Mengapa giant baby atau bayi yang lahir di atas 4 kg jarang diulas. Apakah karena kasusnya di Indonesia cenderung sedikit?
Mungkin saja karena kasusnya memang sedikit atau jarang terlaporkan sehingga sulit didata. Tapi jika melihat kondisi ekonomi sekarang ini, dimana Indonesia mengalami krisis berkepanjangan, banyak ibu hamil yang tak bisa memberikan nutrisi dan lingkungan yang baik kepada janinnya. Jadi, bayi dengan berat badan (BB) lahir tinggi jumlahnya lebih sedikit dibanding yang mengalami BB lahir rendah. Apalagi jika kita melihat sekarang ini morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) bayi yang masih cukup tinggi, yaitu berkisar 45-50 per 1.000 kelahiran hidup. Walaupun begitu, tetap tidak menutup kemungkinan terjadi kelahiran bayi dengan BB lebih dari 4 kg. Jadi saya salut, nakita mau membahas ini karena giant baby toh tetap ada dan ibu-ibu perlu tahu penanganannya yang tepat.
Apa sebenarnya penyebab giant baby?
Bayi dengan BB super dalam dunia kedokteran disebut makrosomia. Kemunculan bayi seperti ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor kondisional atau hanya dapat diduga, dengan melihat orangtuanya yang memang besar atau karena lingkungannya (faktor gizi) yang memungkinkan bayi mempunyai BBL besar. Selain itu ada faktor ibu yang hamil menderita diabetes melitus, mengalami kelebihan berat badan (obesitas), dan yang terakhir faktor kehamilan lebih bulan. Namun, yang bermasalah dan cukup sering terjadi adalah karena di kala hamil ibu mengalami diabetes melitus atau yang biasa disebut diabetes gestasional (diabetes yang disebabkan kehamilan).
Di awal perbincangan, dokter sempat menyinggung menit-menit pertama amat menentukan bagi giant baby. Bisa dijelaskan lebih jauh maksudnya?
Ya, saya sebut menentukan, karena risiko pada bayi raksasa atau bayi yang lahir di atas 4 kg adalah hipoglikemi (kadar gula kurang dari 40). Padahal hipoglikemi pada bayi tidak boleh terjadi, sebab ancaman yang paling besar adalah bayi bisa kejang, hipoksia, yang ujung-ujungnya merusak otak. Makanya saat persalinan menjelang, biasanya dokter kebidanan sudah menginformasikan kepada dokter anak yang ikut dalam proses persalinan bahwa bayi yang dilahirkan kemungkinannya besar (lebih dari 4 kg) sehingga dokter anak akan bersiap-siap.
Selain memeriksa kadar gula bayi yang lahir, dokter juga bersiap-siap untuk memberikan asupan gula, supaya hipoglikemi tidak terjadi.
Cara pemberiannya, jika kondisi anaknya dinilai oke, cukup dengan diberi minum cairan gula. Tetapi jika tidak memungkinkan, dokter akan memberikan asupan gula melalui infus. Biasanya jika tindakan langsung dilakukan di jam-jam pertama setelah dilahirkan, kadar gula bayi akan kembali normal. Kejang dan hipoksia tidak akan terjadi. Selamatlah si kecil dari ancaman kerusakan otak dan organ vital lainnya, yaitu ginjal, jantung, dan pencernaan.
Dokter akan memantau dan meminta orangtua untuk menjaga BB bayi di rentang yang normal. Nah, cara terbaik untuk ini adalah dengan memberikan si bayi ASI eksklusif dan nantinya diteruskan dengan tatalaksana pemberian MPASI dan makanan lanjutan yang terukur. Ingat ya, ASI adalah yang utama setelah lahir karena nutrisinya sudah sesuai dengan kebutuhan bayi saat itu. Begitu juga dengan volumenya.
T:
T:
Bagaimana caranya supaya tidak melampaui batas tersebut?
J:
Jika ibu memberikan ASI saja selama 6 bulan kepada bayinya, maka tidak akan ada masalah. Namun, jika ibu memberikan susu formula, campurlah dengan pemberian ASI. Maksudnya, siang hari si kecil diberi susu formula sesuai dengan takaran yang dianjurkan dokter. Malam harinya biarkan si kecil menetek. Tak mengapa walau ASI tidak keluar.
T:
Apa lagi yang perlu diperhatikan dalam merawat bayi besar ini?
J:
Risiko lainnya adalah respons imunologi giant baby terlalu hebat. Jika sampai terinfeksi, katakanlah dia terkena demam berdarah (DB), maka risiko kegawatannya lebih tinggi daripada anak yang respons imunologinya normal. Makanya bayi ini harus dijaga betul kesehatannya agar jangan sampai terjangkiti penyakit-penyakit akibat infeksi bakteri, kuman, virus, jamur, dan sebagainya.
Belum lagi, bayi besar rentan mengidap diabetes melitus (DM). Mengapa? Karena pada bayi raksasa, lemak dalam tubuhnya melakukan reaksi resistensi insulin. Akibatnya, tubuh bayi tidak mampu mengolah gula yang masuk dari makanan ataupun minuman. Akhirnya, gula di dalam darah akan meningkat. Dalam jangka panjang, bila BB-nya dibiarkan bertambah tak terkendali, kala memasuki usia produktif, kemungkinan ia akan mengalami stroke, gangguan jantung, dan hiperkolesterol. Jadi pertambahan BB-nya harus benar-benar dipantau ketat.
T:
Mengingat risiko gangguan kesehatannya besar, bisakah pertumbuhan janin menjadi giant baby sehingga bayi yang lahir di atas 4 kg dicegah?
J:
Bisa saja, yaitu dengan menjaga kenaikan BB ibu selama hamil dalam rentang yang normal (sesuai berat badan asal). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Kebidanan dan Kandungan Amerika yang dipublikasikan dalam jurnal Kebidanan dan Kandungan, mengungkap bahwa ibu hamil yang mengalami peningkatan BB lebih dari 18 kg tetap berpotensi melahirkan bayi besar sekalipun dia tidak mengidap diabetes gestasional. Disimpulkan, ibu hamil gemuk berisiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan bayi besar.
Kelompok paling berisiko tinggi adalah ibu hamil yang mengalami peningkatan berat badan lebih dari 18 kg sekaligus mengidap diabetes gestasional. Hampir 30% ibu dari kelompok ini melahirkan bayi besar. Sementara ibu hamil berbobot normal sekaligus diabetes yang melahirkan bayi besar jumlahnya berkisar 13,5%.
Selain itu, janin berukuran besar berisiko mempersulit proses kelahiran, meningkatkan kemungkinan perobekan atau perdarahan vagina, sehingga kemungkinan harus dilahirkan lewat operasi sesar. Sementara si janin sendiri berisiko mengalami macet di bahu atau patah tulang selangka saat menjalani proses kelahiran. Oleh sebab itu, usahakan BB ibu selama bersalin dalam batasan normal sehingga BB anak ketika lahir juga pada kisaran normal.
Bantu Kurangi Tanda Penuaan Dini, Collagena Hadir Penuhi Kebutuhan Kolagen Sebagai Kunci Awet Muda
KOMENTAR