Nakita.id - Vaksin bayi di Indonesia sudah menjadi sebuah kewajiban untuk mencegah bayi terkena penyakit yang disebabkan oleh virus. Bahkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pun memiliki jadwal vaksin yang bisa Ibu lakukan secara berkala. Namun, ada 6 hal yang sebaiknya Ibu pahami terlebih dahulu.
Vaksin bekerja dengan menstimulasi sistem kekebalan anak untuk menghasilkan antibodi terhadap penyakit menular tertentu, jelas Dr Flordeliza Yong, Wakil Direktur Dinas Kesehatan Sekolah di Health Promotion Board, Singapura.
Efek samping ringan, seperti demam biasa dan sedikit nyeri di tempat suntikan adalah reaksi yang bisa terjadi akibat vaksinasi. Tapi reaksi alergi yang serius, seperti sulitnya bernapas, mengi, gatal-gatal, detak jantung cepat atau pusing adalah kondisi yang sangat langka, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Anak-anak justru lebih mungkin menderita sakit yang lebih serius akibat penyakit yang bisa dicegah vaksin, seperti polio yang menyebabkan kelumpuhan, daripada akibat vaksinasi. Setelah anak selesai divaksinasi, tetap tunggu di klinik atau rumah sakit selama 15 menit untuk mengamati reaksi pascavaksinasi yang tidak normal, kata Dr Predeebha Kannan, Wakil Direktur Primary Care Academy di National Healthcare Group Polyclinics.
(Baca juga : Seperti Apa Campak pada Bayi)
Sebagian besar klinik atau rumah sakit akan menyediakan obat demam yang bisa digunakan bila diperlukan dan juga sebagai saran pascavaksin kepada orang tua. Segera temui dokter jika demam anak berlanjut setelah 24 jam atau jika ia menangis terus-menerus.
Tidak ada bukti yang mendukung hubungan antara vaksin campak, gondong, rubella (MMR) dengan autisme, kata Dr Predeebha. Studi awal 1998 oleh Dr Andrew Wakefield menimbulkan kekhawatiran tentang hubungan yang mungkin terjadi dan menimbulkan kepanikan yang meluas di kalangan orang tua, namun kemudian dalam penelitian tersebut ditemukan ada kecacatan.
Meskipun penyakit dapat dicegah dengan vaksin, seperti polio dan campak, yang sekarang sangat jarang terjadi di banyak negara, penyakit tertentu akan terus beredar di beberapa bagian dunia dan dapat muncul kembali dengan cepat saat vaksinasi berhenti, menurut WHO.
Contoh kasus: Selama 20 minggu pertama 2016, jumlah kasus campak di Singapura hampir meningkat tiga kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mendorong Kementerian Kesehatan untuk mendesak orang tua untuk memberi anak mereka divaksinasi terhadap penyakit menular. Campak dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk infeksi otak dan kebutaan.
(Baca juga : Imunisasi Bayi Terlambat. Lakukan ini)
Penelitian telah menemukan bahwa aman untuk memberikan seorang bayi beberapa vaksinasi dalam sehari. Beberapa vaksin bisa digabungkan menjadi satu agar anak mendapatkan lebih sedikit suntikan per kunjungan, kata Dr Predeebha.
Setiap hari, si kecil sudah terpapar begitu banyak zat asing yang menstimulasi sistem kekebalannya (antigen). Menurut WHO, anak-anak terpapar jauh lebih banyak antigen dari selesma atau sakit tenggorokan ketimbang dari vaksin.
Studi dari University of Louisville, Kentucky, di AS juga menemukan bahwa bayi-bayi yang mendapatkan banyak vaksin pada tahun pertama hidup mereka lebih sedikit mengalami masalah perkembangan dibandingkan yang mendapatkan sedikit vaksin.
Dianjurkan untuk tetap mengikuti Jadwal Imunisasi Anak Nasional.. Bila setiap bulan si kecil melewatkan imunisasi yang telah terjadwal, ia berisiko terkena penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, menurut Dr Flordeliza. "Anak-anak yang kehilangan dosis pertama mereka pada usia tiga bulan bisa dimulai nanti. Mereka yang mendapatkan beberapa dosis dan ketinggalan jadwal bisa menyusul tanpa harus memulai lagi, " kata Dr Flordeliza.
Jika anak sedang tidak sehat, vaksinasi mungkin bisa diberikan di kemudian hari karena imunisasi hanya dapat diberikan saat anak sehat, kata Dr Predeebha. Ibu juga harus memberi tahu dokter jika si kecil memiliki alergi (misalnya, anak-anak dengan alergi telur mungkin harus melewatkan vaksin flu), mengalami kejang atau tampak tidak berkembang secara normal, atau memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
(Baca juga : Berikut Jadwal Imunisasi dari IDAI)
Bangun kekebalan anak secara alami dengan membiarkan ia mengalami infeksi. Namun, akan ada dampak negatif, misalnya, infeksi yang bisa mengakibatkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kerusakan otak atau bahkan kematian.
Vaksin berinteraksi dengan sistem kekebalan untuk memproduksi respons imun yang serupa dengan yang diproduksi oleh infeksi alamiah. Vaksin bekerja dalam 85 hingga 99 persen kasus dan sangat mengurani risiko anak terkena penyakit parah dan risiko wabah penyakit, tutur Dr Flordeliza.
"Vaksinasi adalah cara terbaik dan teraman bagi anak-anak untuk mengembangkan kekebalan serta melindungi mereka dari penyakit seperti cacar air dan komplikasinya," tambahnya.
Penulis | : | Avrizella Quenda |
Editor | : | Ida Rosdalina |
KOMENTAR