Nakita.Id - Saat bepergian dengan pesawat dalam waktu lama, batita Anda bisa menjadi sangat rewel. Anda mungkin telah menyiapkan berbagai cara untuk menenangkannya. Mulai dari memberinya mainan favorit, buku mewarnai, hingga memberikan gawai/gadget.
Tapi, tak selamanya trik-trik tersebut berhasil. Segera setelah bosan dengan mainan-mainan tersebut, anak Ibu pun siap berulah kembali.
Baca juga: Aman dan Nyaman Naik Pesawat Bersama Bayi
Kalau sudah begini, tidur bisa menjadi solusi yang terbaik. Beberapa anak bisa dengan mudah terlelap setelah kelelahan atau kenyang. Tapi, sebagian justru bertingkah dengan lebih banyak merengek, menangis, hingga menjerit hingga mengganggu penumpang-penumpang lain.
Menghadapi situasi seperti ini, ada orangtua yang nyaman untuk memberikan anak mereka obat antihistamin yang memberi efek kantuk setelah mengonsumsinya. Tapi apakah ini aman?
Baca juga: Kiat Saat Membawa Bayi dan Batita Naik Pesawat
Dr. Hansa Bhargava, editor medis WebMD yang juga seorang dokter anak mengatakan, "Secara umum, setiap antihistamin harus digunakan untuk mencegah alergi atau reaksi alergi." Ia menambahkan bahwa beberapa orangtua mengaku telah menggunakan Benadryl (salah satu obat jenis antihistamin) untuk batita mereka di pesawat, “Tapi pendapat saya, ini bukan penggunaan diphenhydramine (antihistamin untuk alergi dan flu) yang tepat."
Dr. Joel Siev, pengajar klinis di Departemen Ilmu Kesehatan Anak di NYU Langone Medical Center juga setuju. “Meskipun mengantuk adalah efek samping yang umum dari obat Benadryl, obat ini tidak boleh digunakan pada batita untuk membantu mereka tidur di pesawat terbang."
Tapi dia tidak sepenuhnya melarang penggunaan obat ini. “Jika Anda ingin memberikan Benadryl untuk membantu batita Anda tidur, tunggulah hingga ia berusia 4-5 tahun atau lebih.”
Baca juga: Bepergian Bersama Bayi dengan Pesawat
Yang perlu Ibu ketahui, antihistamin bisa memiliki efek sedasi. Sedasi adalah kondisi di mana obat yang diberikan dapat membuat perasaan cemas, tidak nyaman, hingga gelisah. Menurut Dr. Hansa, bukannya membantu anak pulas, obat tersebut malah bisa membuatnya hiperaktif. Pada akhirnya, Ibu malah lebih sulit mengendalikannya.
Penulis | : | Avrizella Quenda |
Editor | : | Ida Rosdalina |
KOMENTAR