8 Tahun Happy Salma Nikah Dengan Keturunan Raja Bali, Ternyata Perempuan Bali Harus Kuasai Ini!

By Shevinna Putti Anggraeni, Rabu, 17 Oktober 2018 | 21:03 WIB
8 Tahun Happy Salma Menikah Dengan Keturunan Kerajaan Bali, Ternyata Perempuan Harus Kuasai Ini (Instagram/happysalma)

Nakita.id - Kehidupan Happy Salma setelah menikah dengan keturunan kerajaan Bali, Tjokorda Bagus Dwi Santana Kerthyasa sering menjadi sorotan.

Sejak menikah dengan Tjokorda Bagus 2010 lalu, Happy Salma memutuskan vakum dari dunia hiburan dan mengikuti kepercayaan suaminya, Hindu.

Setelah 8 tahun menikah, Happy Salma dan Tjokorda Bagus dikaruniai seorang anak perempuan Tjokorda Sri Kinandari Kerthyasa.

Baca Juga : Sri Devi, Sahabat Gisel yang Pernah Tidur Bareng Gading Marten Hingga Dekat Banyak Artis!

Beberapa kali kegiatan Happy Salma sebagai istri seorang keturunan kerajaan Bali mencuri perhatian.

Happy Salma sering tampil dengan busana adat Bali dan mengikuti berbagai ritual serta acara keagamaan di sana.

Nyatanya menjadi istri keturunan kerajaan Bali memang tak mudah.

Bahkan sekali pun menjadi istri orang Hindu Bali yang tidak ada keterikatan dengan kerajaan.

Melansir dari Kompas.com, menjadi perempuan Bali atau istri orang Bali dituntut banyak menguasai hal yang berkaitan dengan prosesi ritual, persembahayangan, adat dan budaya hingga prosesi upacara adat sesuai tata cara Hindu.

Salah satu yang harus dikuasai perempuan Bali adalah 'Majejaitan'.

Mejejaitan adalah membuat berbagai sarana persembahayangan yang terbuat dari daun kelapa atau janur, daun ental dengan tambahan lainnya seperti bunga dan buah.

Mejejaitan artinya menjahit bahan seperti janur untuk dibuat wadah atau sarana persembahyangan untuk membuat banten atau sesaji, juga menjahit janur untuk perlengkapan lain dalam ritual upacara maupun saat hari raya.

Baca Juga : Ashanty Lihat Anang Dipeluk Perempuan Lain Depan Mata, Responsnya Jadi Sorotan!

Contohnya membuat sesaji atau banten yaitu Banten Pejati.

Banten Pejati ini dipersembahkan sebagai sarana persembahyangan di setiap gelaran acara untuk meminta keselamatan dan kelancaran.

Banten Pejati terdiri dari banyak bahan, di antaranya bunga, buah, kelapa, berbagai rangkaian janur sebagai pelengkap.

Biasanya Banten Pejati untuk ritual persembahyangan di setiap gelaran acara agar mendapat kelancaran dan kemudahan.

Perempuan di Bali menguasai Mejejaitan ini pun tak hanya untuk melestarikan dan tahu kebutuhan dalam setiap ritual.

Tetapi dengan menguasai mejejaitan ini bisa dijadikan ladang mereka mencari uang tambahan.

Banyak pula perempuan Bali yang memandang kegiatan mejejaitan ini menjadi peluang bisnis bagi ibu rumah tangga.

Bukan hanya untuk mencari uang tambahan di luar dari uang suami, tapi juga membantu perekonomian keluarga.

Pasalnya sekarang perempuan Bali sudah setara dengan laki-laki dan sudah banyak yang sibuk berkarier sehingga selalu memperhitungan waktu.

Baca Juga : Firasat Roro Fitria Sebelum Ibunya Meninggal, Ada yang Berbeda Dengan Tangisannya!

Karena itu, beberapa perempuan memanfaatkan hal tersebut guna berbisnis melalui majejaitan ini.

Diperkirakan ada banyak orang sibuk ketika akan mengadakan ritual lebih memilih pesan segala kebutuhan upacara adat pada orang lain daripada membuatnya sendiri dan membutuhkan waktu lama.

Biasanya hasil dari mejejaitan itu dijual ke pasaran dan sudah dipastikan akan laku keras.

Mengingat di Bali sering kali menggelar upacara keagamaan dan sudah pasti membutuhkan sesaji atau sarana prasarana persembahayangan.

Walaupun saat ini dunia canggih dengan berbagai penemuan teknologi, tapi akar budaya tetap menjadi fondasi bangsa yang harus dipertahankan.

Seperti yang terlihat dalam kehidupan Happy Salma setelah menikah dengan keturunan kerajaan Bali.

Ia sering membagikan kegiatan keagamaan dan ritual adat yang kerap dilakukan bersama keluarganya.

Sejauh ini Bali memang salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal masih kental ritual adat dan budayanya.