Nakita.id - Kampanye #LovingNotLabelling ini seolah sudah menjadi hal yang mulai diperhatikan orangtua di era kini.
Di zaman dahulu, banyak orangtua yang mengatasnamakan 'tegas' justru kerap melontarkan berbagai label bagi anaknya, baik label positif maupun negatif sehingga membuat mereka mengesampingkan #LovingNotLabelling.
Akan tetapi kini banyak yang sadar bahwa #LovingNotLabelling atau pemberian label pada anak merupakan hal kurang tepat.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Dinilai Merugikan Si Kecil, Ini Cara Orangtua Menghindari Memberi Label Bagi Anak
Bahkan kini banyak orangtua khawatir, di sekolah nanti anaknya justru akan mendapat label dari para gurunya.
Karena tak jarang, pendidikan sekolah memang mengutamakan "take and give", serta "hukuman dan pujian".
Label yang kerap muncul di sekolah seperti halnya, seorang gadis yang pintar dan cerdas dalam pelajaran matematika, tak jarang akan dapat label sekaligus julukan, "gadis matematika".
Atau anak yang terlalu baik kepada teman-temannya akan mendapat label, "anak baik".
Tentu bagi anak hal ini membuatnya berubah dalam berbagai hal, salah satunya tentang keyakinan dirinya.
Melansir dari Working Mother, di luar negeri banyak kasus orangtua justru merasa tak nyaman ketika anaknya mendapat label dari orang lain.
Sebut saja Holly Chessmen, orangtua dari empat orang anak.
"Karena kami memiliki empat anak, wajar bagi orang-orang untuk memuji mereka masing-masing dengan menyebut sifat yang mencolok," ujar Holly.
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Source | : | workingmother.com |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR