Nakita.id – Salah satu masalah umum yang kerap dialami bayi pada umumnya. Biasanya bayi akan melakukannya pada lantai, dinding atau pada kayu di boks bayi. Kira-kira apa penyebab dari bayi suka membenturkan kepala tadi? Ternyata, kondisi ini terjadi biasa terjadi pada bayi berusia 18 bulan hingga 24 bulan. Bahkan pada sebagian anak, membenturkan kepala ini jadi kebiasaan hingga ia berusia tiga tahun.
Membenturkan kepala ternyata menjadi cara untuk meringankan rasa sakit. Rasa nyeri yang dialami bayi biasanya terjadi akibat proses pertumbuhan gigi atau infeksi telinga. Membenturkan kepala ternyata membuat bayi merasa lebih baik karena hal tersebut akan mengalihkan rasa tidak nyaman akibat nyeri.
Rasa nyaman yang muncul dari membenturkan kepala ini membuat anak kadang melakukannya sebelum tidur. Gerakan benturan kepala yang ritmis atau teratur akan menenangkan anak untuk tidur. Cara ini dirasa ampuh bagi sebagian bayi untuk merasa tenang. Tidak hanya memberi kenyamanan, kebiasaan ini juga menjadi cara bayi dalam mencari perhatian. Apalagi jika saat melakukannya, Mama jadi memperhatikannya.
Bayi juga bisa merasa stres akibat belum mampu mengelola emosi. Rasa kesal dan marah pada bayi bisa dituangkan berupa kebiasaan seperti membenturkan kepala. Hal ini sebagai cara anak untuk menunjukkan rasa tidak nyaman yang ia alami. Lalu, apakah Mama perlu khawatir? Membenturkan kepala juga kadang berhubungan dengan autisme dan masalah tumbuh kembang. Namun, kondisi ini hanya terjadi pada sebagian kecil kasus.
Untuk mengatasi bayi suka membenturkan kepala, Mama perlu memberikan perhatian lebih pada anak. Hindari memberi hukuman kepada anak karena hal ini justru membuat perilakunya makin buruk. Mama juga sebaiknya memberikan pengamanan ekstra pada anak yang gemar melakukan kebiasaan ini. Periksa baut dan sekrup di boks bayi untuk menghindari benturan yang terlalu keras atau terjatuh akibat boks terbuka. Gunakan pelindung tipis untuk menghindari cedera lebih serius.
Mama juga bisa mengalihan perhatiannya dengan melakukan gerakan berirama seperti menari, bertepuk tangan atau menabuh drum. Cara ini akan membuat anak teralihkan pikirannya dan menuangkan ritme yang ada di kepalanya. Energi yang terbuang akibat aktivitas ini akan membuat anak tidak lagi membenturkan kepalanya.
Penulis | : | Gisela Niken |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR