Tak Bisa Sembarangan, Hal Ini Harus Diperhatikan Sebelum dan Sesudah Operasi Katarak

By Erinintyani Shabrina Ramadhini, Minggu, 30 September 2018 | 11:42 WIB
Hal yang harus diperhatikan sebelum dan sesudah menjalani operasi katarak (pexels.com)

Nakita.id - Katarak merupakan suatu penyakit mata yang menjadi faktor utama kebutaan terbesar di dunia, jumlahnya terus meningkat seiring pertumbuhan populasi penduduk.

Normalnya, seseorang dikatakan memiliki hidup sehat jika memiliki kemampuan penglihatan sekitar 39%.

Jika dibawah itu, sudah dipastikan orang tersebut mengalami gangguan penglihatan yang tentu akan memengaruhi kehidupan sehari-hari.

Namun, sejatinya katarak termasuk kategori penyebab kebutaan yang dapat dihilangkan melalui tindakan operasi.

Saat ini, terdapat 2 jenis teknik operasi katarak tanpa bantuan mesin yaitu Manual ECCE dan melalui Fakoemulsifikasi.

Dalam operasi manual, dokter akan mengeluarkan lensa yang sudah keruh karena katarak tidak dengan mesin namun sayatan yang ditimbulkan umumnya lebih besar.

Namun, jika melakukan operasi dengan teknik fakoemulsifikasi maka dokter akan menghancurkan lensa dalam mata dengan bantuan energi ultrasonik sehingga sayatannya lebih kecil.

Baca Juga : Mengenal Kakebo, Solusi Cerdas Menabung ala Jepang Untuk Stay At Home Moms

Nah, lalu kapan sebaiknya pasien dianjurkan oleh dokter untuk melakukan tindakan operasi?

"Kami dokter akan mengatakan harus operasi, jika pasien sudah mengalami komplikasi seperti terjadi peningkatan tekanan pada bola mata, mata meradang dan merah.

Hal itu menandakan, katarak sudah mulai meleleh didalam mata.

Jika tak segera ditangani, maka dapat menyebabkan kebutaan permanen pada seseorang dan tak bisa diperbaiki", jelas Dr. Tjahjono D. Gondhowiarjo, SpM, PhD dalam Grand Launching program 1010 operasi katarak gratis di Rumah Sakit Mata Jakarta Eye Center, Sabtu (29/9).

Sebelum dilakukan tindakan operasi, dokter akan mempersiapkan semua dengan matang dan melakukan pengukuran secara individualize mengingat kondisi mata setiap orang berbeda.

Jumlah sel, ukuran lensa yang akan ditanamkan dan dikaitkan dengan kelengkungan kornea, panjang bola mata dan pemilihan lensa juga akan disesuaikan dengan cermat agar kemampuan seseorang untuk melihat kembali optimal.

"Dulu, seseorang datang ke dokter saat sudah benar-benar tak bisa melihat sehingga membutuhkan alat bantu.

Baca Juga : Studi: Pemilik Golongan Darah O Lebih Berisiko Meninggal Saat Kecelakaan, Ini Penyebabnya!

Sekarang dengan perkembangan teknologi yang kian canggih, dokter mengupayakan bagaimana seseorang kembali bisa melihat dengan optimal", tegas Tjahjono.

Untuk itu, Tjahjono pun memaparkan apa yang sebaiknya dilakukan pasien setelah melakukan tindakan operasi agar hasilnya selalu maksimal

"Yang harus dijaga pada periode awal itu menjaga jangan sampai mata mengalami infeksi, mata jangan terkena sesuatu yang kotor, jangan mengucek mata, jangan terkena air pada 3-5 hari pertama setelah operasi", jelas Tjahjono.

Teknik operasi sendiri memiliki efek yang berbeda, jika menggunakan teknologi yang rendah penglihatan akan kembali membaik setelah kisaran waktu 1,5 bulan.

Namun, jika pasien memilih teknologi fakoemulsifikasi atau sayatan kecil tanpa dijahit maka hanya dalam waktu 3 hari setelah operasi pasien sudah bisa melakukan aktivitas seperti biasa.

Lebih lanjut, Tjahjono tidak merekomendasikan penindakan operasi katarak pada pasien ibu hamil dan menyusui.

Baca Juga : Catat, 7 Hal yang Sebaiknya Tidak Dilakukan Saat Sedang Menyusui, Efeknya Menyakiti Bayi!

"Harus dilihat dulu ya urgensinya, apakah harus segera dilakukan operasi.

Ibu hamil cenderung mengalami ukuran kacamata yang terus berubah, kalau memang tak ada tanda komplikasi gak apa-apa tidak operasi. Namun, kalau memang harus dilakukan dalam kondisi hamil maka hasilnya tak akan sebaik jika dilakukan dalam kondisi normal", pungkasnya.