Miris, Kronologi Siswa SD Meninggal Dunia di Tangan Teman Sebangku!

By Shevinna Putti Anggraeni, Rabu, 25 Juli 2018 | 11:10 WIB
Siswa SD meninggal dunia setelah ditikam oleh teman sebangku (tribunnews)

Nakita.id - Pada peringatan Hari Anak Nasional, warga Kabupaten Garut dihebohkan dengan kasus pembunuhan anak.

Mirisnya, kejadian tersebut melibatkan pelaku yang juga seorang anak di bawah umur yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).

Melansir dari Tribun Jabar, murid kelas 6 SD di Kecamatan Cikajang meninggal dunia akibat ditusuk oleh teman sebangkunya pada Minggu (22/7) kemarin.

BACA JUGA: Inilah Tanda-Tanda Anak yang Menjadi Korban 'Bully' di Sekolah

Kejadian tersebut pun menjadi tamparan keras bagi Kabupaten Garut, yang baru saja mendapat penghargaan sebagai kabupaten layak anak oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Susana Yembise.

Penyebab di balik kasus pembunuhan yang melibatkan korban dan pelaku adalah siswa SD itu pun sangat sepele.

Bermula dari pelaku inisial MH (12) menuduh korban FDL (12) menyembunyikan buku pelajarannya yang hilang pada Jum'at (20/7).

Kecurigaan MH muncul saat Ia menemukan buku pelajarannya yang hilang di bawah bangku esok harinya.

MH dan FDL pun sempat berkelahi di belakang gedung sekolah dan berhasil dilerai oleh teman-temannya.

BACA JUGA: Ashanty Olahraga Pakai Baju Ketat, Lekuk Tubuhnya Jadi Sorotan!

Kemudian saat FDL pulang ke rumah melewati jalan di belakang sekolah, Ia dibuntuti oleh MH yang masih kesal.

Saat dalam perjalanan menuju rumahnya, MH yang membuntuti langsung menikam bagian belakang kepala FDL menggunakan gunting.

Melansir dari Tribun Jateng, Kapolres Garut, AKBP Budi Satria Wiguna menuturkan MH mencurigai FDL menyembunyikan buku karena menjadi teman sebangkunya. Sepulang sekolah pada hari Sabtu (21/7), MH menghampiri FDL dan terjadi selisih paham.

"Keduanya lalu berkelahi di Kampung Babakan Cikandang, Desa Cikandang di belakang sekolah. Saat berkelahi MH kalah oleh FDL. Secara spontan, MH mengambil gunting dan menusukkan ke FDL di bagian belakang kepala dan punggung," ujar Budi di Mapolres Garut.

FDL yang bersimbah darah karena ditikam gunting pun langsung dibawa ke Puskesmas pembantu Cikandang oleh seorang warga yang tengah melintas saat melihat kondisinya.

"Korban lalu mendapatkan pengobatan di Puskemas. Luka akibat tusukan gunting itu mendapat dua jahitan. Saksi yang membawa ke Puskesmas lalu menyerahkan korban ke pihak sekolah. Guru di sekolah lalu memberitahu keluarga korban," katanya.

BACA JUGA: Mantap Cerai, Nikita Mirzani Beberkan Soal Hasil Test Pack Positif!

Lanjutnya, MH murid kelas VI SD membawa gunting tersebut karena hari itu melaksanakan pelajaran seni rupa.

Karena itu, Guru seni rupa MH pun mewajibkan muridnya untuk membawa kertas warna, gunting, karton dan lem.

Berdasarkan keterangan Kapolres Garut, pelaku dan korban siswa SD tersebut masih memiliki hubungan keluarga.

Feri, ayah korban mendapat laporan jika anaknya (FDL) ditikam oleh MH sekitar pukul 12.00 oleh teman sekelasnya.

Setelah mengetahui kabar tersebut, Feri bersama istrinya Tuti Atmawati (32) mendatangi lokasi kejadian dan melarikan FDL ke Puskesmas Cikandang.

Anaknya sempat mendapatkan pertolongan pertama oleh pihak puskesmas berupa jahitan di bagian kepala. "Kondisi anak saya sudah setengah sadar," ujarnya.

BACA JUGA: Wah, Nikita Mirzani Ungkap Kebiasaan Mistis Keluarga Dipo Latief!

Usai mendapat pertolongan pertama di Puskesmas, FDL dibawa pulang ke kediamannya.

Pada pukul 15.00, FDL mengalami muntah-muntah dan sempat kejang beberapa menit.

Ketika diperiksa, banyak ditemui luka lebam di bagian punggung, wajah, dan pinggang.

Melihat kondisi FDL semakin mengkhawatirkan, keluarga melarikan FDL ke salah satu klinik IGD yang berada Cikajang.

"Waktu dibawa ke klinik, kondisi anak saya belum sadar juga. Ya sudah kami bawa kembali ke rumah," katanya.

Keesokan harinya pada pukul 10.00, FDL kembali mengalami kejang hingga keluar busa bercampur darah. Panik melihat kondisi anaknya ia kembali membawa FDL ke klinik IGD.

"Namun di perjalanan anak saya sudah tidak bernyawa. Saya lalu membawa kembali anak saya ke rumah. Saya juga menolak autopsi karena sudah menerima kematian anak saya," kata Feri.