Moms Ingin Pemberian ASI Tetap Lancar Meski Sudah Kembali Bekerja? Ini Kiatnya!

By Ipoel , Selasa, 19 Juni 2012 | 23:00 WIB
Produksi ASI setelah Moms masuk kerja (Freepik.com)

Nakita.id - Tak jarang pemberian ASI jadi bermasalah setelah Moms kembali bekerja.

Apa saja masalahnya dan bagaimana mengatasinya?

Berikut panduannya:

1. Pola pemberian ASI berubah

ASI perahan langsung diberikan lewat botol, bukan dengan menggunakan sendok.

Baca Juga: Pahami Cara Menyimpan dan Menghangatkan ASI Perah agar Awet dan Tetap Segar Diminum Si Kecil

Padahal, pemberian dengan sendok paling tepat untuk menghindari bingung puting.

Agar bayi tak kaget, mulailah mengenalkan ASI perah kepadanya minimal dua minggu sebelum Moms mulai bekerja.

Jika Moms mempunyai kesempatan menyusui langsung, lakukanlah.

Proses menyusui terbukti meningkatkan kedekatan emosional ibu dengan bayinya.

Lagi pula, gerakan mengisap puting mampu merangsang perkembangan area rahang mulut bayi, termasuk perkembangan saraf-sarafnya.

2. Libatkan pengasuh

Sering pula terjadi, bayi menolak minum ASI selain dari Moms secara langsung.

Nah, kalau hal ini tak disiasati, boleh jadi asupan zat kekebalan tubuh dari ASI dan nutrisinya kurang.

Baca Juga: Jangan Sekali-kali Pakai Microwave, Begini Cara Menghangatkan ASIP Beku yang Benar Sebelum Diberikan pada Si Kecil

Bayi pun jadi rentan terinfeksi.

Kondisi ini akan diperparah manakala pengasuh tak mampu menangani, membujuk, mengalihkan perhatian, serta memberikan ketenangan, kenyamanan, dan keamanan bagi bayi.

Cara paling tepat tentu saja mengenalkan kebiasaan-kebiasaan bayi dan mengajak pengasuh terlibat dalam pengasuhan pada saat Moms masih menjalani masa cuti.

Semakin lama waktunya, tentu semakin baik karena pengasuh semakin terbiasa dengan kebiasaan-kebiasan si bayi.

Bisa juga ibu membuat catatan tentang hal-hal yang biasa dilakukan untuk diberikan kepada pengasuh sebagai panduan selama ibu bekerja, sehingga pemberian ASI tetap lancar.

Baca Juga: Penelitian Terbaru Temukan ASI dan ASIP Memiliki Perbedaan Risiko Diabetes Pada Bayi