Nakita.id - Asupan vitamin E sangat penting selama kehamilan dan untuk perkembangan bayi yang optimal. Menurut ahli, kebutuhan terbesar akan vitamin E sudah harus dimulai sejak masa konsepsi, mengingat vitamin E akan bermanfaat bagi perkembangan saraf dan otak janin pada tahap awal di kandungan. Namun, Badan Kesehatan Dunia WHO merekomendasikan asupan vitamin E ini untuk dikonsumsi dalam bentuk makanan utuh dan bukan dalam bentuk suplemen.
Namun, bagaimana jika ternyata Ibu tidak mendapat cukup asupan vitamin E selama kehamilan? Menurut studi yang dimuat di The Journal of Allergy and Clinical Immunology, ternyata hal ini bisa berdampak buruk terhadap anak Ibu nanti.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti utama Dr. Cosby Stone dari Vanderbilt University Medical Center di Nashville, Amerika Serikat, ditemukan adanya kaitan antara vitamin E dan gangguan asma pada anak. Menurutnya, anak-anak yang lahir dari ibu yang tidak cukup mendapat asupan vitamin E bisa berisiko lebih tinggi menderita asma.
"Kadar vitamin E yang ada pada Ibu selama hamil mencerminkan kadar vitamin E yang didapat oleh janin di kandungan," kata Stone.
Secara spesifik, pada ahli menemukan adanya jenis vitamin E yang kadarnya cukup rendah pada Ibu hamil, yang dapat meningkatkan risiko asma pada anak, yaitu alpha-tocopherol. Tidak tercukupinya kadar alpha-tocopherol pada Ibu selama hamil dapat membuat anak lebih berpotensi menderita wheezing (napas mengi). Gangguan ini membuat anak harus dirawat dengan obat-obatan asma selama dua tahun pertama hidupnya.
"Sumber utama vitamin E adalah minyak, mulai dari minyak bunga matahari, minyak safflower, minyak jagung, minyak dari kacang kedelai, dan minyak canola," kata Stone. "Alpha-tocopherol banyak ditemukan pada minyak bunga matahari dan minyak safflower."
Sejauh ini, hasil penelitian Stone hanya menemukan kaitan antara kadar vitamin E dengan gejala asma pada anak. Jadi, kurangnya vitamin E bukanlah penyebab mutlak terjadinya gangguan asma pada anak. Hasil studi Stone ini dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Academy of Allergy, Asthma & Immunology (AAAAI) pada Maret 2017 di Atlanta.
Penulis | : | Irene Harris |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR