Penting! Pola Asuh Agar Anak Mampu Bermain Sesuai Usianya

By Utami Sri Rahayu, Senin, 28 November 2016 | 06:45 WIB
Orangtua perlu memberi contoh agar anak mampu bermain dengan teman-temannya. (Dini Felicitas)

Tabloid-Nakita.com - Belajar bersosialisasi atau perkembangan sosial adalah proses seumur hidup. Perkembangan ini sesungguhnya sangat bergantung pada orangtua, karena orangtualah yang menjadi teman bermain pertama bagi anak. Orangtualah yang pertama kali menertawakan kejenakaan anak dan menanggapi ocehan atau “percakapan” si kecil. Selanjutnya, dengan bantuan orangtua, anak akan belajar, bagaimana berinteraksi dengan orang lain.

Agar perkembangan sosial batita sesuai tahapan usianya, maka pendampingan dari orangtua dengan stimulasi-stimulasi dini yang diberikan akan sangat membantu kemajuan perkembangan anak. Berikut beberapa stimulasi agar anak mampu bermain sesuai tahapan usianya:

• Usia 12—18 Bulan Interaksi dengan lingkungan menjadi kebutuhan utama batita. Ia mulai bosan bermain di dalam rumah. Untuk itu, bawalah si kecil ke keramaian, seperti: taman, kebun binatang, dan sarana bermain yang aman lainnya. Perlahan saja, jangan terlalu sering. Biarkan ia terbiasa dengan satu tempat sebelum membawanya ke tempat lain yang berbeda kondisinya. Jangan lupa untuk menceritakan nama tempat, orang yang ditemui atau diajak pergi bersama, serta detail benda atau hewan yang ada di sana.

• Usia 18—30 Bulan Pada rentang usia ini, Mama Papa sebetulnya tidak terlalu perlu mengawasi anak secara terus-menerus, karena pola kemandirian dibentuk di usia ini. Jadi, biarkan saja ia bermain dengan saudara atau temannya. Sesekali saja menghampiri untuk mengetahui aktivitas apa yang sedang dilakukan atau bagaimana perasaannya. Ini juga berguna untuk mencegah terjadinya pertengkaran dengan saudara atau teman.

Ketika menghampiri, Mama/Papa juga bisa melihat, seperti apa pola interaksi si kecil dengan teman-temannya. Umpama, ia akrab dengan Si A karena A mau berbagi, maka ajarkan mengenai berbagi padanya. Sampaikan bahwa berbagi itu perbuatan yang menyenangkan. Sebaliknya, jika ia kurang akrab dengan Si B karena B suka berteriak padanya, maka sampaikan juga bahwa perilaku itu tak baik. Dengan demikian, ia akan mengetahui mana perbuatan yang baik dan tidak baik.

• Usia 30—36 Bulan Di rentang akhir usia batita, umumnya ia sudah ingin main sendiri tanpa dikawal lagi oleh Mama Papa. Bila batita sudah menunjukkan gejala tersebut, biarkan saja ia bermain sambil sesekali mengawasinya. Namun, Mama Papa perlu membekali batita mengenai interaksi yang positif antara ia dan lingkungannya. Misal, beritahu anak mengenai ”daerah sensitif” di tubuhnya. Beri pengertian bahwa tak seorang pun boleh menyentuh bagian di bawah bahu hingga di atas lututnya kecuali Mama Papa atau dokter.

Sebaliknya, jika di usia ini batita masih ”menempel” pada orangtua dan tak mau berbaur dengan teman-teman atau saudara yang lain, maka perlu terus diajarkan padanya mengenai lingkungan yang aman serta diberi contoh bagaimana berinteraksi yang menyenangkan dengan lingkungan. Umumnya, batita akan meniru pola interaksi yang dilakukan oleh orangtuanya dengan orang lain.

Itulah stimulasi agar anak mampu bermain dengan teman-temannya. Pada dasarnya anak akan mencontoh cara orangtua bergaul dengan lingkungannya, kok.

Narasumber: Pritha Khalida, SPsi, Penulis, Sarjana Psikologi yang bergerak di Dunia Parenting Maria Luisa Retna Sumunar, MPsi, Psikolog, Sekolah BPK Penabur Bogor