Nakita.id - Malamnya, BMKG berkoordinasi dengan Badan Geologi melaporkan bahwa pada pukul 21.03 WIB Gunung Krakatau erupsi kembali, menyebabkan peralatan seismometer sempat rusak.
Tetapi seismic Stasiun Sertung merekam adanya getaran tremor terus menerus dan tidak ada frekuensi tinggi yang mencurigakan.
"Berdasarkan rekaman seismik dan laporan masyarakat, peristiwa ini tidak disebabkan oleh aktivitas gempa bumi tektonik namun sensor Cigeulis (CGJ l) mencatat adanya aktivitas seismik dengan durasi kurang lebih 24 detik dengan frekwensi 8 - 16 Hz pada pukul 21.03 WIB," kata Dwikorita dalam keterangan tertulis.
Baca Juga : Anyer dan Lampung Diterjang Tsunami, Permukiman Rusak dan Ada Korban Jiwa
Tak lama kemudian, dari hasil pengamatan tidegauge (sementara) didapatkan data sebagai berikut:
1. Tidegauge Serang di Pantai Jambu, Desa Bulakan, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang tercatat pukul 21.27 WlB ketinggian air 0.9 meter.
2. Tidegauge Banten di pelabuhan Ciwandan, Kecamatan Ciwandan tercatat pukul 21.33 WIB ketinggian air 0.35 meter.
3. Tidegauge Kota Agung di Desa Kota Agung, Kecamatan Kota Agung, Lampung tercatat pukul 21.35 WlB ketinggian 0.36 meter.
4. Tidegauge Pelabuhan Panjang, Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung tercatat pukul 21.53 WlB ketingian 0.28 meter.
Baca Juga : Bisa Cegah Infeksi Miss V, Ini Manfaat Besar Minum Jahe Saat Sarapan
Dampak dari tsunami hingga saat ini tercatat 43 orang meninggal dunia, 584 orang luka-luka, 2 orang masih belum ditemukan dan puluhan bangunan rusak.
Dwikorita mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan menjauh dari perairan Selat Sunda untuk sementara.
"Diimbau untuk menjauh dari pantai Perairan Selat Sunda hingga ada perkembangan infomasi dari BMKG dan Badan Geologi," ucap Dwikorita.
Fenomena Langka
Sementara itu walau tengah menjalani perawatan atas kanker paru-paru stadium 4B yang diderita, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menyoroti khusus adanya fenomena tsunami yang terjadi di kawasan Pantai Anyer, Banten pada Sabtu (22/12/2018).
Fenomena yang diakui sejumlah ahli sangat langka.
Langkanya fenomena tersebut diungkapkan Sutopo merujuk pada pemicu tsunami yang dikabarkan telah menewaskan sebanyak 43 orang, melukai sebanyak 584 orang itu hingga Minggu (23/12/2018) pagi.
Baca Juga : Ini Kondisi Bayi yang Berisiko Mengalami Gangguan Retina dan Kebutaan Permanen
Pemicu tsunami Anyer katanya bukan gempa yang terjadi di dalam laut seperti fenomena tsunami yang terekam seismograph di seluruh dunia pada umumnya.
Pemicu tsunami Anyer dijelaskan Sutopo belum dapat dipastikan hingga saat ini, namun besar kemungkinan tsunami Anyer dipicu adanya longsor bawah laut imbas dari erupsi Gunung Anak Krakatau yang terjadi terus menerus.
Sutopo bahkan mengakui pihaknya sempat kesulitan mencari tahu pemicu tsunami Anyer hingga kini lantaran adanya gempa tremor yang terjadi terus menerus karena letusan anak Gunung Krakatau.
Sementara, tsunami Anyer diketahui terjadi setinggi tiga meter yang meluluh lantakan pesisir pantai sebelah barat Banten, mulai dari kawasan Tanjung Lesung, Labuhan, Carita hingga kawasan Anyer itu.
"Fenomena tsunami di Selat Sunda termasuk langka. Letusan Gunung Anak Krakatau juga tidak besar. Tremor menerus namun tidak ada frekuensi tinggi yang mencurigaikan. Tidak ada gempa yang memicu tsunami saat itu. Itulah sulitnya menentukan penyebab tsunami di awal kejadian," tulis lewat akun twitternya @Sutopo_PN; pada Minggu (23/12/2018) pagi.
Tidak hanya diperkirakan dipicu adanya longsor bawah laut, langkanya Tsunami Anyer katanya didasarkan pada fenomena alam yang terjadi sepanjang Sabtu (22/12/2018) malam.
Diketahui terjadi gelombang pasang akibat bulan purnama penuh.
Benarkan Tsunami Anyer
Sebelumnya, kabar tentang adanya tsunami di pesisir Pantai Anyer, Banten pada Sabtu (22/12/2018) malam sempat dibantah oleh Sutopo.
Namun, bersamaan dengan viralnya sejumlah potret dan video tsunami, Sutopo merevisi seluruh bantahannya tentang terjadinya tsunami di kawasan pantai Anyer, Banten.
Lewat statusnya twitternya pada Minggu (23/12/2018), Sutopo menegaskan kawasan Anyer telah disapu tsunami semalam.
Tsunami yang diperkirakan karena longsor bawah laut Selat Sunda itu terjadi pada Sabtu (22/12/2018) pukul 20.27 WIB.
"Benar, ada tsunami yang menerjang pantai di Selat Sunda pada 22/12/2018, 20.27 WIB. Penyebab tsunami bukan gempa bumi. Namun kemungkinan adanya longsor bawah laut pengaruh erupsi Gunung Anak Krakatau. Bersamaan dengan adanya gelombang pasang akibat bulan purnama," tulis Sutopo.
"Saya mohon izin. Twitt di awal yang mengatakan tidak ada tsunami saya hapus. Agar tidak membingungkan. Kesalahan awal terjadi karena mengacu data dan informasi dari berbagai sumber bahwa tidak ada tsunami. Namun sudah direvisi karena mengacu data dan analisis terbaru," tambahnya menegaskan.
Puluhan Orang TewasSebelumnya, Sutopo menyebutkan dampak tsunami yang menerjang pantai di Selat Sunda, khususya di daerah Pandenglang, Lampung Selatan dan Serang terus bertambah.
Hingga 23/12/2018 pukul 07.00 WIB, data sementara jumlah korban dari bencana tsunami di Selat Sunda tercatat 40 orang meninggal dunia, 584 orang luka-luka dan 2 orang hilang.
Kerugian fisik meliputi 430 unit rumah rusak berat, 9 hotel rusak berat, 10 kapal rusak berat dan puluhan rusak.
"Jumlah pengungsi masih dalam pendataan. Pandeglang adalah daerah yang paling parah terdampak tsunami," jelasnya dalam siaran tertulis pada Minggu (23/12/2018).
Wilayah Terpapar Bencana
Sutopo memaparkan, tsunami Anyer dirasakan di sejumlah wilayah pesisir pantai Banten dan Lampung Selatan, Lampung.
Di Kabupaten Pandeglang tercatat 33 orang meninggal dunia, 491 orang luka-luka, 400 unit rumah rusak berat, 9 hotel rusak berat, dan 10 kapal rusak berat.
Daerah yang terdampak adalah permukiman dan kawasan wisata di sepanjang Pantai seperti Pantai Tanjung Lesung, Sumur, Teluk Lada, Penimbang dan Carita.
Baca Juga : Jadikan Bibir Sehat Merona Alami dengan 2 Masker Ini Saat Malam Hari
Saat kejadian banyak wisatawan berkunjung di pantai sepanjang Pandeglang.
Di Lampung Selatan, 7 orang meninggal dunia, 89 orang luka-luka dan 30 unit rumah rusak berat. Sedangkan di Serang tercatat 3 orang meninggal dunia, 4 orang luka-luka dan 2 orang hilang.
"Pendataan masih dilakukan. Kemungkinan data korban dan kerusakan akan bertambah. Penanganan darurat terus dilalukan. Status tanggap darurat dan struktur organisasi tanggap darurat, pendirian posko, dapur umum dan lainnya masih disiapkan, alat berat juga dikerahkan untuk membantu evakuasi dan perbaikan darurat," jelas Sutopo.
"Masyarakat dihimbau tidak melakukan aktivitas di sekitar pantai saat ini. BMKG dan Badan Geologi masih melakukan kajian untuk memastikan penyebab tsunami dan kemungkinan susulannya," tambahnya.
Source | : | tribunnews,kompas |
Penulis | : | Anisyah Kusumawati |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR