Nakita.id - Banyak orangtua yang menganggap memberikan biskuit anak pada bayi adalah aman. Padahal, seperti yang diungkapkan dr. Margareta Komalasari, Sp.A., memberikan biskuit anak untuk bayi jelas berisiko. Salah satunya berisiko menyebabkan anak tersedak. Ini karena tekstur dan bahan-bahan pembuat biskuit anak tidak diperuntukkan untuk bayi. "Ini berbeda dengan biskuit bayi yang biasanya cepat lumer dalam beberapa detik saat masuk ke mulut bayi, sehingga dapat mencegah bayi tersedak." Selain itu, kandungan nutrisi juga boleh jadi kurang tepat. Sebab, kebutuhan bayi berbeda dengan kebutuhan anak. Dengan begitu, bila ibu memberikan biskuit anak pada bayi, komposisi nutrisi yang diberikan pun sangat mungkin tidak sesuai.
Hal lain yang perlu diperhatikan, seperti dituturkan dr Rivan Fauzie, SpA dalam kolom tanya jawab nakita, bila bayi diberi biskuit anak atau dewasa, maka fungsi pencernaannya dapat terganggu. Hal yang perlu diingat, sistem pencernaan bayi di bawah usia 1 tahun, termasuk enzim-enzim pencernaan, belum terlalu efektif dan optimal fungsinya. Dengan kondisi tersebut, tentunya memerlukan sebuah diet khusus yang dapat diberikan sehingga berbeda dari jenis dan tekstur makanan pada anak yang lebih besar atau dewasa. Jenis makanan dewasa dapat saja menyebabkan gangguan pencernaan bila diberikan kepada bayi, misalnya: diare/mencret, muntah, sembelit, dan sebagainya. Sebaiknya kita tidak memberikan jenis makanan orang dewasa, termasuk biskuit kepada bayi di dr bawah usia 1 tahun.
Lebih lanjut dr Margaretha menuturkan, sebaiknya orangtua cermat saat memilih biskuit untuk bayi. Pilih biskuit dengan ukuran kecil sehingga dapat turut merangsang motorik halusnya. “Memasuki akhir usia 7 bulan, bayi mulai mampu mengoordinasikan gerak motorik halus, seperti; meraih, mengambil dan memindahkan benda dari tangan yang satu ke tangan lainnya dengan baik dan mampu menjimpit benda dengan kedua jarinya. Periode ini menunjukkan bahwa kemampuannya untuk memegang dan melepas makanan semakin berkembang."
Dalam fase ini, orangtua dapat memberikan stimulasi berupa finger food dengan ukuran dan tekstur yang tepat (agak kecil namun mudah lumer dalam mulut agar bayi tidak tersedak) sebagai snack, untuk melatih kemampuan menjimpit agar jemari tangannya semakin lincah. "Stimulasi yang diberikan, bisa berdampak pada perkembangan kemandirian makan, kemampuan memegang alat tulis hingga kemampuan menulis di kemudian hari," demikian ungkapnya dalam acara launching Promina Puffs pada Rabu (7/6) lalu di Hotel Shangri La, Jakarta.
Dalam memberikan snack yang tepat untuk buah hati, orangtua juga perlu memilih snack yang bergizi. Snack yang bergizi artinya mengandung baik zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) untuk memenuhi asupan energi harian dan zat gizi mikro (vitamin, mineral, omega 3 & 6) untuk bantu optimalkan tumbuh kembang dan kecerdasan si Kecil” lanjut dr. Margareta.
Penting diingat, ungkap Margaretha, 30% nutrisi harian bayi usia 8 bulan ke atas yang diperoleh dari MPASI (Makanan Pendamping ASI) diberikan dalam bentuk makanan selingan (snack). Oleh karenanya, orangtua perlu memilih jenis snack yang tepat untuk si kecil, baik dari segi kandungan gizi, tekstur, rasa, dan jenis snack itu sendiri. Snacking untuk bayi tidak hanya dapat bermanfaat untuk melengkapi kebutuhan asupan gizi dan variasi makanan, namun juga dapat menjadi sarana untuk menstimulasi kemampuan motorik halus dan melatih self-feeding skill untuk membentuk kemandirian sejak dini.
Berikan Pengetahuan Mengenai Produksi Pakaian Dalam dengan Cara Edukatif, Rider Resmikan Establishment Underwear Factory di KidZania Jakarta
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR