Awasi Gejala Keracunan pada Anak, Mereka Lebih Berisiko Mengalaminya daripada Orang Dewasa!

By Dini Felicitas, Selasa, 29 November 2016 | 22:00 WIB
Anak-anak lebih berisiko mengalami keracunan makanan. (Dini Felicitas)

Tabloid-Nakita.com - Kasus anak keracunan makanan memang sering terjadi. Tak jarang peristiwa keracunan terjadi pada banyak anak di sekolah, oleh sebab makanan yang dibagikan atau dijajakan di sekolah.

Anak-anak memang memiliki risiko keracunan makanan yang lebih besar dibanding orang dewasa, karena anak cenderung belum dapat memilih makanan yang ”berisiko” atau tidak. Selain itu, anak secara umum memang biasanya belum dapat membedakan makanan yang masih baik (segar) dan yang sudah rusak. Di sisi lain, gejala keracunan makanan sebenarnya tidak mudah dipastikan. Pasalnya, penyebab keracunan makanan sangat bervariasi, sehingga gejalanya juga sangat bervariasi.

Untuk menyimpulkan keracunan makanan, biasanya ada dua hal yang menjadi ciri utama keracunan makanan:

• Pertama, kejadian gejala yang timbul muncul setelah individu mengonsumsi makanan tersebut. Jadi, secara urutan waktu sesuai: ada yang muncul segera, ada pula yang dalam beberapa jam. Namun dalam kasus yang disebabkan paparan yang sifatnya kronik dan akumulatif, dapat saja diperlukan waktu berhari-hari dan paparan berulang.

• Kedua, ada kesamaan gejala atau efek yang terjadi pada orang lain yang juga mengonsumsi makanan tersebut. Artinya, ada beberapa orang yang sama-sama mengalami gejala keracunan, yang juga sama-sama mengonsumsi makanan tersebut.

Gejala keracunan makanan sebenarnya tidak mudah dipastikan karena ada banyak sekali kemungkinan penyebabnya. Penyebabnya dapat berupa virus, bakteri, racun dari bakteri, parasit, atau bahan kimia. Setiap penyebab dapat memberikan gejala yang berbeda, namun yang paling sering adalah gejala pada saluran cerna.

Gejala keracunan makanan pada saluran cerna yang paling umum adalah diare, sakit perut, mual, muntah, kembung, rasa tidak enak dan penuh pada perut, yang munculnya bervariasi antara 1—6 jam setelah mengonsumsi makanan yang mengandung zat penyebab.

Pada kasus ringan, dapat segera hilang dan tidak sampai menjadi masalah serius, bahkan kadang anak hanya mengeluh ”perutnya tidak enak”. Namun, pada kasus yang agak berat, tentu muncul gejala yang sangat mengganggu seperti disebut di atas. Bahkan dalam kondisi tertentu, khususnya bila disebabkan oleh racun dari bakteri atau dari cemaran bahan kimia, gejala yang muncul tidak hanya dari bagian saluran pencernaan, melainkan dapat melibatkan sistem saraf. Korban dapat mengalami gejala pusing, sakit kepala, gemetaran, pandangan kabur, terasa kebas, dan sebagainya.

Anak-anak lebih berisiko mengalami keracunan makanan.

Narasumber: Dr. Martinus M. Leman, DTMH, SpA, Dokter Spesialis Anak, Diploma in Tropical Medicine and Hygiene, Siloam Hospitals TB Simatupang, Jakarta Selatan