Nakita.id – Permasalahan rumah tangga harusnya jadi bumbu sedap dalam pernikahan.
Cara menyikapinya, laiknya membuat masakan. Apakah kedua belah pihak bisa mengolah bumbu menjadi enak.
Masalahnya, tak semua orang pandai mengolah bumbu masakan jadi enak, sehingga bisa jadi masakannya jadi tak sedap dinikmati.
Hal tersebut juga sama dalam permasalahan rumah tangga. Bila pasangan atau salah satu pihak tak berhasil memecahkan dan menyelesaikan masalahnya, perpisahanlah ujungnya.
Angel Lelga dan Vicky Prasetyo
Kita semua tahu bagaimana babak kehidupan selebritis yang menuai banyak sensasi, Angel Lelga dan Vicky Prasetyo.
Beberapa waktu lalu, Nakita.id pernah mengumpulkan berbagai bukti dan data. Baik Angel Lelga maupun Vicky Prasetyo, bukanlah selebritis yang muncul karena prestasi, mereka cenderung muncul karena sensasi.
Baca Juga : Inspirasi Model Jumpsuit Batik Kekinian ala Gisella Anastasia
Angel Lelga yang terkenal karena menginapkan raja dangdut Rhoma Irama di apartemennya, kemudian terkenal nikah siri berkali-kali.
Sedangkan, sang suami, Vicky Prasetyo, dikenal sebagai laki-laki penipu sejak awal kemunculannya.
Tentu hal ini membuat warganet menimang-nimang bahwa pernikahannya hanyalah buah dari cara mereka mendongkrak popularitas.
Hasil timangan masyarakat ini tentu ditampik keduanya. Tetapi, drama dan permasalahan demi permasalahan makin muncul usai Angel dan Vicky menikah pada Februari 2018 lalu.
Puncaknya, ketika Vicky Prasetyo membawa ketua RT, media, keluarganya bahkan masyaratak sekitar menggerebek kediaman Angel Lelga.
Vicky nekat melakukan penggerebekan karena ia menduga bahwa perempuan yang masih menjadi istri sahnya tersebut berselingkuh dengan seorang laki-laki yang diketahui adalah rekan kerjanya.
Angel yang tertangkap basah berada di kamar pribadinya bersama Fiki Alman digiring ke kantor polisi untuk dilakukan penyidikan.
Tak hanya sampai di situ, Vicky mengungkap suatu fakta bahwa ia mendengar dari mulut istrinya bahwa sang istri memang berencana menikah dengan Fiki Alman dalam waktu dekat.
Banyak publik figur yang menyayangkan kasus besar rumah tangga Angel dan Vicky.
Baca Juga : 5 Produk Skincare Korea Mengandung Lendir Siput yang Melembapkan Wajah
Bahkan masyarakat menuding bahwa keduanya terlalu mengumbar masalah rumah tangga yang tak seharusnya diangkat ke publik.
Tentu masalah rumah tangganya ini sudah masuk dan akan terlihat dalam rekam media sosial.
Mirisnya, keduanya memiliki anak-anak yang masih kecil dan belum dewasa dalam menyikapi permasalahan orangtuanya.
Bahkan, mungkin anak-anaknya belum mengerti masalah yang menimpa kedua orangtuanya.
Meski begitu, rekam jejak media sosial tergolong sangat kuat. Kapan pun dan di mana pun, anak-anak Angel Lelga dan Vicky Prasetyo bisa saja mencari jejak permasalahan orangtuanya di media sosial.
Bahkan, kadang nama mereka ikut diseret dalam permasalahan orangtuanya, yang sebetulnya taka da hubungannya dengan anak-anak Angel maupun Vicky Prasetyo.
Lebih lagi, mereka akan melihat bagaimana orangtuanya bersikap, bagaimana orangtuanya dibully dan dibicarakan ke sana-ke mari.
Tentu sebagai orangtua yang masih memiliki moral, hal ini menjadi keadaan yang sangat berisiko.
Anak akan berkembang dan dewasa nantinya, tapi apa yang akan berhadapan dengan mereka, mengingat orangtua mereka pernah memiliki rekam jejak yang dinilai sebagian besar orang adalah rekam jejak yang buruk?
Ditambah lagi, Vicky Prasetyo seolah dinilai makin membuat sensasi tatkala ia meminta maaf kepada anak-anaknya melalui akun Instagram.
Hal ini disampaikan Vicky dalam unggahannya saat menemani anak perempuannya lomba membaca puisi.
Dalam unggahannya, Vicky memperlihatkan anak perempuannya, Naira Mano, membuat puisi dalam kertas berbentuk hati dan ditujukan untuk Vicky.
Vicky meminta maaf karena perpisahan yang harus ditempuh olehnya dan Angel Lelga.
Ia juga merasa bersalah karena anaknya menjadi korban dalam perceraiannya dengan Angel.
“Mano adalah puteriku yg ke-2 .....beberapa hari ini dia setiap malam menulis sesuatu yg aku gak boleh tahu .....Mano hanya bilang daddy datang ya di acara akram sekolah aku .....dan aku gak menyangka dia mampu menuliskan sebaik itu dari hatinya yg dia tulis setiap malam .... Mano maafin daddy sama Mommy yaa semoga perpisahan ini bisa menjadi pelajaran untuk semua orang tua di dunia ..hal yg paling menyesal saat ini adalah membuat buah hati kita terluka hatinya sehingga mereka kehilangan senyum ikhlas dan dunia kekanankanya...... Ya Allah berilah kebahagian dunia dan akhirat kepada anak2 kami serta berilah hidayah agar kami sekeluarga lebih mendekatkan diri kepada Allah dan tidak terlalu ambisi mengejar dunia yg sementara ini ...Aamiin Allah huma aamiin.”
Ia juga menyematkan foto bersama anak-anaknya yang lain, juga Angel Lelga dan anak semata wayang Angel Lelga.
Tak hanya sekali, Vicky kembali mengunggah permintaan maafnya kepada anaknya, kali ini, ia juga meminta maaf pada Haura, anak semata wayang Angel Lelga.
Dari unggahannya, Vicky justru makin diberi penilaian negatif.
Banyak yang menyalahkan sikap Vicky ketika tampil di layar kaca dan berbagai sikapnya yang dianggap mencari sensasi.
Meski hal ini ditujukan warganet untuk memberi peringatan pada Vicky, akan tetapi, nantinya, anak-anak mereka akan terlibat secara mental.
Ditambah lagi karena adanya berbagai konflik dan pertengkaran yang diangkat di media sosial dan juga pemberitaan nasional akan terus terekam.
Baca Juga : Dua Kali Digerebek Berduaan dengan Laki-laki, Inilah Perjalanan Hidup Angel Lelga Sejak Dinikahi Rhoma Irama
Perceraian dan Pertengkaran Orangtua Diangkat ke Media Sosial dan Dampaknya pada Anak
Permintaan maaf Vicky kepada anaknya tak seharusnya perlu ia umbar ke media sosial.
Dampaknya, justru banyak warganet yang menudingnya sebagai biang keladi yang membuat anaknya menangis karena merasakan beratnya kisah Vicky Prasetyo dan Angel Lelga.
Memang media juga banyak yang memberitakan hal serupa, akan tetapi, kita tak akan pernah tahu dampak apa yang dirasakan anak-anak yang orangtuanya pernah memiliki masalah dan kemudian diangkat ke media sosial, juga orangtua mereka yang sudah bercerai dan isunya terus terekam dalam media sosial.
Padahal, dengan orangtua mereka yang bercerai atau, secara mental, anak-anak sudah mengalami gangguan, meski ia tak dilibatkan secara langsung.
Pertengkaran Berdampak pada Perkembangan Otak Anak
Melansir dari Good House Keeping, anak otomatis tumbuh dalam kehidupan sehari-hari orangtuanya.
Anak yang tumbuh dalam situasi sulit, contohnya orangtuanya bertengkar akan mengalami gangguan psikis dan emosional.
Bahkan, insiden tersebut akan membentuk mereka menjadi pribadi yang emosional dalam menghadapi tantangan sosial.
Studi tersebut dipublikasikan pada Journal of Family Psychology. Pertama, para peneliti mengategorikan lingkungan rumah keluarga dengan kategori rendah atau tinggi konflik berdasarkan kuesioner yang diisi oleh para ibu.
Kemudian, para peneliti mengukur aktivitas otak anak ketika diperlihatkan foto pasangan yang berpose marah, senang, dan netral.
Hasilnya, anak yang berasal dari keluarga dengan konflik tinggi lebih menunjukkan respons pada otak terhadap foto pasangan orang dewasa yang marah ketimbang anak dari keluarga rendah konflik.
Menurut ketua peneliti Alice Schermerhorn, skenario foto tersebut mirip dengan situasi orangtua yang bertengkar di rumah.
"Cara mereka waspada di rumah sama dengan ketika mereka melihat wajah-wajah marah yang ada dalam prosedur penelitian," ujar Schermerhorn, yang juga asisten profesor departemen psikologi University of Vermont, Amerika Serikat.
Selanjutnya, Schermerhorn juga menjelaskan bahwa respons otak yang sama juga ditemukan pada anak-anak yang berasal dari keluarga tinggi konflik ketika melihat foto pasangan dengan wajah senang.
Hal ini menunjukkan adanya perbedaan respons otak antara anak dari kondisi keluarga yang berbeda.
"Pola ini menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga yang tinggi konflik karena otak mereka terlatih untuk waspada, maka mereka memproses tanda-tanda emosi interpersonal, baik marah atau senang, berbeda dengan anak-anak dari keluarga rendah konflik," ungkap Schermerhorn.
Menurut para peneliti, penelitian lanjutan terkait tema ini masih harus dilakukan dan didalami.
Akan tetapi, mereka menduga kewaspadaan yang tinggi pada otak anak ini akan berpengaruh pada masalah dalam hubungan sosial.
Baca Juga : Sempat Diisukan Tak Akui Anak Kandung, ini Potret Anak Angel Lelga dari Pernikahannya dengan Mantan Bupati
Pertengkaran Orangtua Membuat Hubungan dengan Anak Renggang
Tak hanya berpengaruh pada perkembangan otak, masih menurut jurnal yang dipublikasikan Journal of Family Psycholo¸ peneliti meminta lebih dari 200 keluarga untuk membuat catatan harian selama 15 hari.
Setiap penghujung hari tiba, orangtua diminta untuk menilai kualitas perkawainannya dan hubungan mereka dengan anak.
Peneliti menemukan, di hari-hari pasutri bertengkar, hubungan dengan anak pun ikut-ikutan menjadi tegang.
Karenanya disimpulkan pertengkaran orangtua ikut memberikan pengaruh pada hubungan dengan anak.
Meski begitu, ada perbedaan yang cukup signifikan antara hubungan ayah dengan anak dan ibu dengan anak setelah orangtua bertengkar.
Biasanya hubungan buruk tersebut hanya bertahan satu hari. "Faktanya, dalam situasi tegang, ibu lebih mampu untuk mengendalikan emosinya. Sehingga hubungan yang buruk dengan pasangannya justru akan dilampiaskan pada perbaikan hubungan ibu dengan anaknya," papar penulis studi Chrystyna Kouros, asisten profesor dari departemen psikologi di Southern Methodist University.
Sementara pada ayah, pertengkaran dengan pasangan malah akan menambah buruk hubungannya dengan anaknya, bahkan hingga keesokan harinya.
Kemungkinan ini dikarenakan ayah lebih mudah menumpahkan emosi saat terjadi konflik dengan pasangannya.
Kouros mengatakan, perkawinan tidak hanya hubungan antara dua orang, bila sudah memiliki anak maka hubungan dengan anak mereka juga ikut berkontribusi terhadap langgengnya sebuah perkawinan.
Pertengkaran Orangtua Lukai Emosi Anak
Anak-anak usia balita yang tinggal dengan kedua orangtua yang sering terlibat percekcokan akan tumbuh menjadi anak yang secara emosional tidak aman sehingga mereka rentan depresi, menderita kecemasan, dan mengalami gangguan perilaku di usia sekolah dasar.
Perkembangan konsep diri juga bisa terganggu. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal Child Development membuktikan hal tersebut.
Penelitian dilakukan terhadap 235 orang dari keluarga kelas menengah di beberapa wilayah di Amerika Serikat. Para responden responden diwawancara mengenai pertengkaran orangtua ketika mereka masih bersekolah di TK.
Baca Juga : Pernah Tinggal di Hunian Elit, Sekuriti Ungkap Vicky Prasetyo Sok Kaya
Kemudian 7 tahun kemudian mereka diwawancara kembali. Menurut anak-anak tersebut, ketika mereka masih duduk di bangku TK dan menyaksikan orangtua sering bertengkar, mereka merasa tidak aman dan kurang terlindungi. Mereka juga mengaku merasa sengsara dengan pertengkaran itu.
Sebagian besar anak yang orangtuanya tidak akur itu juga cenderung lebih agresif dan mudah marah. Yang menarik, ternyata tidak semua konflik rumah tangga itu menyebabkan masalah pada anak.
Jika orangtua bisa berkonflik secara dewasa, mampu menahan diri untuk tidak saling berteriak atau melakukan aksi kekerasan, pengaruh pertengkaran itu tidak negatif.
"Masalah terjadi setiap hari. Namun jika orangtua bisa bekerjasama menyelesaikannya serta menampilkan emosi yang positif saat berkonflik, hasilnya justru positif bagi anak," kata ketua peneliti E.Mark Cummings, profesor psikologi dari Universitas Notre Dame.
Dengan kata lain, perbedaan pendapat antar suami istri yang bisa diselesaikan secara baik justru akan mengubah cara pandang anak terhadap suatu konflik.
Ditambahkan oleh Cummings, untuk membantu anak memiliki kematangan emosi yang baik, kuncinya justru bukan membesarkan mereka dalam keluarga yang steril dari konflik.
Orangtua seharusnya mampu memberi contoh pada anak bagaimana mengendalikan emosi untuk "bertengkar" secara adil dan menyelesaikan konflik dengan dewasa.
"Bertengkar adalah hal yang normal dalam rumah tangga. Tapi orangtua harus sadar bahwa anak-anak mereka melihat dan mendengarkan," katanya.
Source | : | Kompas.com,childmind.com,Bustle,Good House Keeping |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR