Tabloid-Nakita.com - Meski kelihatannya kecil dan tak berdaya, namun bayi mampu menyerap dan menerima semua stimulasi yang diberikan padanya dengan cepat. Akan tetapi stimulasi yang mampu ditangkap dan diserapnya dengan cepat adalah stimulasi yang cocok alias sesuai dengan usia dan kemampuannya saat itu.
Ada lima aspek yang harus distimulasi dari bayi, yaitu fisik, emosi, sosial, intelektual, dan bahasa. Semua stimulasi yang dibutuhkan tersebut sudah bisa dimulai sejak bayi lahir ke dunia dan pemberiannya bisa dilakukan secara bersamaan. Jadi, dalam satu waktu Mama bisa menstimulasi kelima aspek tersebut, hanya saja intensitas atau tingkat kerumitannya disesuaikan dengan usia bayi.
Enggak sulit kok, Mam, untuk membedakan dan menyesuaikan tingkat kerumitan stimulasi bayi berdasarkan usia. Untuk stimulasi fisik, misal, saat si kecil usia satu bulan, Mama dapat menstimulasinya dengan sentuhan, belaian, dan pelukan. Kemudian, usia tiga bulan dan seterusnya, Mama bisa mengajaknya bermain cilukba, menggendongnya dengan mengangkat-angkatnya, hingga main lempar tangkap bola.
Nah, berikut perbedaan stimulasi untuk bayi kecil dan bayi besar:
• Stimulasi bayi kecil (sebelum usia 6 bulan) Untuk stimulasi intelektual, cukup dengan mendengarkan lagu-lagu atau musik yang tenang. Memberikan rasa nyaman pada bayi sudah termasuk memberikannya stimulasi, lo. Pasalnya, hal ini berguna untuk mengembangkan sensitivitas pendengarannya terhadap suara.
Kemudian, stimulasi yang bertujuan memperkenalkan warna, dapat dilakukan dengan sering-sering memakaikannya baju berwarna terang, seperti: merah, pink, hijau, dan lainnya. Ini sudah merupakan stimulasi. Sebab, dengan begitu, bayi akan terangsang untuk menatap warna-warna tersebut.
Hal yang sama berlaku juga untuk stimulasi indra peraba. Cukup ajak si kecil menggenggam jari tangan Mama hingga benda yang bertekstur lembut dan kasar. Dengan seperti ini, bayi bisa merasakan bedanya tekstur lembut, kasar, halus. Intinya, mengetahui aneka perbedaan tekstur.
• Stimulasi bayi besar (usia 6 bulan dan seterusnya) Karena si kecil sudah lebih aktif dan lebih kuat, Mama bisa memberikan stimulasi sambil mengajaknya bermain aktif, seperti: ajak main bola sambil duduk, ajak ngobrol sambil tiduran, atau ajak si kecil berkomunikasi seperti halnya kita sedang berkomunikasi dengan sesama, “Main bola, yuk. Tangkap boleh merah,“ misalnya. Akan lebih seru lagi jika Mama mengajak si kecil memainkan benda yang bisa dia pencet-pencet dan bisa mengeluarkan suara, semisal: piano baby.
Sedangkan untuk stimulasi aspek emosinya, lakukan hal yang sederhana saja. Saat bayi bangun tidur, Mama bisa membadut. Misal, membuat ekspresi muka yang lucu-lucu sehingga bisa membuatnya tertawa.
Begitu juga stimulasi bahasa, dengan seringnya mengajak berbicara menggunakan kalimat sederhana, itu sudah merupakan stimulasi baginya. Namun ingat lo, ucapan Mama harus jelas, begitu juga gerak mulut jangan cepat-cepat dan harus berbentuk. Dengan begitu, bayi bisa melihat dan dari situ dia belajar.
Sedangkan untuk stimulasi sosial, bagi bayi muda atau besar tidak rumit dan susah. Dengan mengajaknya berinteraksi langsung, itu sudah merupakan stimulasi. Seiring usianya semakin besar, mengajaknya bermain dengan bayi lain, hal itu pun sebuah stimulasi.
Narasumber: Esterlita Wijaya, SPsi, Kanaan Global School, Jakarta