Nakita.Id - "Bagi kami yang tinggal di perkampungan, memiliki anak gemuk adalah kebanggaan tersendiri," ujar Ade Sumantri (41) ayah dari Arya Permana (11) yang tinggal di sebuah desa di pelosok Karawang, Jawa Barat. "Kami dan juga banyak penduduk lain menganggap anak yang gemuk itu lucu dan menggemaskan. Jadi, awalnya tak masalah jika Arya bertubuh sangat gemuk, jauh melebihi gemuknya anak-anak lain. Terutama saat usianya 5 tahun, ketika nafsu makan dan minumnya sangat tinggi, berat badannya terus bertambah drastis."
Kasus obesitas yang dialami Arya Permana sempat viral di media massa beberapa waktu lalu karena di usia 11 tahun, dengan tinggi badan hanya 150-an cm, berat badannya mencapai 192 kilogram.
Pertambahan berat badan ini disebabkan nafsu makan Arya yang sangat besar sejak usia 5 tahun. Dalam dua hari, ia bisa menghabiskan hingga 20 gelas minuman dan 4—6 bungkus mi instan setiap hari. Belum lagi nasi dan kue-kue lainnya.Hal ini terus berlangsung hingga Arya berusia 10 tahun. Berat badannya yang semula normal pun naik drastis.
"Kenapa kami membiarkan Arya makan dan minum begitu banyak? Sebab, awalnya kami tidak tahu bahwa pertambahan berat badan yang sangat drastis dan besar dapat membahayakan kesehatan Arya. Berbagai penyakit bisa datang, seperti gangguan jantung, diabetes, hipertensi, paru-paru, gangguan kardiovaskular, dan lainnya. Selain itu, kami juga sering tidak tega membiarkan Arya menangis hingga berguling-guling karena tak dipenuhi permintaan makan dan minumnya. Kami pun mengizinkan ia makan dan minum lagi dan lagi," kenang sang Ayah.
SETIAP MALAM BEGADANG
Saat Arya berusia 10 tahun, mulai terpikir oleh ayah dan ibunya apakah kondisinya ini normal atau tidak. Tubuh yang semakin besar membuat anak ini semakin sulit beraktivitas dengan normal. "Arya tidak kuat berjalan jauh, paling hanya 10 meter. Kalau lebih dari itu, napasnya sesak, sehingga ia harus beristirahat. Pola tidurnya pun berubah, ia sering tidak bisa tidur malam. Jam 5 pagi baru bisa tidur hingga jam 4 sore. Akibatnya, malam hari ia selalu minta makan dan minum. Saya pun mulai menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan Arya," ujar Ade.
Kemudian, oleh orangtuanya Arya dibawa ke dokter di Puskesmas. Dokter menjelaskan bahwa berat badan Arya sudah sangat berlebih dan harus segera diatasi. Dokter menjelaskan bermacam bahaya yang akan dialami Arya jika obesitasnya dibiarkan. Dokter spesialis anak di tempat lain pun mengatakan hal yang sama; Arya mengalami obesitas ekstrem, sehingga berat badannya harus diturunkan segera agar selamat.
"Akan tetapi, kami tidak memiliki uang untuk melakukan pengobatan. Kami hanya berobat ke dokter puskesmas sambil berusaha meminta dan menahan Arya untuk mengurangi makan dan minumnya. Namun usaha ini sulit sekali, Arya masih sering menangis dan marah jika kemauan makan dan minumnya tidak dipenuhi. Meski demikian, masalah sulit tidur malam bisa teratasi. Tiga bulan setelah berkonsultasi dengan dokter, Arya sudah bisa tidur dengan normal," lanjut Ade.
TURUN 17 KG DALAM DUA MINGGU
"Sekitar 10 bulan lalu, ada awak media yang datang ke rumah kami dan membuat berita tentang Arya, tentang kesehariannya, pola makannya, kesehatannya, dan lainnya. Setelah diberitakan, akhirnya banyak orang yang tahu, termasuk Pemda Karawang. Atas bantuan Bupati Karawang, Arya dibawa ke rumah sakit Hasan Sadikin Bandung untuk menjalani pengobatan dan penurunan berat badan. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh tim dokter, Arya diharuskan melakukan diet yang terkontrol. Alhamdulillah, setiap bulan berat badan Arya turun antara 1—1,5 kg dan dalam 8 bulan, berat badannya turun hingga 8 kg," ujar Ade.
Namun, penurunan berat badan ini masih terbilang kurang efektif mengingat tubuh Arya yang sangat berat. Harus ada langkah ekstrem supaya dampak obesitasnya tidak keburu menimbulkan penyakit. Atas bantuan sebuah perusahaan, Arya pun dibawa ke RS Omni Tangerang, Banten.
Di sini Arya ditawari menjalani operasi Bariatrik atau operasi pengecilan lambung secara gratis. Tujuannya untuk mengurangi asupan makanan yang masuk dengan harapan berat badan Arya bisa turun dengan cepat. Operasi yang dilakukan pada April 2017 itu pun berhasil.
"Setelah dioperasi, Arya tidak boleh makan apa-apa dulu, selain cairan yang diberikan oleh tim dokter. Kemudian, Arya pun harus berhati-hati dalam beraktivitas untuk menghindari kebocoran di lambung. Alhamdulillah, setelah dua minggu operasi, Arya sudah bisa makan bubur dan berat badannya pun turun 17 kg. Pada minggu-minggu berikutnya, Arya sudah bisa makan nasi dan berat badannya semakin turun," kata Ade.
Nah, untuk saat ini Arya harus menghindari makanan bersantan dan minuman yang manis-manis. Di rumah, ia diminta tetap beraktivitas seperti biasa. Semoga berat badan Arya bisa terus turun mencapai ideal.
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
Penulis | : | Heni Wiradimaja |
Editor | : | Heni Wiradimaja |
KOMENTAR