Nakita.Id - Lihat sepatu ibunya langsung dibungkus, begitu juga saat lihat kunci mobil ayahnya. Koran bekas dan kantong plastik jadi teman baiknya. Mengapa, ya,batita getol melakuka aksi bungkus-bungkus barang?
Menurut Niesa Handayani, SPsi., PGD., aktivitas bungkus-membungkus sejalan dengan masa tumbuh-kembang batita, khususnya perkembangan motorik. Membungkus termasuk keterampilan tangan (motorik halus) yang melibatkan kemampuan memegang benda. Jadi jangan heran, meskipun hasil bungkusannya “acak-acakan”, batita akan dengan bangga mempertunjukkan kemampuan barunya ini.
Kegiatan yang memperlihatkan sebuah benda yang tadinya ada, kini tidak tampak di balik pembungkusnya, akan membuatnya girang. Jangan heran pula, karena merasa berhasil dengan bungkusan pertama, anak akan makin penasaran untuk membungkus beragam bentuk benda lainnya.
Baca juga: Gula Bukanlah Penyebab Batita Hiperaktif
Yang perlu diperhatikan adalah memastikan benda yang dibungkusnya tidak tajam atau berbahaya bagi dirinya. Selain itu, kertas pembungkusnya merupakan kertas bekas atau tidak terpakai. Jangan sampai kertas pekerjaan kantor ayahnya atau bahan presentasi ibunya jadi pembungkus. Wah, bisa heboh, nantinya. Jadi, simpan yang rapi kertas-kertas penting, dan siapkan di tempat khusus kertas bekas yang boleh dipakai si kecil.
Dengan menyediakan fasilitas, yang pastinya murah karena kertas bekas/tak terpakai, disertai dukungan serta respons positif dari orangtua, batita akan berusaha mengulang-ulang kebiasan tersebut. Hasilnya, kemampuannya dalam membungkus tentu makin lebih rapi.
Baca juga: Anak Batita Suka Tantangan
Perlu juga dipahami oleh orangtua, di usia batita, seluruh aktivitas anak sebaiknya didampingi dan diberikan penjelasan tentang apa yang sedang dilakukannya. Tapi pendampingan ini bukan dalam arti membatasi ruang gerak anak dalam beraktivitas,lo. Akan tetapi, justru membebaskan anak melakukan hal-hal yang ia senangi dengan tetap mengarahkan menjadi kegiatan yang positif. Ini bertujuan agar anak merasa didukung dan paham atas apa yang sedang ia lakukan.
Selain menyediakan kertas bekas, sediakan pula benda-benda apa saja yang boleh dibungkus. Dengan begitu, orangtua membatasi tanpa perlu mengekang kreativitas anak. Akan lebih baik, jika kebiasaan itu dibuat lebih kreatif agar kecerdasan imajinasi anak makin berkembang. Misal, libatkan anak untuk membuat bingkisan hadiah yang akan diberikan sebagai kado untuk Ayah Ibu. Bila hasil bungkusannya belum rapi, biarkan dan jangan dicela. Akan tetapi, terus dilatih dan memberikan contoh. Hargai setiap usaha anak dengan apresiasi tepuk tangan dan pelukan.
Baca juga: Ketahui Keinginan Anak dengan Mengenali Bahasa Tubuhnya
Usai main bungkus-bungkus barang, minta ia membuka bungkusan itu. Dengan membungkus dan membuka, niscaya kemampuan motorik halus anak makin terasah.
Tak kalah penting, ajar anak untuk membereskannya setelah selesai beraktivitas. Tentu, di usia batita mereka masih butuh dorongan karena belum bisa membereskan mainan sendiri dengan sempurna. Ibu dapat mengatakan, "Yuk, kita bereskan mainan bersama, Ibu Mama lipat ertasnya biar besok dipakai lagi, Adek masukin barang-barangnya ke kotak ini, ya.” Dengan begitu, anak akan gembira melakukannya karena ia berpikir, besok akan bermain lagi.
Penulis | : | Hilman Hilmansyah |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR