Nakita.id - Ada yang mengatakan, apa yang dirasakan ibu saat hamil, dirasakan juga oleh janin di dalam kandungan. Bila ibu senang, janin ikut bahagia. Demikian pula sebaliknya, saat ibu bersedih dan stres, janin pun ikut terkena getahnya.
Ternyata, hal itu bukan ungkapan atau isapan jempol semata. Penelitian dari Durham University, Inggris mengamini akan dampak mengejutkan ketika ibu hamil mengalami sedih berkepanjangan sehingga menyebabkannya stres.
Periset dari universitas Durham dan Lancaster mengatakan temuan mereka, stres yang dialami ibu hamil memiliki efek sementara pada janin di dalam kandungan. Mereka menambahkan, penelitian mereka menyoroti pentingnya mengurangi stres selama berbadan dua.
Hal yang mengejutkan dalam penelitian itu, janin di dalam rahim ibu-ibu yang stres memiliki kecenderungan untuk kidal. Meski begitu, para peneliti menekankan, penelitian itu tidak menjadi acuan mutlak bahwa anak-anak itu nanti akan terlahir kidal, tapi hanya kecenderungan dan hal ini masih bisa berubah.
Penelitian ini dilakukan menggunakan pemindaian ultrasound alias USG 4 dimensi, para peneliti mengamati 57 hasil pemindaian dari 15 janin sehat, serta merekam 342 sentuhan wajah janin.
Janin dipindai lewat USG melalui empat tahap yang berbeda dengan usia kehamilan antara 24 dan 36 minggu kehamilan. Periset juga menanyakan kepada ibu-ibu bayi ini berapa banyak stres yang mereka alami dalam empat minggu di antara masing-masing pemindaian.
Para peneliti menemukan hal mengejutkan, semakin banyak stres yang dialami ibu hamil, semakin sering janin menyentuh wajah dengan tangan kiri mereka. Mereka menambahkan bahwa sejumlah besar sentuhan oleh janin dari ibu yang tertekan (stres) dilakukan dengan tangan kiri, bukan tangan kanan – dan menyentuh wajah dengan tangan kiri mengindikasikan kecenderungan kidal. Coba deh pikir-pikir, untuk kita yang tangan sering menggunakan tangan kanan, jarang kan menyentuh wajah dengan tangan kiri.
Meski begitu, para peneliti tidak langsung mengambil kesimpulan pasti. Sebab, boleh jadi kecenderungan kidal berkurang bila stres ibu berkurang. Apalagi persentase kidal yang tinggi, yang diamati hanya ketika ibu dilaporkan mengalami stres, membuat mereka menyimpulkan bahwa stres ibu berpengaruh pada perilaku lateral bayi yang mereka teliti. Temuan ini dipublikasikan di jurnal Laterality: Asymmetries of Body, Brain, and Cognition.
Penulis utama Dr Nadja Reissland, di Departemen Psikologi Universitas Durham, mengatakan: "Penelitian kami menunjukkan bahwa ibu yang stres memiliki janin yang menyentuh wajah mereka lebih banyak dengan tangan kiri mereka. Ini menunjukkan bahwa stres ibu dapat berpengaruh pada perilaku janin di rahim dan menyoroti pentingnya mengurangi stres ibu pada kehamilan. Janin dapat mendeteksi ibunya stres dan merespons stres tersebut.” Intinya, bukan tangan kiri atau kecenderungan kidal yang dipermasalahkan tapi efek stres pada mental janin dalam kandungan. Bisa dibayangkan janin juga ikut gelisah di dalam rahim saat ibunya tertekan.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa stres ibu pada kehamilan menyebabkan peningkatan kadar kortisol - hormon yang dihasilkan sebagai respons terhadap stres - pada ibu yang dapat menyebabkan preferensi yang berubah untuk perilaku sisi kiri atau kanan pada janin.
Penelitian saat ini tidak menilai tingkat stres janin dan Dr Reissland mengatakan bahwa penelitian di masa depan dapat menguji kadar kortisol pada janin untuk menentukan efek stres lebih lanjut pada perilaku. Apakah stres pada ibu hamil memiliki efek jangka panjang pada perkembangan bayi dan anak setelah kelahiran.
Kesimpulannya, ibu-ibu hamil saat hendaknya lebih mampu mengendalikan stres. Ingat, stres tidak bisa dihindari, tapi bisa dikendalikan. Minta dukungan suami dan keluarga saat masalah melanda, ikut kelas relaksasi, juga selalu berpikir positif sekaligus menikmati kehamilan.
Belajar dari Viralnya Anggur Muscat, Ini Cara Cuci Buah yang Benar untuk Hilangkan Residunya
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR