Nakita.id - Penyakit celiac adalah suatu kondisi di mana seseorang intoleran terhadap gluten seumur hidupnya. Gluten adalah protein yang ditemukan dalam sereal seperti gandum, oat, barley, rye dan beberapa makanan lain. Biasanya alergi gandum ini sudah dapat diprediksi sejak dini.
Seseorang dengan kondisi ini harus menghindari biji-bijian. Diagnosis celiac dan pengelolaan menu menjadi tantangan tersendiri. Jika tidak diobati, kondisi ini bisa mematikan.
Makan makanan mengandung gluten menyebabkan reaksi kebal dalam usus kecil yang bisa merusak lapisan usus dan penyerapan nutrisi penting yang lebih rendah, menyebabkan kesulitan pencernaan dan kekurangan gizi.
Gejala khas yang ditimbulkan penyakit celiac ialah seperti diare, gangguan pencernaan seperti perut menggelembung, perut kembung, nyeri, sembelit, mual, muntah, masalah pertumbuhan, hingga anemia. Tetapi, tidak semua anak memiliki gejala-gejala tersebut.
Penyebab penyakit ini belum jelas. Namun, dengan pemahaman yang lebih baik tentang penyakit Celiack di antara profesional medis dan peneliti, ada beberapa mekanisme yang telah disimpulkan. Jelas bahwa penyakit ini adalah kondisi autimun yang turun-menurun dan melibatkan interaksi faktor-faktor genetis dan lingkungan yang rumit. Praktik menyusui bayi sejak dini termasuk menyusui ASI dan pengenalan awal terhadap gluten telah diasosiasikan dengan perkembangan penyakit ini.
Hingga sistem kekebalan bayi berkembang sempurna, sebagian besar makanan yang diperoleh bayi ialah pemberian ASI atau susu formula. ASI lebih mudah ditoleransi oleh sistem kekebalan tubuh yang belum matang dan dapat memberikan antibodi untuk anak.
ASI dikenal untuk melindungi sistem pencernaan, memperkuat lapisan usus (mukosa), meningkatkan fungsi penghalang dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Buah-buahan, sayuran, daging, dan sebagainya pada saatnya akan menggantikan susu formula, sehingga sistem kekebalan tubuh bayi secara perlahan terbiasa dengan zat eksternal berbeda yang masuk ke dalam tubuh.
Pada beberapa tahap dalam proses ini, beberapa bayi memiliki alergi, intoleransi, dan sensitivitas terhadap makanan atau zat-zat tertentu. Makanan yang ditoleransi kebanyakan orang mungkin menjadi antigen dan memicu respons imun pada orang lain.
Menurut riset, lebih sedikit bayi ASI menderita penyakit penyakit celiac dibanding bayi non-ASI, dan kalaupun menderita penyakit tersebut, itu terjadi pada usia yang lebih tua. Penelitian menunjukkan bahwa risiko penyakit celiac menurun sebanyak 63 persen untuk anak-anak yang diberi ASI selama lebih dari dua bulan dibandingkan dengan anak-anak yang diberi ASI selama dua bulan atau kurang.
Pengenalan secara perlahan dan berangsur-angsur terhadap makanan yang mengandung gluten dalam menu makanan bayi, saat mereka masih disusui, diyakini bisa mengurangi risiko penyakit Celiac di usia dini.
Penelitian lain menunjukkan bahwa bayi berisiko tinggi atau kecenderungan genetik, yang tidak makan apa upn yang mengandung gluten sampai 1 tahun pertamanya, dapat menunda timbulnya penyakit celiac atau, lebih baik lagi, mencegahnya secara menyeluruh.
Belajar dari Viralnya Anggur Muscat, Ini Cara Cuci Buah yang Benar untuk Hilangkan Residunya
Penulis | : | Avrizella Quenda |
Editor | : | Ida Rosdalina |
KOMENTAR