Sudah Tak Terjadi Gempa, Adelia Pasha Merasa Terus Bergoyang, Alami Trauma?

By Maharani Kusuma Daruwati, Rabu, 3 Oktober 2018 | 15:59 WIB
Adelia Pasha merasa terus bergoyang meski tak terjadi gempa, traumakah? (Instagram/adeliapasha)

Nakita.id - Gempa dan tsunami yang terjadi di sebagian wilayah di Sulawesi Tengah masih menyisakan duka.

Hingga kini berbagai bantuan pun masih terus mengalir dan masih dalam perjalanan untuk disalurkan ke seluruh pengungsi.

Gempa berkekuatan 7,4 SR ini pun telah meluluh lantakkan kota Palu dan sekitarnya.

Baca Juga : Sharena Langsung Mandikan Sendiri Bayinya Usai Dilahirkan, Keberaniannya Banjir Pujian!

Ratusan gempa kecil susulan pun dikabarkan terus melanda Palu.

Masyarakat luas, khususnya masyarakat Indonesia ikut takut dan khawatir akan nasib para korban bencana tersebut.

Salah satu yang menjadi sorotan adalah kabar dari vokalis band Ungu, Sigit Purnomo Syamsuddin Said atau yang akrab disapa Pasha Ungu.

Pasalnya, vokalis band Ungu ini kini tengah menjabat sebagai Wakil Wali Kota Palu.

Kabar tentang dirinya pun membuat publik bertanya-tanya.

Apakah Pasha dan keluarganya juga menjadi korban bencana tersebut?

Lalu bagaimana nasib mereka saat ini setelah dilanda gempa bumi dan tsunami?

Pasha dan sang istri, Adelia pun telah dikabarkan selamat dari bencana gempa bumi tersebut.

Hingga kini keduanya pun masih berada di Palu bersama dengan para pengungsi lain.

Mereka bahkan ikut tidur bersama para korban bencana lainnya di tempat pengungsian.

Melalui Instagram pribadinya, Adelia pun sempat berbagai kabar terkini tentang kondisi pascagempa.

Kemarin, ia sudah sempat mengabarkan sedang membantu pembagian bantuan untuk korban gempa.

Sebelumnya ia juga mengabarkan masih sering terjadinya gempa kecil yang melanda setiap beberapa jam.

Hingga semalam (2/10/2018), Adelia kembali mengabarkan mengenai kondisi di Palu.

Melalui instagram story-nya, Adel menyampaikan bahwa sejak sore sampai malam sudah tidak terjadi gempa.

Ia pun merasa bersyukur dan juga memohonkan doa untuk mereka yang berada di sana.

"Alhamdulillah... Dari tadi sore sampai malam ini belum gempa lagi.. Terima kasih Ya Allah (emoticon) Doakan semua sahabat2ku untuk kami (emoticon)," ungkap Adelia.

Meski sudah tak terjadi gempa, namun Adelia mengaku masih selalu merasakan seperti bergoyang dan ada yang bergerak di bawah tanah.

Istri Pasha Ungu ini pun bertanya-tanya apakah seperti ini yang dinamakan trauma.

"Sepertinya berasa goyang terus dan dibawah tanah kaya ada yg gerak2.. Apa ini yang namanya trauma (emoticon nangis)," akunya.

Adelia Pasha merasa terus bergoyang meski tak ada gempa

Baca Juga : Kejutan Baby Shower Rini Yulianti, Super Mewah dan Tak Biasa

Hal yang dialami oleh Adelia dan para korban gempa ini memang bukanlah hal yang menyenangkan.

Pengelaman buruk dan tidak menyenangkan ini dapat menghasilkan adanya tekanan psikologis.

Melansir Kompas.com, ketika sebuah peristiwa buruk terjadi dengan intensitas yang begitu kuat hingga meninggalkan tekanan atau luka psikologis yang signifikan dalam diri seseorang, kondisi ini dapat disebut sebagai trauma.

Contoh kasus-kasus trauma yang dialami seseorang biasanya terkait dengan pengalaman menjadi korban bencana alam, terorisme, atau kecelakaan.

Bisa juga karena pengalaman ditinggal oleh orang terkasih dengan cara yang mengejutkan atau tidak biasa, hingga pengalaman kekerasan fisik, seksual, atau psikologis.

Gejala trauma dapat terlihat dalam beberapa bentuk, akan tetapi yang paling banyak adalah berupa ingatan dan mimpi buruk terkait pengalaman traumatis tersebut.

Munculnya ingatan dan mimpi buruk ini juga akan dibarengi dengan adanya gejala fisik dan psikologis yang menunjukkan tanda ketidaknyamanan.

Seperti misalnya reaksi fisik yang gemetar, lari menghindar, hingga perasaan ketakutan yang diekspresikan dengan menangis.

Kemunculan gejala seperti ini yang terjadi lebih dari satu bulan secara berturut-turut pun perlu diwaspadai, Moms.

Kejadian ini akan memerlukan adanya penanganan yang intensif pula.

Menangani trauma bukan hal yang mudah dan membutuhkan upaya yang kuat serta persisten.

Namun, perlu dipahami bahwa menghindari objek trauma terus-menerus juga bukanlah pilihan terbaik yang dapat diambil, terutama untuk kelangsungan kesehatan psikologis jangka panjang orang yang mengalami trauma itu sendiri serta orang-orang terdekat yang ada di sekitarnya.

Baca Juga : Bisa Sebabkan Gempa Hingga 9 SR, Sunda Megathrust Jadi Ancaman Besar Bagi Jakarta

Seperti disampaikan Retha Arjadi, M.Psi dalam tulisanya di Kompas.com, ketika berhadapan dengan trauma, ingatlah bahwa upaya penanganan mandiri dan dukungan orang-orang terdekat selalu dapat menjadi langkah awal yang dilakukan.

Jika cara-cara tersebut dirasa belum cukup, jangan ragu untuk menemui psikolog klinis.

Hal ini dilakukan demi memperoleh kajian komprehensif mengenai trauma yang sedang dialami serta cara yang paling strategis untuk menanganinya.