Nakita.id - Terlahir dalam kondisi keluarga miskin di Banana Block, sebuah pemukiman di dataran tinggi PNG, Bongre memulai kehidupannya sebagai bayi laki-laki yang sehat. Tapi tak lama setelah ulang tahun pertamanya pada 2015, ia mengalami pembengkakan di matanya. Ketika orang tua Bongre membawanya ke rumah sakit setempat, mereka memberi obat tetes mata dan memulangkannya.
Setahun kemudian pada Maret 2016, sebuah tumor keluar dari kelopak mata Bongre, dan orang tuanya membawanya kembali ke rumah sakit, di mana ia dulu pernah salah didiagnosis. Kemungkinan kanker tidak pernah dikemukakan hingga Maret tahun ini ketika orang tua Bongre membawanya ke dokter spesialis mata dari Afrika yang sedang berkunjung.
(Baca juga : Dikira Batuk Biasa, Ternyata Anak ini Didiagnosis Kanker)
Spesialis tersebut mengonfirmasi bahwa Bongre memiliki retinoblastoma, sebuah kanker yang tumbuh di sel mata anak-anak yang belum dewasa. Batita ini akhirnya dibawa ke rumah sakit yang lebih besar di kota Mt Hagen untuk melakukan kemoterapi guna mempersiapkannya menjalani operasi. Sembilan dari 10 kasus retinoblastoma disembuhkan dengan cara ini.
Pada tahap tumor telah tumbuh begitu besar, tumor perlu diobati dengan pengobatan radiasi sebelum operasi dilakukan. Tapi, karena pengobatan radiasi tidak tersedia di tempat, Bongre dikirim ke rumahnya dengan hasil diagnosis yang mengerikan. Dokter telah memberinya waktu lima bulan untuk Bongre bisa bertahan hidup.
Ketika para dokter menyerah, komunitas kecil tapi aktif di media sosial turun tangan, dengan ratusan orang berdoa dan meminta bantuan di Facebook. Salah satu pesan itu dibaca oleh Michael Williams, anggota Simbu Children’s Foundation yang berkantor di Port Moresby, sebuah yayasan amal yang membiayai perjalanan anak-anak sakit di PNG.
(Baca juga : Waspada, Ini Gejala Kanker Darah yang Sering Dialami Anak)
“Saya merasa sangat prihatin pada Bongre ketika melihat fotonya, saya pikir ia pasti sangat kesakitan,” kata William. “Namun sebenarnya ia tampak menjalani hidup normal karena ia tidak tahu apa tumor itu. Ia pikir ia sakit mata.”
Michael kemudian meminta bantuan Greg Sheppard, seorang pengacara Australia yang berbasis di Port Moresby yang membayar Bongre dan orang tuanya untuk terbang ke ibu kota untuk mendapatkan penanganan medis kedua.
Bongre, yang sekarang ditangani di Rumah Sakit Umum Port Moresby, memiliki tumor kedua yang tumbuh di mata kirinya. Satu-satunya harapan, yaitu dengan dilakukannya terapi radiasi di Australia
(Baca juga : Mengidap Tumor Tak Harus Bikin Panik)
Seorang dokter bedah dan rumah sakit bersedia untuk mengoperasinya, sementara paspor darurat, visa medis dari Komisi Tinggi Australia di Port Moresby perlu mendapatkan biaya. "Sekarang saya mendapatkan bantuan, saya sangat senang," kata sang ibu, Blighty yang berkaca-mata saat diwawancarai EMTV di Port Moresby. "Tuhan akan memberkati orang-orang ini," tutupnya dengan rasa lega.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Ida Rosdalina |
Editor | : | Ida Rosdalina |
KOMENTAR