Nakita.id - Aktivitas tidak peduli pada alam memiliki banyak dampak.
Dampak dari aktivitas tidak peduli pada alam dapat membahayakan hidup anak.
Hal ini karena anak sebagai generasi penerus yang akan menanggung akibat dari aktivitas tidak peduli pada alam yang kita lakukan.
Aktivitas tidak peduli pada alam ini terbukti pada laporan Living Planet 2018 dari WWF, populasi margasatwa menurun sebanyak 60 persen hanya dalam kurun waktu 40 tahun.
Laporan tersebut mengungkapkan bahwa hilangnya dan berkurangnya habitat alami serta eksploitasi adalah faktor utama penyebab menurunnya populasi spesies.
Baca Juga : Ingin Hidup Anak Kita Terjamin Di Masa Mendatang? Ajari Cintai Alam
Tak perlu jauh-jauh berbicara tentang eksploitasi alam, kebiasaan kita membuang sampah sembarangan entah di sungai atau di jalan sudah menjadi bentuk aktivitas tidak peduli pada alam.
"Kita pasti sudah sering mendengar kerusakan alam di mana-mana.
November 2018, penduduk dunia sudah mencapai 7,7 miliar orang.
Semakin banyak orang berarti kita menggunakan sumber daya alam yang sama, planet ini adalah salah satunya bukti planet yang bisa kita hidupi.
Di tahun 2025 kita akan mencapai delapan miliar ini suatu yang serius, delapan miliar kita share satu planet, sumber daya alamnya bertahan atau tidak.
Kita harus mengajarkan kepada anak bahwa makanan itu bukan berasal dari restoran, makanan yang kita makan berasal dari alam," jelas Sally Kaiola dari Yayasan Konservasi Alam Nusantara saat ditemui di kawasan Kuningan.
Sebelum mengajarkan kepada anak tentu Moms dan Dads perlu mengedukasi diri sendiri.
"Start from yourself. Orang tua dan anak adalah mitra maka berikan contoh," kata Sally.
Baca Juga : Agar Anak Tumbuh Sehat dan Bahagia, Ajarkan Ini pada Si Kecil!
Misalnya Moms memiliki hobi berkebun, ajak anak ikut bertanam di rumah dan menjelaskan kenapa kita harus berkebun.
Di situ akan terjadi diskusi antara kita dan anak.
"Poin pentingnya adalah pintu masuknya ada di mana bagi kita untuk menceritakan suatu yang besar dan penting ini (konservasi alam)," kata Sally.
Bila pintu masuknya adalah anak menyukai hewan maka memperbolehkan anak memelihara hewan peliharaan.
Di sini kita dapat memberikan edukasi kalau kita memberi makanan kepada hewan sama dengan kita yang juga butuh makan.
Maka kita dapat memastikan anak dapat bertumbuh dengan mencintai alam dan tidak akan merusak ke depannya.
Sedangkan menurut Merry Inggriany ibunda dari selebram Moonella mengatakan menjelaskan dampak aktivitas manusia yang tidak peduli pada alam sangat penting kepada anak.
"Kita mungkin akan dapat dampak tapi long termnya ke anak kita. Jadi saya suka bilang ke Moonel: Moonel harus jaga lingkungan, contoh jangan buang sampah sembarangan, kalau nanti misalnya sudah polusi, polusinya sudah banyak, Moonel ke mana-mana harus pakai masker, tidak enak loh pake masker, jadi dari contoh-contoh seperti itu sih," kata Merry.
Merry juga menambahkan, memberikan contoh ketika gosok gigi, tidak perlu menyalakan air kalau mau kumur-kumur baru dibuka.
Lalu bagaimana reaksi orang tua ketika anaknya yang masih kecil membuang sampah? Mendiamkan dan baru dinasihati ketika dewasa?
Menurut Sally, kembali lagi ke orang tua, Moms harus mengedukasi diri sendiri, apakah kita juga membuang sampah pada tempatnya?
"Orang tua adalah contoh yang dilihat dari anak.
Kita bisa memulai menjaga alam di rumah seperti hemat energi. Juga termasuk pada saat kita berlibur disitulah waktunya pendidikan informal sebagai orang tua kita berikan kepada anak-anak.
Baca Juga : Agar Anak Tumbuh Sehat dan Bahagia, Ajarkan Ini pada Si Kecil!
Anak memiliki keterikatan sendiri dengan alam, menurut saya orang tua sekarang sangat berhati-hati menjaga anak mereka pada saat di alam.
Kalau kita memberikan kepercayaan sedikit untuk anak mengalami alam dengan tubuh mereka itu adalah suatu pembelajaran yang sangat penting.
“Apalagi bagi kita yang tinggal di perkotaan, bersentuhan dengan alam hanya terjadi pada saat kita liburan," jelas Sally.
Kalau Moms melihat anak melakukan sesuatu yang merusak, memang waktu yang tepat untuk mengingatkan adalah sedari dini.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: 4 Alasan Moms Harus Hindari Labelling pada Anak
Bila menunggu dewasa, anak hanya menerima sedikit informasi maka yang terjadi adalah mereka tidak mengetahui bahwa menjaga alam penting atau tidak.
Kalau anak menerima sedikit informasi berdampak pada pola hidup tidak peduli.
"Anak sampai usia 19 atau 20 tahun masih terbuka untuk pelajaran. Edukasi itu selama kita membuka diri untuk tetap belajar," jelas Sally.
Sementara Merry berpendapat bagi anak yang membuang sampah ketika kecil, peran Moms tetap mengingatkan bahkan diulang-ulang sampai pada suatu titik mereka benar-benar mengerti.
"Satu kali dibilangin belum dapat di anak, anak masih belum mengenal, mungkin kita harus berkaca lagi, apakah cara penyampaian kita salah? Atau mungkin contoh yang kita berikan ke anak kurang kena. Atau selama ini kita belum pernah menunjukkan yang benar?," kata Merry.
Sally juga menyarankan kepada Moms dan Dads, membuat anak menyukai dunia alam dan hewan maka anak akan mencari informasi tambahan tentang hal ini.
Tak hanya itu, Moms dan Dads juga harus menjelaskan hal yang nyata bukan dari dunia maya.
"Dalam kehidupan ada binatang yang namanya orang utan, yang fungsinya penting banget karena dia hewan penyebar biji di hutan dan biji-bijian itu akan berubah menjadi pohon.
Hal-hal seperti itu yang harus kita pastikan kepada anak karena mereka masih muda mereka terpapar dengan informasi-informasi yang sebenarnya agar naluri anak berjalan." jelas Sally.
Tapi intensitas berapa sering anak mendapatkan edukasi itu mereka sangat penting.
Kita kalau mau refleksi ke belakang, berapa banyak kita memperhatikan isu alam? Tidak semua orang memiliki perhatian karena paradigma yang salah dari awal adalah manusia dan alam terpisah.
“Padahal aslinya kita tidak boleh memikirkan hal tersebut, kita dan alam adalah satu,” tutup Sally.
Moms, Yuk Wujudkan Tubuh Sehat di Tahun Baru dengan Kesempatan Emas dari Prodia Ini!
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR