Nakita.id - Dian Nitami baru saja alami body shaming, seorang warganet melontarkan komentar kurang pantas di akun media sosialnya.
Dilansir dari Nakita.id, komentar akun Instagram @corissa.putrie menyindir bentuk hidung Dian hingga dirinya merasa tak percaya diri, menurut penjelasan Anjasmara.
Baca Juga : Dian Nitami Dapat Hinaan, Sikap Anjasmara Dapat Dukungan Banyak Seleb
Murka atas komentar warganet itu, bahkan Anjasmara sampai melaporkan pelakunya ke pihak berwajib.
Di zaman serba online ini, komentar-komentar pedas warganet bukan lagi hal baru. Di ranah media sosial, artis hingga orang biasa bisa jadi sasaran untuk dikomentari warganet.
Fenomena ini telah terjadi di penjuru dunia. Indonesia pun tak terkecuali.
Mungkin Moms pernah melihat atau malah mengalami sendiri. Mendapat komentar pedas dari warganet yang bahkan tidak dikenal Moms.
Maraknya perilaku agresif di internet ini bukan tanpa alasan.
Dosen Komunikasi Media Birmingham City University, Dave Harte, memaparkan jika diskusi di internet memberikan kesempatan untuk mengucapkan hal-hal yang tak mungkin diungkap ketika bertatap muka.
Akibatnya, diskusi-diskusi di internet kerap berakhir kisruh.
Bahkan kelompok yang awalnya berkumpul karena kesamaan hobi bisa terpecah-belah.
Pada group Facebook misalnya, satu post tanpa maksud menyulut keributan bisa menjadi ajang adu argumen.
Begitu pula Instagram.
Foto maupun video dari akun yang tidak diprivasi bisa tiba-tiba viral dan penuh komentar, dari yang positif hingga menjatuhkan.
Inilah yang terjadi di kasus komentar warganet pada Dian Nitami.
Memang menurut hasil survey yang dilakukan Twitter dan brand kosmetik Dove tahun 2014 lalu, wanita paling banyak jadi korban body shaming di internet.
BBC memuat hasil jajak pendapat, dengan hasil lebih dari 5 juta cuitan Twitter memuat komentar negatif tentang kecantikan dan bentuk tubuh ideal.
Ironisnya, 4 dari 5 post itu juga diunggah sesama wanita.
Baca Juga : Jadi Miliuner di Usia Muda, Jonatan Christie Justru Jual Rumahnya yang Bersejarah! Ini Alasannya
Kepala Peneliti Microsoft Research, Danah Boyd, menyayangkan situasi ini. Dia prihatin dengan maraknya komentar negatif di internet.
“Setelah beberapa tahun, internet berkembang dari subkultur menjadi hal yang mainstream, saya melihat wanita-wanita muda kemudian menggunakan internet untuk berkomentar jahat pada orang lain dan dirinya sendiri. Ini menghancurkan hati saya,” komentarnya.
Boyd merasa inilah waktunya kita semua merenungkan apa yang pernah kita ketik dengan jari-jari dan diunggah ke internet. Sebab konten itu akan menjadi konsumsi publik.
Masalahnya juga berada pada internet itu sendiri. Begitu banyak orang terhubung dalam 1 jaringan.
Setiap penggunanya hanya perlu mengetik beberapa kali untuk menyinggung orang lain, baik saling kenal maupun orang asing.
Sebagai pengguna internet, Moms sebaiknya selalu mengingat etika bersosialisasi di media sosial ya.
Source | : | BBC |
Penulis | : | Anisa Annan |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR