Bayi Besar Berisiko Mengalami Banyak Gangguan Kesehatan

By Gazali Solahuddin, Selasa, 22 November 2016 | 02:15 WIB
Bayi seberat 8,7 kg dari pasangan Hasanuddin, 43 tahun, dan Ani, 41 tahun, lahir di RS Abdul Manan Simatupang, Asahan, September 2009. (Dini Felicitas)

Tabloid-Nakita.com - Mama mungkin pernah mendengar tentang giant baby. Yang dimaksud giant baby alias bayi besar atau makrosomia, istilah kedokterannya, adalah bayi yang lahir dengan berat badan lebih dari 4 kg. Kesannya gemuk dan sehat, namun giant baby justru bisa memicu banyak masalah kesehatan lho, Mam.

Penyebab biant baby bisa karena faktor kondisional, yaitu yang tak diketahui penyebabnya. Misal, orangtuanya memang besar atau karena memang lingkungannya (faktor gizi) memungkinkan bayi mempunyai BBL (berat badan lahir) besar. Faktor lain penyebab giant baby adalah ibu hamil menderita diabetes mellitus; Mama yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas); dan Mama yang mengalami kehamilan lebih bulan.

Namun, yang bermasalah dan cukup sering terjadi adalah faktor Mama saat hamil mengalami diabetes millitus atau yang biasa disebut diabetes gestasional (diabetes yang disebabkan kehamilan). Jika giant baby ini terjadi sejak dari dalam kandungan, risikonya pun tak bisa dianggap enteng. Karena itulah, saat persalinan menjelang, dokter kebidanan akan menginformasikan mengenai hal ini kepada dokter anak yang ikut dalam proses persalinan.

Dengan demikian, dokter anak akan siap-siap untuk melakukan hal-hal yang dianggap perlu. Selain memeriksa kadar gula bayi setelah lahir, juga siap-siap untuk memberikan asupan gula supaya hipoglikemi (kadar gula yang kelewat rendah) tidak terjadi. Cara pemberiannya, jika kondisi bayi masih dinilai oke, cukup dengan diberi minum gula. Tapi jika sebaliknya, dokter akan memberikan asupan gula dengan cara infus.

Jika tindakan dilakukan langsung pada jam-jam pertama bayi dilahirkan, setelah dilakukan penanganan seperti itu, maka kadar gula bayi akan kembali normal. Pastinya, kejang dan hipoksia tidak akan terjadi, maka selamatlah si kecil dari ancaman kerusakan otak dan organ vital lainnya, seperti: ginjal, jantung, dan pencernaan.

Risiko lain yang akan dialami adalah respons imunologi giant baby terlalu hebat. Jika sampai terinfeksi, katakanlah dia terkena demam berdarah (DB), maka risiko kegawatannya lebih tinggi daripada anak yang respons imunologinya normal. Makanya bayi ini harus dijaga betul kesehatannya agar jangan sampai terjangkiti penyakit-penyakit akibat infeksi bakteri, kuman, virus, jamur, dan sebagainya.

Belum lagi, bayi besar rentan mengidap diabetes melitus (DM). Mengapa? Karena pada bayi raksasa, lemak dalam tubuhnya melakukan reaksi resistensi insulin. Akibatnya, tubuh bayi tidak mampu mengolah gula yang masuk dari makanan ataupun minuman. Akhirnya, gula di dalam darah akan meningkat.

Dalam jangka panjang, bila BB-nya dibiarkan bertambah tak terkendali, kala memasuki usia produktif, kemungkinan ia akan mengalami stroke, gangguan jantung, dan hiperkolesterol. Jadi pertambahan BB-nya harus benar-benar dipantau ketat.

Narasumber: Prof. Dr. dr. KRT Hananto W. Dipohadiningrat, SpA(K), RS Premier Bintaro