Nakita.id - Memberi makan bayi yang lapar sepertinya adalah salah satu tugas paling mendasar orang tua. Namun, sejak awal, cara bayi makan, menambah berat badan dan bertumbuh adalah campuran perilaku dan biologi orang tua-anak yang rumit.
Dr. Ian Paul, seorang dosen kedokteran anak dan ilmu kesehatan masyarakat di Penn State College of Medicine, melakukan sebuah penelitian yang membantu agar para orang tua dapat membaca sinyal bayi mereka. "Banyak orang mengatakan kepada ibu untuk memberi makan saat ada permintaan, tapi mereka tidak pernah tahu dalam menentukan apa yang sesuai dengan permintaan (bayi)," katanya.
Orang tua belajar mengenali tanda-tanda bayi kelaparan dan juga belajar strategi alternatif untuk menenangkan bayi yang menangis karena alasan lain. Seorang bayi yang merasa tertekan tapi tidak terlalu lapar akan tenang jika diberi cairan manis, tapi hal ini bisa menimbulkan masalah kesehatan nantinya.
"Kemampuan normal bayi untuk mengatur emosi akan ditimpa dengan imbalan makanan guna menenangkan mereka, dan kemudian memproyeksikannya ke kehidupan. Jadi, saat mereka kesal atau depresi, makanan menjadi mekanisme untuk menenangkan emosi ini."
(Baca : Tip Mengatasi Bayi Rewel)
Tidak hanya itu, orang tua diajari untuk bisa menenangkan bayi yang menangis menggunakan strategi selain memberi makan, termasuk membedong, mengganti posisi tubuh bayi, diayun-ayunkan, serta pemberian informasi tentang berapa banyak tangisan yang normal bayi sesuai usia.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ketika orang tua mendapat pelatihan ini, bayi cenderung tidak mengalami kegemukan pada usia 1 tahun; Bayi juga tidur lebih nyenyak. "Dokter anak untuk bayi baru lahir memberitahukan orang tua untuk membangunkan bayi setiap tiga jam untuk memastikan ia mendapatkan kembali berat lahirnya," kata Dr. Ian.
Dr. Julie Lumeng, seorang dosen kedokteran anak di Universitas Michigan menekankan bahwa obesitas tidak bisa dipahami dengan baik oleh para ilmuwan; Banyak peneliti percaya bahwa obesitas masa kanak-kanak dapat dicegah dengan cara menyusui, atau dengan mengubah strategi dalam mengenalkan makanan padat, namun hal itu belum dilakukan dalam penelitian.
(Baca juga : Trik Agar Bayi Tidak Sering Rewel dan Mudah Tersenyum)
Ia juga memuji orang tua yang responsif dalam memberikan perhatian penting pada dinamika pemberian makan di awal kehidupan bayi. "Bayi terlahir dengan temperamen yang berbeda dan saya rasa beberapa bayi banyak makan dan beberapa tidak dan mereka membutuhkan jenis pengasuhan yang berbeda," katanya.
Para peneliti menggunakan angket perilaku ketika bayi sedang makan. Mereka meminta orangtua memperhatikan sekitar empat aspek yang berbeda; napsu makan bayi, tanggapan bayi terhadap susu ketika ditawarkan, kenikmatan makanan bayi, dan kelambatan bayi saat diberi makan.
"Kami menemukan bahwa perbedaan antara bayi dalam napsu makannya memiliki komponen genetik yang sangat penting bagi mereka." kata Dr. Clare Llewellyn, seorang dosen yang melakukan penelitian perilaku obesitas di University College London.
"Beberapa bayi terlahir dengan seperangkat gen yang membuat mereka lebih responsif terhadap susu atau makanan yang responsif; Beberapa bayi terlahir dengan nafsu makan lebih banyak," tambah Dr. Clare.
(Baca juga : 8 Cara Atasi Bayi Rewel)
Jadi di awal kehidupan, bayi yang tidak berdaya dan hanya memiliki satu sumber makanan ini bisa menimbulkan interaksi yang bermasalah. "Di ujung spektrum yang ekstrem, ini jauh lebih rumit," kata Dr. Clare.
Sebagai orang tua, penting untuk memahami jenis makanan yang disukai anak dan memberi makan sesuai dengan seleranya. Dengan membantu orangtua memahami dan menanggapi bayi, maka anak juga akan mendapatkan berat badan ideal.
Penulis | : | Ida Rosdalina |
Editor | : | Ida Rosdalina |
KOMENTAR