Nakita.id – Saat sudah mampu bicara, anak cenderung suka berteriak saat mengungkapkan apa yang ia inginkan. Minta makan berteriak, mau pergi ke toilet berteriak. Adakah yang salah dengan si kecil? Ternyata anak suka berteriak bisa diwaspadai sebagai tindakan mencontoh orang di sekitarnya.
“Jika orang di sekitarnya suka berteriak kalau meminta sesuatu, anak akan menggunakan pola yang sama dari lingkungannya,” ujar psikolog Dra. Woelan Handadari, M.Si, dari Fakultas Psikologi, Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, Universitas Airlangga, Surabaya. Menurutnya, teriakan keluar karena anak kesal saat merasa tidak mendapatkan apa yang ia butuhkan. Anak merasa keinginannya diabaikan sehingga anak mencoba menguatkan permintaan tersebut dengan berteriak. Anak sebagai si peniru ulung juga sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Jadi, jangan salahkan jika anak jadi gemar berteriak akibat orang di sekitarnya melakukan hal serupa.
Anak yang gemar berteriak umumnya juga tidak dibiasakan mengenali emosi dirinya sendiri dan orang lain. Untuk itu, ajari anak aneka macam emosi misalnya rasa gembira, bahagia, sedih, marah, kecewa, malu dan emosi lainnya agar ia memahami bahwa ada saatnya ia mengalami emosi negatif maupun positif. Saat ia mengalami emosi negatif karena ada hal-hal yang tidak sesuai keinginannya, ajari si kecil untuk menyampaikan perasaannya dengan cara yang lebih tepat sesuai norma di masyarakat. Jika anak sudah lancar bicara, minta ia mengungkapkan perasaannya dengan berbicara santun, tidak menangis atau berteriak.
Lalu, apa yang bisa dilakukan jika anak telanjur suka bicara dengan berteriak? Woelan mengungkapkan sebaiknya orangtua tidak merespons si kecil dengan teriakan yang sama atau lebih keras. “Jika itu yang terjadi, anak akan semakin bereaksi, bahkan tidak hanya berteriak tapi akan muncul perilaku lain, membanting atau melempar mainan, atau bergulung-gulung di lantai,” tambah Woelan. Jadi, tanggapi dengan kesabaran, intonasi bicara yang rendah. Contoh tersebut akan mendorong si kecil untuk mengubah nada suaranya.
Misalnya, saat anak berteriak, dekati dia dan minta untuk tidak berteriak dengan cara berbisik di telinganya. Dengan cara tersebut, Ibu telah memberikan stimulasi pada anak untuk mengikuti cara berbicara yang baik. Meskipun awalnya sulit, stimulasi yang terus diberikan ini akan membuat anak terbiasa berkomunikasi dengan cara santun.
Cara lain yang perlu Ibu lakukan untuk mengatasi anak yang suka berteriak adalah mengajarkan pemakaian teriakan dengan tepat. Misalnya ajari anak bahwa ia bisa berteriak pada saat merasa gembira; saat berhasil menyelesaikan susunan puzzle atau membangun menara dari balok-balok. Berbicaralah dengan santun kepada si kecil secara konsisten agar ia paham bagaimana bicara dengan wajar dan kapan boleh berteriak.
Penulis | : | Gisela Niken |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR