Ternyata, kesempatan hamil lagi setelah melahirkan juga sangat besar.
Nakita.id - Selamat ya, hasil testpack menunjukkan positif hamil. Apakah sudah mengonsultasikannya ke…? Hmmm, Ibu mungkin bingung mau pilih ke dokter atau bidan.
Pada prinsipnya, bidan dan dokter obgin (obstetri dan ginekologi) sama-sama dapat melakukan perawatan kehamilan dan membantu proses persalinan hingga perawatan pascapersalinan. Namun, bidan hanya menangani kehamilan risiko rendah dan persalinan normal. Bidan tidak boleh menangani kehamilan risiko tinggi (high risk pregnancy/HRP), yaitu, kondisi kehamilan yang memiliki risiko/bahaya lebih besar, baik saat ibu menjalani kehamilan maupun ketika persalinan. Contoh, mamil dengan diabetes, hipertensi, HIV, gangguan jantung, kehamilan ganda/kembar, pernah operasi sesar, dan lainnya.
Jika mamil dengan HRP tetap memilih bidan, dikhawatirkan akan muncul masalah yang dapat mengancam keselamatan ibu dan janin. Lain halnya jika kehamilan ibu tergolong risiko rendah, tidak harus ditangani oleh dokter obgin. Hanya saja, ibu dianjurkan untuk memilih bidan yang bekerja sama dengan rumah sakit atau dokter obgin. Ini untuk antisipasi bila terjadi kegawatan dan bidan tak bisa menangani, maka ibu dapat langsung dirujuk ke rumah sakit/dokter obgin tersebut.
Hal lain yang perlu dipahami, sekalipun mamil adalah pasien dokter, namun selama menunggu pembukaan jalan lahir di rumah sakit, ibu akan didampingi bidan, bukan dokter. Ini memang sudah mekanisme di rumah sakit bahwa bidan bertugas menjaga pasien dokter obgin selama proses persalinan. Bidan akan mencatat setiap perkembangan persalinan dan melaporkannya dari waktu ke waktu kepada dokter. Dokter pun akan terus memantau kondisi pasien dan menginstruksikan tindakan yang harus dilakukan oleh bidan. Biasanya dokter akan datang sekitar satu jam atau mendekati saat persalinan. Lain hal jika mamil datang dengan kondisi darurat, semisal ketuban pecah dini, maka dokter akan menginstruksikan pihak rumah sakit untuk menyiapkan ruang operasi dan segera datang melakukan persalinan.
Nah, jadi Ibu pilih bidan atau dokter? Pengalaman sejumlah member fanpages Facebook nakita berikut ini, semoga dapat menginspirasi.
”SAYA PILIH BIDAN KARENA….”
“Disamping biayanya terjangkau, bidan lebih sabar dalam menghadapi pasien. Meskipun darurat, bidan tetap sabar dan nurut sama pasien, jadi enggak grasah grusuh dalam mengambil tindakan untuk melahirkan normal atau sesar.”—CANDY JELITA
“Bidan lebih sabar, lebih ngemong, lebih bisa merasakan, lebih bisa memahami gimana rasanya di saat mau melahirkan, jadi enggak terlalu tegang. Cuma pas USG-nya aja harus sama dokter karena lebih akurat hasilnya.”—LASMI PASMIAGO
“Saya cari yang perempuan, di sini jarang SPOG perempuan. Bidan lebih sabar, biayanya juga lebih terjangkau. Saya ke dokter (perempuan) hanya pas USG aja.”—UMI ADZKIYA
“Bidan lebih kekeluargaan dan merasa hangat saat masuk ruangannya. Saya sempat diperiksa dokter SPOG yang juga perempuan berjilbab, tapi pas masuk ruangannya berasa dingin dan kaku. Kalau di rumah bidan rasanya lebih hangat dan langsung bisa ngobrol ngalor ngidul soal kehamilan.”—NURUL KARIMAH
“Selain karena biaya lebih murah, bidan-bidan sekarang, alat-alatnya sudah komplet dan penanganannya bagus. Kalau pasien ada masalah serius biasanya baru dirujuk ke dokter.”—MOM’S TATA ZAZA
“Saya melahirkan di bidan dekat rumah karena posisi dan kondisi kehamilan, alhamdulillah normal, enggak ada masalah. Di tempat bidan juga boleh dutungguin sama keluarga. Selain itu, kami sama-sama perempuan.”—DEWI ALFIANO
“Bidan itu sabar nungguin pembukaan, enggak pakai digunting-gunting. Kalau sama dokter, pas mules-mulesnya yang ngurusin juga bidan. Begitu pembukaan lengkap, baru deh si dokter masuk. Bayarnya mahal pula, he he he. Jadi, aku milih bidan saja.”—AYU ANANDITA
”SAYA PILIH DOKTER KARENA….”
“Anakku lahir di rumah sakit, ditolong oleh dokter dan bidan-bidan yang sudah profesional. Alasan saya pilih dokter dan lahir di rumah sakit adalah di sana tempat berkumpulnya paramedis profesional dan peralatan medisnya lengkap. Jadi, seandainya ada hal-hal yang tak diinginkan, bisa ditangani dengan cepat.”—MIYA ANGELONE
“Saya menerima banyak informasi mengenai keadaan janin saya melalui USG. Apa yang ingin saya ketahui bisa saya tanyakan dan dokter bisa menjawabnya bukan secara umum, tetapi spesifik, sesuai dengan keadaan bayi saya.”—ERRI IDRUS
“Aku hamil disertai dengan kista, takut nanti masih ada kistanya. Aku dioperasi pada umur kehamilan 39 minggu. Puji Tuhan, kistanya juga enggak ada lagi.”—LINA TURNIP
“Kalau ada risiko tak terduga, seperti harus operasi, dapat segera ditangani oleh dokter. Apalagi riwayat mengandung dan melahirkan saya memerlukan tranfusi darah.”—YUNINGSIH DESI
“Pengetahuan dokter lebih banyak, bukan hanya tentang kehamilan, tetapi juga hal lainnya jauh lebih tahu. Selain itu, kalau di dokter, fasilitas lebih lengkap.”—ZHUMA ZHACONE
“Saya waktu itu progam hamil dengan dokter kandungan, jadi biar enggak ganti-ganti dokter dan tahu permasalahan kandungan saya sejak awal. Alhamdulillah, dokter saya telaten meskipun cowok dan bener-bener mengusahakan kelahiran normal, padahal waktu itu saya minta sesar karena takut sakit. Di RS, tiap 4 jam sekali dokter datang ngecek, meskipun tengah malam. Suami juga boleh menemani di dalam.”—UCIQ PIETRIANY
“Saya dua kali melahirkan dengan dokter. Saat proses melahirkan, dokter didampingi bidan-bidan. Kalau di bidan belum tentu didampingi dokter.”—RAHMAH LINDA SURYANOKO
“Awal hamil, saya periksa ke dokter hingga usia kandungan memasuki 7 bulan. Setelah bertanya-tanya tentang tempat melahirkan dan biayanya, saya dan suami memutuskan melahirkan di bidan. Apalagi kandungan saya sehat, Hb saya juga normal, sehingga kemungkinan untuk operasi sesar itu sedikit. Akhirnya saya memercayakan proses persalinan saya kepada bidan.”—NATHALIA MELISSA
“Waktu anak pertama ditangani dokter malah enggak keurus, juga yang menangani bukan dokternya langsung, tetapi asistennya dan konsultasinya lewat telepon karena saat itu si dokter enggak ada jadwalnya. Akhirnya pilih bidan karena lebih perhatian dan kapan pun waktunya melahirkan, bidan siap.”—RUDY ASA
“Waktu melahirkan anak pertama dengan bidan, saya tidak dapat melahirkan dengan lancar, seperti: cara mengambil napas yang baik, mengejan yang tepat, dan banyak lagi. Jadi, proses persalinannya sangat lambat. Berbeda dengan anak kedua yang dilahirkan dengan bantuan dokter, semua berjalan lancar, bahkan saya tidak dapat jahitan sedikit pun.”—WINARNI ADJI
“Awalnya pilih bidan, tapi sang bidan enggak punya hati nurani. Kita diperiksa baik-baik saja, tapi setelah mau melahirkan, disuruh ke dokter yang dia kenal. Dengan banyak alasan, kita disuruh harus operasi, padahal kita udah niat lahiran normal dan kondisi juga semuanya baik.”—LISNA PRINCESS LUMBAN GAOL
“Dari awal kehamilan sampai hamil 9 bulan, saya rajin periksa ke dokter tiap bulan untuk USG. Jelang 2 minggu melahirkan, saya pilih bidan, karena banyak yang bilang kalau bidan itu lebih sabar dan sama-sama perempuan sehingga saya tidak merasa canggung. Alhamdulilah, bidan yang menangani adalah bidan yang sudah terkenal dan banyak yang bilang bagus dalam menangani pasien.”—ALLISA RATU HELMINA
“Di saat melahirkan, bidan selalu mendampingi kita. Bidan ada dan siap siaga 24 jam sedangkan dokter sibuk dengan praktik di tempat lain atau sibuk seminar. Banyak kejadian, dokter datang pas tepat lahiran alias bayi mau keluar, sedangkan bidan selalu mendampingi dari pembukaan awal. Anakku yang kedua sampai gonta-ganti dokter lima kali gara-gara tiap kali periksa, dokternya selalu enggak ada di tempat karena keluar kota. Dokter yang terakhir menyarankan sesar dengan alasan sungsang dan usia sudah kepala 40. Aku lalu pindah ke bidan, alhamdulillah, bisa melahirkan secara normal. Bidan bilang, tidak sungsang. Bidan juga lebih sabar.”—ENDAH
KOMENTAR