Nakita.id - Ternyata, tak mudah mengenakan busana muslim, baik dalam memilih model busana maupun styling-nya. Bagi pemakai pemula, pasar busana muslim yang dipenuhi dengan desain-desain yang dekoratif menjadi terlalu berlebihan. Padahal, tidak semua orang memiliki karakter yang sesuai untuk busana yang sangat dekoratif seperti itu. Di lain pihak, banyak pula orang yang ingin berbusana yang santun, cukup modis, tetapi juga tidak perlu sampai jadi korban mode.
Label busana muslim siap pakai Si.se.sa mempunyai jawaban untuk kalangan tersebut. Sejak didirikan pada tahun 2011, dan mengubah rancangannya menjadi busana muslim syari pada tahun 2013, Si.se.sa tetap berpegang pada konsep rancangannya yang simpel. Ternyata, konsep ini dapat diterima dengan baik oleh target pembelinya yang berada di rentang usia 21-45 tahun.
Asyiknya lagi, Si.se.sa tak lantas terpaku dengan batasan aturan dalam berbusana muslim yang harus tertutup, tidak menerawang, dan longgar. Batasan-batasan itu ternyata bisa disiasati dengan detail sebagai pemanis seperti bordir dan kristal Swarovski, kerut, aksen tumpuk dan berlapis, lipatan, tekukan, hingga menjadi siluet baru dalam rancangannya.
Untuk bahan, Si.se.sa juga menampilkan material baru. Sifon, bahan yang digunakan sejak awal berdirinya label ini, kini tidak lagi menjadi satu-satunya pilihan. Sekarang muncul neoprene yang diberi printing dengan motif sendiri. Untuk koleksi Ramadan dan Idul Fitri ini Si.se.sa menggunakan teknik cetak di atas bahan sifon, crepe dan jersey yang mengambil desain gebyok, pilar khas mesjid Kudus Jawa Tengah, menjadi motif batik. Motif batik khas Kudus untuk rancangan premium ini didesain secara khusus oleh seniman (inhouse artist).
"Temanya batik kudus, karena kami memang asalnya dari Kudus, hati kita di sana. Ayah saya lahir di Kudus. Tetapi batik ini dikembangkan lebih jauh. Motif printing-nya beda dengan koleksi yang kami peragakan di Indonesia Fashion Week Februari lalu. Lebih girlie, lucu. Untuk koleksi ibu dan anak, pakai batik kudus tapi nggak terlalu dewasa atau kekanak-kanakan," jelas Sansa Enandera Pramono (31 tahun), Creative Director Si.se.sa, menjelang Si.se.sa Annual Fashion Show 2017 bertema "Kluargi" di Ballroom Hotel Dharmawangsa, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dengan pilihan koleksi yang semakin beragam, Si.se.sa berupaya mengelompokkan label untuk memudahkan pelanggan menyesuaikan kebutuhan busana sesuai bujet yang dimiliki.
"Beda dengan tahun lalu, tahun ini koleksi kami tersedia dalam empat label. Ini berdasarkan masukan dari customer, karena dulu koleksi kami dinilai mewah dan mahal. Customer ingin yang nggak mahal, bisa buat sekolah atau kegiatan lain. Jadi kami buat tiga label sesuai logo Si.se.sa," papar Senaz Nasansia Pramono (35 tahun), yang bertindak sebagai Marketing Director.
Label pertama adalah Blue, yang merupakan koleksi ready-to-wear regular, dengan aneka busana simpel dengan desain ringan. Koleksi ini menggunakan bahan katun dan denim, dengan harga terjangkau. Label ini memasang target pasar anak-anak muda.
Label berikutnya yang merupakan koleksi ready-to-wear deluxe, Orange, memiliki pasar terluas dari pelanggan setia Si.se.sa. Merek ini memiliki rancangan khas berupa desain transfer Swarovski yang dirancang khusus untuk Si.se.sa.
"Blue itu kelihatan kasual tapi juga keren untuk dipakai jalan-jalan. Daily tapi ada detail lucu. Kalau Orange rancangannya semi formal dengan bordir agak rumit, kombinasi jacquard dan bordir," timpal Sansa.
Ada pun Violet, adalah koleksi ready-to-wear eksklusif yang dirancang secara istimewa dengan pengerjaan tangan. Untuk koleksi Ramadan dan Idul Fitri misalnya, koleksi Violet menggunakan motif cetak batik Kudus berwarna ombre. Koleksi ini menjadi makin premium karena masih ditambahkan dengan butiran Swarovski yang mewah. Karena koleksinya yang sangat terbatas, tidak heran jika harga Violet termasuk yang paling mahal.
Sesuai temanya, Kluargi, yang dalam bahasa Jawa halus bermakna "keluarga", dalam peragaan ini Si.se.sa juga mengeluarkan koleksi busana kembar untuk ibu-anak. Selain itu juga koleksi untuk para ayah yang senada dengan rancangan untuk ibu, serta koleksi untuk keluarga. Koleksi ini merupakan bagian dari label busana khusus ready-to-wear kids yang diberi nama Ti.te.ta.
"Orang cari Si.se.sa itu biasanya dari Violet. Tetapi kalau merasa terlalu mewah, ada Blue dan Orange yang bisa jadi pilihan. Sedangkan untuk koleksi terbaru ada Ti.te.ta, koleksi anak yang inspirasinya dari anak-anak kami bertiga. Koleksi ini kami persembahkan untuk anak-anak, karena loyal customer kami kan sudah berkeluarga. Banyak yang ingin kembaran sama anak-anak, tapi selama ini harus pesan khusus. Nah, kalau ingin yang sudah ada, bisa memakai koleksi ini," kata Senaz.
Ti.te.ta, yang merupakan pelafalan anak-anak dari Si.se.sa, dirancang untuk anak usia 2-12 tahun. "Untuk anak, agar bahannya enak dipakai katun yang adem. Juga denim dan jersey, sehingga kalau keringetan tetap nyaman karena gerakan anak-anak kan banyak," tambah Siriz Tentani Pramono (37 tahun), yang bertugas mengontrol penjualan untuk kawasan luar Jawa.
Secara keseluruhan, koleksi Si.se.sa memiliki ciri khas warna pastel yang lembut. Meski begitu, ada juga warna-warna solid seperti hitam, navy, dan coklat. Pat (bahan penutup yang menyatu dengan kerudung) koleksi label ini dikenal "antitembem". "Kerudungnya memang bikin muka tidak kelihatan tembem. Kalau dicoba pasti langsung pas. Pulang umroh biasanya pelanggan jadi ingin pakai terus," ujar sang ibu, Merry, menutup pembicaraan.
For the Greater Good, For Life: Komitmen ParagonCorp Berikan Dampak Bermakna, Demi Masa Depan yang Lebih Baik Bagi Generasi Mendatang
Penulis | : | Dini Felicitas |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR