-orang lain di sekitarnya.

BACA JUGA: Ingin Dapat Uang Tambahan Hanya Modal Facebook? Begini Syarat & Ketentuannya!

"Indonesia saat ini ada di middle-income country. Target untuk jadi high-income country akan sulit dicapai jika sumber daya generasi berikutnya lebih pendek dan kurang cerdas dibandingkan negara lain.

Ditambah, biaya yang seharusnya bisa untuk menambah kebutuhan gizi keluarga, malah tersedot untuk konsumsi rokok," tutup Teguh.(*)