Nakita.id - Kerontokan rambut yang terjadi selama kehamilan merupakan hal yang wajar. Tetapi ada juga ibu yang rambutnya mulai rontok beberapa bulan setelah melahirkan. Apakah hal ini normal dan berhubungan dengan kondisi tubuh pasca-melahirkan?
David Salinger, direktur International Association of Trichologists yang berbasis di Sydney, Australia, mengatakan bahwa tidak semua perempuan mengalami kondisi tersebut. Beberapa ibu mengalaminya pada satu kehamilan, tapi tidak pada kehamilan sebelum atau sesudahnya.
Trichologists sendiri adalah ilmu yang memelajari pengobatan masalah kulit kepala dan rambut. Secara resmi, istilah untuk efek samping yang dirasakan pasca-kehamilan ini adalah alopecia postpartum, dan dialami oleh 90% ibu yang baru melahirkan.
Menurut Salinger, yang menyebabkan ibu mengalami kerontokan pasca-melahirkan adalah akibat kekurangan hormon estrogen dan progesteron. Selama kehamilan, tubuh mengalami peningkatan kadar estrogen dan progesteron yang cukup tinggi sehingga menyebabkan rambut tetap dalam tahap pertumbuhan, dan bahkan tiap helainya bisa lebih tebal dan berkilau. Kemudian kadar hormon tersebut berkurang setelah melahirkan.
Jika sebelum hamil, normalnya rambut yang rontok bisa mencapai 80-100 lembar setiap hari, maka setelah melahirkan rambut ibu bisa rontok hingga sekitar 400 lembar per hari. Enam bulan pasca-melahirkan, seharusnya jumlah rambut yang rontok berkurang dan lama-kelamaan kembali normal.
Stres adalah penyebab lain kerontokan yang dialami oleh ibu dan umumnya disebabkan oleh tekanan dan kelelahan yang dirasakan saat mengurus bayi. Maka untuk mengatasi kerontokan rambut usai melahirkan, usahakan (meskipun sulit) untuk tidak merasa terlalu stres. Selain itu pastikan asupan kadar gula darah, zat besi, feritin, seng dan vitamin D dalam makanan yang dikonsumsi cukup.
“Makanlah makanan sehat yang mengandung banyak protein untuk membantu proses pertumbuhan rambut, dan jangan takut sering keramas. Beberapa berpendapat bahwa sering keramas bisa menyebabkan rambut makin rontok, tapi kenyataannya frekuensi mencuci rambut tidak akan memengaruhi jumlah rambut yang hilang. Rambut bisa rontok kapan saja,” ujar Selinger.
Jika Ibu merasa kerontokan yang dialami tidak berkurang, kemungkinan besar ada masalah kesehatan yang terjadi. Pertimbangkan untuk berbicara dengan dokter spesialis kulit atau trichologist bersertifikat. Atau pilihlah pengobatan yang mencakup terapi untuk mengurangi peradangan di sekitar folikel rambut yang bisa merangsang pertumbuhan rambut baru.
Intinya, kerontokan rambut merupakan sesuatu yang normal bagi kebanyakan perempuan di usia subur mereka. Selinger juga menekankan bahwa kerontokan tidak akan atau belum tentu semakin memburuk pada kehamilan berikutnya. Bahkan ada kemungkinan hal tersebut tidak terjadi atau kasusnya tidak terlalu buruk.
Penulis | : | Dini Felicitas |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR