Tabloid-Nakita.com - Anak yang memasuki usia batita akan mengalami masa transisi, salah satunya pada perkembangan psikis. Di usia ini, anak mudah menyalurkan ekspresi dan emosinya karena ia belum tahu baik buruk. Salah satu contoh perilaku yang muncul adalah sering memukul dan menggigit. Apa sebabnya? Simak yuk, Bu!
"Usia dua dan tiga tahun belum sepenuhnya memahami emosi mereka atau orang lain, sehingga mereka tidak sengaja menyakiti perasaan seseorang," tutur Carr, PhD, profesor terkemuka di Departemen Psikologi di State University of New York, Stony Brook.
Batita dalam fase ini akan terus belajar tentang sebab – akibat yang dapat ditimbulkan dari hal yang mereka lakukan. "Jika saya melakukan ini, apa yang akan terjadi?" Mereka juga menggunakan satu-satunya alat yang mereka miliki, kata Theodore Dix, PhD, associate professor of human development and family sciences di University of Texas, Austin. "Mereka tidak memiliki keterampilan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan cara yang wajar, sehingga mereka dapat bertindak memaksa atau terlalu menantang," katanya.
Namun, itu bukan langkah yang tepat jika ayah dan ibu lebih memilih untuk membiarkan sang anak bersikap agresif demikian, apalagi dengan memukul atau menggigit. Jika ayah dan ibu tidak campur tangan sekarang, anak mungkin menjadi pengganggu untuk teman-teman sepermainan karena dia akan semakin bertambah usia serta dia tidak akan tahu cara lain untuk mengekspresikan kebutuhannya. Berikut adalah cara untuk mengakhiri tindakan anak yang suka memukul dan menggigit.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Anak Memukul atau Menggigit?
Penulis | : | Avrizella Quenda |
Editor | : | Avrizella Quenda |
KOMENTAR