Tipu-tipuan Hilda Vitria dan Kriss Hatta, Siapa pun yang Bersalah, Seterusnya Akan Terus Jadi Penipu?

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Sabtu, 13 Oktober 2018 | 16:18 WIB
Kriss Hatta dan Hilda Vitria (Kolase Instagram (krisshatta07/hvkhildavitriakhan))

Sifat pembohong seseorang merupakan sifat yang paling mendalam.

Seseorang pada dasarnya tak akan berbohong, terutama pada orang-orang terdekat dan juga keluarganya.

Bila hal tersebut terjadi, sudah pasti orang tersebut memiliki keegoisan tinggi karena tak mampu mengendalikan hawa napsu dan justru mencederai perasaan keluarga.

Ilmuwan juga mengatakan bahwa adanya kebohongan kecil akan terus berlanjut hingga ke kebohongan yang lebih besar.

Kebohongan demi kebohongan lain juga akan terus berdatangan untuk menutupi kebohongan-kebohongan lain.

Awalnya, mungkin kebohongan diciptakan karena ingin memperbaiki citra seseorang, akan tetapi berisiko dan bahkan rawan tertanggap polisi dan dilakukan penahanan karena hukum yang diatur di pemerintah masing-masing.

Baca Juga : Kepergok Nonton Bareng Saat Proses Cerai, Delon Akui Masih Cinta Yeslin Wang

Menurut sumber yang berbeda, pola pikir dan juga kebiasaan sekitar mempengaruhi seseorang melakukan kebohongan.

Menurut Jennifer B. Rhodes, seorang psikolog, “Rasa sakit dan sakit sebelumnya baik dari keluarga atau hubungan lainnya merupakan alasan mengapa seseorang mengembangkan kebohongannya secara umum. Setiap orang perlu melakukan penyembuhan dan mendapatkan tempat terbaik, namun banyak yang menyalahartikan hal tersebut dan memilih berbohong untuk memperbaiki”.

Ditengarai rasa sakit hati hubungan masa lalu, jenis-jenis kebohongan akan terus muncul dan akan timbul perkelahian.

Biasa jadi, kebohongan saat ini masih bisa dimaafkan dan dibela, tetapi ke depannya, rasa sakit akibat menyimpan kebohongan tetap akan dilontarkan.

“Biasanya, ketika orang-orang berpegang pada masalah masa lalu (kebohongan yang pernah dilakukan), cukup banyak perdebatan yang akan muncul di kemudian hari karena baru bisa tersalurkan rasa kesalnya,” begitu tutur Nocole Richardson, Penasihat Professional Berlisensi dan Perkawinan Berlisensi Keluarga.

Ia juga mengatakan bahwa awal kebohongan akan merasa baik-baik saja lantaran sulitnya menyadari adanya rasa sakit. Kemudian rasa sakit akan muncul sebagai bentuk kekecewaan.

Lalu apa yang dilakukan oleh pelaku kebohongan? Ia tak segan menutupi kesalahannya dan menciptakan kebohongan baru, bergitu seterusnya.

Untuk menghilangkan kesalahan dan juga kebohongan masa lalu, ada yang perlu diperhatikan dan sangat mudah.

1. Membuat kejujuran

Sekecil apa pun kesalahan, lebih baik mengakui dan jujur apa adanya.

Meski kadang bagi beberapa orang menyakitkan, tetapi nyatanya dengan kejujuran, pasangan akan lebih memiliki kepercayaan penuh dan tak khawatir menjalani masa depan.

2. Meminta maaf

Baca Juga : Billy Syahputra Berniat Undang Kriss Hatta Saat Menikah Nanti, Begini Reaksi Hilda Vitria!

Banyak orang yang sudah melakukan kebohongan takut untuk meminta maaf.

Bila seseorang terlanjur berbohong, ada baiknya bila kebohongannya harus segera ditebus dengan rasa bersalah.

Minta maaf adalah hal paling mudah yang bisa dilakukan.

“Saya benar-benar takut Anda akan kecewa jika tahu saya berbohong,” begitu kiranya pemikiran orang.

Akan tetapi, ada baiknya meminta maaf ketika terlanjur melakukan kebohongan, daripada menciptakan kebohongan baru yang mencurigakan dan berisiko.

Meski terlihat mudah, melakukan dua hal tersebut sangat susah dan juga sangat canggung. Banyak orang merasa bahwa sikap berbohongnya nantinya akan dilupakan.

Namun bila kasusunya cukup besar bahkan menyangkut harkat martabat orang banyak, seperti kasus Hilda dan Kriss, tidak mungkin bila kebohongannya akan berakhir begitu saja.

Akan ada salah satu atau justru keduanya yang terbukti bersalah karena memberi pengakuan palsu.