Tabloid-Nakita.com - Si kecil mengeluh kepalanya berasa tidak enak, seperti ditarik-tarik, “Rasanya nyut-nyut gitu…” Duh, kenapa ya?
Mam, coba perhatikan, apakah keluhannya itu disertai mual dan muntah? Bila ya, bisa jadi si kecil mengalami migrain/migren. Kok, bisa? Jangan salah, migrain bukanlah penyakit monopoli orang dewasa saja. Anak-anak pun bisa mengalaminya. Bahkan dilaporkan, angka serangan migrain pada anak mencapai sekitar 3—15%.
Ada beberapa pencetus terjadinya migrain pada anak, di antaranya stres, kelelahan, gangguan tidur, sedang sakit, puasa, dan dehidrasi.
Perlu dipahami, migrain berbeda dari sakit kepala. Sakit kepala dapat dijadikan indikasi adanya penyakit lain. Migrain merupakan bagian dari sakit kepala.
Migrain terjadi karena adanya gangguan pada saraf primer. Itulah mengapa, orangtua tak boleh menganggap remeh keluhan sakit kepala yang dialami anaknya karena bisa jadi merupakan gejala dari suatu penyakit lain.
Sayangnya, anak-anak, terutama balita, terkadang belum dapat menyampaikan keluhannya dengan jelas. Akibatnya, orangtua sulit menentukan, apakah anaknya menderita sakit kepala atau migrain. Untuk itu, yuk kita simak bersama penjelasan dari ahlinya seputar migrain dan sakit kepala ini.
Migrain pada anak berbeda dari orang dewasa. Pada anak, umumnya migrain berlangsung lebih cepat, sekitar 30—60 menit. Ketika terjadi migrain, anak biasanya pergi ke tempat yang gelap dan sunyi. Mengapa? Karena saat terjadi serangan, anak-anak menjadi sensitif terhadap cahaya dan suara.
Selain itu, migrain pada anak sering disertai mual dan muntah, terkadang pusing, penglihatan kabur sehingga anak mengalami kesulitan membaca, nyeri perut, pucat, dan berkeringat. Namun, gejala-gejala tersebut tidak dapat dilontarkan semua oleh anak karena umumnya anak —apalagi yang masih balita— belum mampu mengutarakan atau mendiskripsikan gejala yang dirasakan atau dialami.
Anak yang tidak bisa menjelaskan rasa atau sensasi sakit kepalanya, biasanya dapat diminta untuk menggambarkan rasa sakit kepalanya. Tentunya dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahamianak. Misal, “Adik perutnya enggak enak, seperti mau muntah?” Itu untuk memberikan gambaran tentang rasa mual yang dialaminya.
Jadi, orangtua harus mencari padanan kata yang tepat untuk mendeskripsikan gejala yang dialami oleh anak. Gejala lain dari migrain pada anak adalah serangan berlangsung berulang episodik, dengan interval yang bebas gejala.
Umumnya bentuk migrain yang sering dialami anak adalah migrain tanpa aura. Migrain tanpa aura dicirikan dengan serangan nyeri kepala pada satu sisi atau kedua sisi (biasanya bagian depan atau samping kepala). Lama serangan sekitar 1—48 jam. Biasanya sering disertai dengan gejala mual, muntah, sensitif terhadap cahaya dan suara.
Bentuk lain migrain yang kerap dialami anak adalah migrain dengan aura. Migrain ini kerap disertai dengan gejala neurologi, seperti lumpuh sebelah, gangguan bahasa dan status mental, disfungsi penglihatan dan gerakan bola mata. Sensasi nyeri yang dirasakan pada migrain tipe ini seperti tertumbuk atau nyeri yang berdenyut pada kepala.
Untuk menentukan apakah anak menderita migrain atau sakit kepala, hendaknya lakukan konsultasi dengan dokter. Ada kriteria yang harus dipenuhi yang ditentukan oleh dokter, seperti lama serangan, gejala, dan lain-lain.
(Utami Sri Rahayu)
Belajar dari Viralnya Anggur Muscat, Ini Cara Cuci Buah yang Benar untuk Hilangkan Residunya
KOMENTAR