Asian Para Games 2018, Dipandang Sebelah Mata, Para Atlet Buktikan Talenta Luar Biasa

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Sabtu, 13 Oktober 2018 | 21:43 WIB
Defile atlet Indonesia menyemarakkan Upacara Pembukaan Asian Para Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu 6 Oktober 2018. (KOMPAS.com)

Keputusan Miftahul dilandasi lantaran ia juga mencintai cabang olahraga catur dan kerap ikut berbagai turnamen catur dan memeroleh hasil memuaskan.

"Catur adalah hobi yang sangat Miftah cintai. Catur bagaikan sahabat bagi Miftah," kata Miftah saat ditemui dalam sebuah konferensi pers di GBK Arena, Jakarta, Selasa (9/10/2018).

Miftah menyatakan keputusan beralih ke catur bukan karena kekecewaannya gagal bertanding di cabor judo Asian Para Games. Dia mengaku sama sekali tak kecewa karena keputusannya itu diambil berdasarkan keyakinannya.

2. Debi Ariesta

Peraih medali emas di cabang olahraga catur, Debia Ariesta merupakan seorang penderita katarak.

Debi menderita katarak saat usianya 11 tahun. Ia sempat frustasi saat mengalami katarak sehingga membuat pengelihatannya terganggu.

Bahkan, di usia 14 tahun, ia masih mengalami low vision yang menyebabkan daya pengelihatannya terus menurun dan sampai tidak bisa melihat sama sekali.

Karena kondisi keterbatasannya, Debi harus rela berhenti sekolah karena tidak bisa melihat papan tulis.

Ia sempat frustasi dan putus asa sampai sempat berpikir untuk bunuh diri.

“Sempat stress, frustasi, bahkan ingin minum sampo, tidak mau hidup lagi,” ujar Debi seperti yang dilansir di asianparagames2018.id.

Tetapi, semangat Debi untuk kembali meraih prestasi dengan segala keterbatasannya mencapai puncak tertinggi.

Debi berhasil menyumbangkan dua medali emas di kategori standar netra perorangan dan beregu dalam cabang olahraga catur atau blind chess.