Nakita.id - Sebuah studi mengungkapkan orang tua yang mengenalkan dan mendorong kebiasaan makan yang buruk pada anak-anaknya dapat menjadi pengumpan emosional bagi si kecil. Makan yang dipenuhi rasa emosional dapat memicu diet yang tidak sehat. Seiring kebiasaan itu berkembang, hal itu bisa menyebabkan gangguan makan seperti binge eating (makan berlebih), bulimia dan anoreksia.
Para ahli dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Child Development menggarisbawahi pemberian makan oleh orang tua yang emosional sangat mempengaruhi cara makan anak-anak yang juga emosional.
Para peneliti dari Norwegia melihat bagaimana orang tua yang memberi makan 801 anak berusia 4 tahun. Kemudian, penelitian ini ditindaklanjuti saat anak-anak berusia enam, delapan dan 10 tahun.
(Baca juga : 4 Kebiasaan Makan yang Salah pada Anak)
Para ahli menentukan penanda perilaku saat orang tua, biasanya sang ibu, memberikan makanan pada anak-anak saat sedang kesal, marah atau frustrasi. Para ahli juga meminta orang tua untuk melengkapi kuesioner selama penelitian berlangsung.
Para periset mempelajari anak-anak yang berusia empat dan enam tahun, yang ibunya memberikan lebih banyak makanan untuk menenangkan hari yang buruk, membuat anak makan secara emosional pada usia 8 atau 10. Para ahli menentukan 65 persen anak-anak mengembangkan cara makan yang emosional sebagai keterampilan dalam mengatasi permasalahan.
Studi ini juga menyoroti siklus pemberian makan emosional dan makan emosional. Ibu yang melihat bagaimana makanan dapat menghibur anak-anak tetap bertahan melakukannya hingga kini. Anak-anak juga menjadi pengumpan emosional karena kemungkinan ia juga menawarkan makanan kepada seseorang yang kesal atau frustrasi. Siklus makan emosional dan pemberian makan emosional dimulai pada masa kanak-kanak dan biasanya disebabkan oleh orang tuanya.
(Baca juga : 5 Kebiasaan Ibu Ini Justru Membuat Anak Susah Makan)
"Kami tahu bahwa anak-anak yang lebih mudah marah dan memiliki lebih banyak kesulitan untuk mengendalikan emosi mereka lebih cenderung makan secara emosional daripada anak-anak yang lebih tenang, mungkin karena mereka mengalami lebih banyak emosi negatif dan makan membantu mereka tenang," ucap rekan penulis Lars Wichstrom.
"Penelitian kami ini menambah pengetahuan dengan menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih mudah marah berisiko tinggi menjadi penyantap makanan yang emosional."
Para ahli menyarankan agar orang tua menunda memberi makanan untuk menenangkan anak-anak yang kesal. Mereka mengatakan bahwa makanan dapat membantu anak sementara, namun orang tua harus mempertimbangkan efek jangka panjang dari kebiasaan ini. Sebaliknya, orang tua bisa memberikan pelukan atau mengajari anak-anak untuk mengatasi keterampilan lain daripada melalui makanan.
(Baca juga : Jangan Lagi Memaksa Anak untuk Makan)
GIV Gelar Kompetisi 'The Beauty of GIVing' Guna Dukung Perjalanan Inspiratif Womenpreneur Indonesia
Penulis | : | Ida Rosdalina |
Editor | : | Ida Rosdalina |
KOMENTAR