Nakita.id - Menurut Drg. Taty Z. Cornain, SpKGA, dari RSUPN Ciptomangunkusumo, Jakarta, ada sejumlah hal yang membuat bayi harus minum susu dengan botol dan dot. Antara lain karena bayi atau ibunya sakit, ibunya bekerja, sedang bepergian, atau pertimbangan lain. Hal itu sering kali membuat ibu harus memberikan ASI atau susu formula lewat botol pada bayi.
Sekarang ini banyak model dot yang ditawarkan kepada konsumen. Di antaranya dot yang disebut ortodontik. Jadi, dot yang masuk ke dalam mulut bayi dimaksudkan akan mantap diisap seperti bayi mengisap payudara ibu. Istilah ortodontik sendiri berarti meratakan gigi. Dengan kata lain, gigi yang berantakan dibuat menjadi rapi. Walaupun, seberapa jauh pengaruh dot ortodontik itu bagi pertumbuhan dan perkembangan gigi bayi, menurut Taty, sebenarnya tak terlalu signifikan. Sebab, tempat gigi adalah di rahang dan berhubungan dengan lengkung gigi. "Jika lengkung rahangnya sempit dan giginya besar-besar, pasti giginya berantakan dan berjejal. Supaya rahang berkembang, perlu dirangsang untuk tumbuh dan berkembang." Perlu diingat pula, perkembangan rahang dan gigi tak lepas dari faktor genetik. Misalnya, anak mewarisi rahang ibu yang sempit, sementara giginya besar-besar seperti sang ayah. Alhasil, perkembangan gigi anak nantinya tidak bagus dan berjejal.
Baca juga: Kiat Memilih Botol Susu Untuk Bayi
Yang patut diperhatikan dalam memilih dot bayi adalah ukuran. Umumnya ukuran dot standar: kecil, sedang, dan besar. Untuk bayi yang masih kecil diberi ukuran yang kecil. Bentuknya disesuaikan dengan ukuran mulut bayi dan lubangnya pun lebih kecil. Demikian seterusnya untuk ukuran sedang dan besar. Jika ukuran dot tak sesuai dengan bayi, bila bayi kecil diberi dot besar maka ia akan mudah tersedak dan akan berpengaruh ke pernapasan. Sebaliknya, bila usia bayi sudah besar dan diberi dot ukuran kecil, ia akan sering marah karena daya isapnya yang sudah semakin kuat sementara susu yang keluar sedikit sehingga ia pun lekas lelah. "Jadi, ukuran-ukuran dot sudah dibuat sedemikian rupa agar sesuai dengan anatomi rahang, proses menelan pada bayi, dan refleks mengisapnya."
Bahan dot pun bisa dipilih, entah dari karet ataupun silikon. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Dot dari karet lebih lentur dan lembek dibandingkan silikon yang agak keras. Tapi dari segi daya tahan, dot dari silikon lebih tahan lama dan awet. Selain itu, dot dari karet biasanya lebih mudah berjamur dan berbau.
Apa pun alasan dan pilihannya, menyusu dengan botol harus dibatasi. Antara lain, tidak dibiasakan memberi botol susu saat si kecil hendak tidur. "Sisa susu yang ada di dalam mulut akan berinteraksi dengan kuman yang berada di dalam. Lama-lama gigi bisa rusak." Jadi, seiring dengan bertambahnya usia anak, ajarlah ia minum susu dari gelas.
Baca juga: Kenali Tanda-Tanda Tumbuh Gigi Pada Bayi
Penggunaan dot terus-menerus juga bisa berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan rahang serta gigi. Cekungan langit-langit atas akan semakin tinggi dan gigi cenderung lebih maju. "Apalagi kalau ia juga mengempeng ibu jari," kata Taty. Hindari kebiasaan memberi anak dot/empeng setiap kali ia rewel. Memang, bayi akan merasa nikmat dan senang karena mulutnya beraktivitas. Bila anak dibiasakan dengan empeng, berarti ibu sudah membentuk pola kebiasaan yang tak baik bagi si anak. Lebih celaka lagi jika empeng dilepas, ia akan mencari pengganti semisal mengisap jempolnya. Padahal, hasilnya sama buruknya, yaitu membuat cekuk rahang dan gigi jadi lebih tinggi. (*)
For the Greater Good, For Life: Komitmen ParagonCorp Berikan Dampak Bermakna, Demi Masa Depan yang Lebih Baik Bagi Generasi Mendatang
Penulis | : | Dedeh Kurniasih |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR