Berita Kesehatan Terbaru: Ini Cara memilih Sabun Mandi yang Sehat!

By Nia Lara Sari, Selasa, 16 Oktober 2018 | 17:19 WIB
Cara memilih sabun mandi yang sehat untuk kulit (iStock/PeopleImages)

Nakita.id - Untuk mengembalikan kebersihan kulit setelah beraktivitas, kita biasanya akan membersihkan tubuh menggunakan sabun mandi.

Sayangnya, membersihkan tubuh dengan sabun mandi rentan membuat kulit menjadi kering.

Lalu, sabun apa ya Moms yang bainya digunkan agar terhindar dari kulit kering?

Baca Juga : Studi: Hand Sanitizer Lebih Efektif Basmi Kuman Daripada Sabun Cuci Tangan

Sebelum membahas tentang sabun mandi, sebenarnya menurut seorang dermatolog, dr. Tina Wardhani Wisesa, SpKK(K), FINSDV, FAADV, maksimalnya kegiatan mandi baiknya hanya dilakukan 2 kali sehari.

"Kalau mandi sampai berulang, minyak normal di tubuh kita akan terkikis dan menguap, jadi kulit kita akan kering," ungkap Tina, ditemui di kawasan Jakarta Selatan (8/5).

Tak berhenti di situ, jika kulit seseorang mengalami kekeringan,maka orang tersebut rentan mengalami gangguan kesehatan lainnya lo, Moms.

Di antaranya, kemampuan perlindungan kulit menurun sehingga kulit lebih sensitif terhadap zat penyebab alergi dan iritasi.Seseorang dengan kulit kering juga lebih rentan mengalami kelainan kulit, dibandingkan dengan mereka yang kulitnya lembab.

Baca Juga : Kenali Bahaya Kehamilan Cephalopelvic Disproportion (CPD) yang Mengharuskan Sesar

Selain itu, seseorang dengan kulit kering akan lebih rentan terhadap kuman, akibat mikrolesi yang dapat menjadi pintu masuk bagi kuman, yang mengakibatkan infeksi.

Wah bahaya sekali ya Moms, oleh karenanya Tina hanya menyarankan seseorang untuk mandi hanya 2 kali sehari.

"Mandi 2 kali sehari cukup," ungkapnya.

Untuk masalah sabun, Tina menyarankan untuk menghindari sabun yang memiliki kandungan antiseptik, terutama bagi mereka yang memiliki kulit kering."Kalau kulitnya memang sudah kering sebaiknya hindari sabun yang mengandung antiseptik, karena kulit sudah kering, ditambahi antiseptik, maka tambah kering lagi," tutupnya.

Selain itu, kita sebaiknya juga menghindari sabun yang banyak mengandung deterjen (ditandai dengan banyak busa).

Baca Juga : Dikenal Tomboy, Begini Perubahan Mita The Virgin Setelah Dirias Ivan Gunawan

Alih alih menarik kotoran dari kulit, sabun yang mengandung deterjen ini dapat menarik minyak alami kulit, sehingga membuat kulit kering.

Tak hanya itu, kita juga harus memerhatikan 4 komponen ini pada sabun mandi kita.

1. Parfume

kita benar benar harus memerhatikan bahan dasar wewangian pada sabun mandi kita.

Jangan sampai parfume di sabun mandi kita terbuat dari bahan kimia sintetis penyebab kanker (seperti phthalates).

Eksposur terus menerus dari wewangian sintetis berbahaya ini, telah terbukti berdampak negatif pada sistem saraf pusat dan dapat memicu alergi, migrain dan gejala asma.

Baca Juga : Sering Dianggap Berbahaya, 9 Tanda Kehamilan Trimester Pertama Ini Normal Terjadi

2. Paraben

Paraben adalah mimicker estrogen, artinya sekali dioleskan ke kulit, mereka akan masuk ke aliran darah, dan tubuh mengira bahan ini sebagai estrogen.

Ketika tubuh berpikir ada jumlah estrogen yang sangat tinggi di dalam aliran darah, maka tubuh akan bereaksi dengan berbagai cara.

Misalnya, mengurangi massa otot, meningkatkan timbunan lemak, menyebabkan pubertas dini, dan menganggu kesuburan pria dan wanita.

3. Sulfat

Zat kimia ini digunakan untuk menghasilkan busa dan gelembung dalam sabun.

Beberapa sulfat umum adalah SLS (sodium lauryl sulfate) dan SLES (sodium laureth sulfate).

Sulfat ini dapat menghilangkan minyak alami kulit, dan memicu iritasi bagi mereka yang memiliki kulit sensitif atau eksim.

Baca Juga : Berita Kesehatan Terbaru: Ejakulasi Di Luar Juga Bisa Sebabkan Kehamilan!

4. Triclosan

Zat kimia ini paling sering ditemukan pada sabun antibakteri.

Studi terbaru telah menemukan bahwa triclosan sebenarnya memicu pertumbuhan bakteri yang resisten (kebal) terhadap pembersih antibiotik.

Ini juga menciptakan dioxin (dioksin), yaitu penyebab kanker.

Dioksin juga memiliki efek mengganggu sistem endokrin dan berdampak negatif pada fungsi tiroid.(*)