Nakita.id - Menyusui bayi dengan menggunakan botol bisa menjadi momen seintens menyusui dengan payudara. Seperti juga menyusui dengan payudara, aktivitas ini menjadi kesempatan untuk membangun ikatan dengan bayi. “Bottle Nursing” adalah istilah yang diciptakan di kalangan Attachment Parenting, tetapi prinsip-prinsip tersebut dapat digunakan oleh semua orang tua.
Berikut adalah 6 langkah untuk membantu Ibu lebih menikmati waktu membangun ikatan dan hubungan dengan bayi saat disusui dengan botol:
# 1. Dekatkan Bayi ke Tubuh Ibu. Ketika bayi menyusu di payudara Ibu, seluruh tubuhnya berada dalam dekat dengan dada Ibu. Wajah, lengan dan tangan keduanya bersentuhan kulit ke kulit dengan ibu.
Baca juga: Hindari Memberikan Susu dalam Botol Besar untuk Bayi
Ketika menyusui dengan botol, Ibu merapatkan bayi dengan posisi kepala bersandar di lengan Ibu, pegang botol sedekat mungkin ke dada. Jika bisa, berikan pengalaman sentuhan kulit-ke-kulit secara penuh, seperti waktu awal-awal kelahirannya. Gendonglah bayi saat diberi susu.
# 2. Buatlah saat memberi susu sebagai waktu yang istimewa. Tatap matanya ketika memberi susu dan bicara dengan lembut kepada bayi Ibu, beri dia perhatian penuh. Ubah posisi selama memberi susu, mirip saat bayi menyusu di payudara Ibu. Minimalkan gangguan-gangguan seperti TV, ponsel, atau percakapan dengan orang lain sebisa mungkin.
# 3. Buatlah agar waktu memberi susu adalah waktu untuk Ibu. Beberapa orangtua menyamakan saat-saat memberi susu dengan botol adalah saat bayi dipegang Ibu, persis seperti yang dia rasakan jika menyusu dari payudara Ibu. Ia akan melihat, mencium dan merasakan Ibu selama menyusu dan ini akan memperkuat ikatan khusus itu. Saat-saat semacam ini juga memberi Ibu kesempatan untuk duduk dan bersantai secara teratur di siang hari.
Baca juga: Kiat Memilih Botol Susu untuk Bayi
#4. Kenali isyarat lapar bayi. Semua bayi lebih suka minum susu kapan pun saat mereka lapar, dan bukan dengan mengikuti jadwal yang ketat. Mengenali isyarat lapar bayi lebih awal juga berarti dia tidak stres ketika Ibu menyiapkan susunya. Menangis adalah isyarat lapar paling akhir, lebih baik dihindari.
Isyarat lapar bayi pada umumnya, termasuk:
Awal - menjilati bibir; membuka dan menutup mulut; mengisap tangan, jari tangan atau pakaian.
Aktif - mencari-cari dada Ibu; mencoba mendapatkan posisi menyusu seperti biasa dengan cara bersandar; menggeliat-geliat, memukul pelan di lengan atau dada berulang kali.
Akhir - menggerakkan kepala dari sisi ke sisi lain; menangis.
Juga kenali isyarat bayi saat merasa kenyang. Lihatlah, ia mungkin mulai menjauhkan bibirnya dari Ibu atau botol, jadi gelisah atua menolak untuk mengisap lagi. Persis bayi-bayi penyusu dari payudara yang membutuhkan jumlah susu yang bervariasi sepanjang hari, bayi Ibu pun mungkin kadang-kadang membutuhkan porsi yang lebih kecil. Dengan memerhatikan isyarat darinya, Ibu bisa menghindari memberikan susu dalam jumlah berlebihan.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Avrizella Quenda |
Editor | : | Ida Rosdalina |
KOMENTAR