Melansir dari KOMPAS.com, Livia Iskandar selaku psikolog dan pendiri Yayasan Pulih mengatakan, sebenarnya pelaku korban kekerasan terhadap wanita sebenarnya sudah dapat dilihat sedari masa pacaran.
"Pelaku korban kekerasan umumnya adalah pria yang punya sense of entitlement, merasa punya hak istimewa sebagai pria," ujar Livia.
Menurut Livia, didikan dari orangtua dan lingkungan keluarga yang biasanya membentuk pola pikir atas hak istimewa mengutamakan pria dan mengsubordinatkan perempuan.
Baca Juga : Viral Video Kekerasan pada Anak, Ruben Onsu Ungkap Kemarahannya
"Mereka dibesarkan di keluarga yang memperbolehkan jika seseorang dalam posisi superior tersebut (menjadi seorang pria) bisa melakukan apapun atau semena-mena pada yang inferior," imbuhnya.
Nah, untuk mengetahui pria yang berpotensi melakukan kekerasan sebenarnya cukup mudah.
Selain mengamati relasi pria tersebut dengan keluarga, amati juga pola perilaku pria tersebut terhadap orang lain.
"Biasanya tak hanya kasar dengan pasangan, tetapi juga dengan orang lain, mereka tak bisa mengolah kemarahannya," jelasnya.
Terakhir, Livia mengatakan bahwa mayoritas pelaku kekerasan bukanlah orang yang memiliki gangguan jiwa atau kelainan seksual, melainkan memang merasa puas dengan kekuasaan atas orang lain.
Source | : | Kompas.com,Instagram,nakita.id,cdc.gov,Tribun Jatim |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR