Ambruknya Butet yang berperan sebagai Semar ini pun cukup membuat kalang kabut dan panik di belakang panggung.
Pasalnya pementasan masih terus berjalan dan Butet seharusnya masih tampil dalam pementasan tersebut.
"Tentu saja menjadi cemas menegangkan, suasana di belakang panggung. Sementara di panggung, pentas terus berjalan (para pemain tak tahu apa yang terjadi dengan Butet) padahal banyak adegan yang seharusnya Semar muncul di panggung. Saya dari sisi panggung berusaha "memberi kode" pada pemain agar adegan kemunculan Semar di-skip. Pada pemain yang akan muncul kemudian, saya memberikan kemungkinan-kemungkinan impovisasi apabila Butet tak bisa melanjutkan permainan," terangnya.
Namun akhirnya Agus mencoba mengubah sedikit skenario yang berkaitan dengan peran Butet agar ia dapat menjalani perawatan.
Meski tengah dalam keadaan tak berdaya, Butet tetap ngotot ingin meneruskan pementasan tersebut.
Hingga akhirnya ia tetap muncul dalam adegan terakhir atau adegan penutup pentas Kanjeng Sepuh itu.
"Sementara itu, tim produksi bertindak cekatan melakukan pertolongan pertama. Sampai dirawat para medis. Ketika kondisinya pelan teratasi, dan mulai bisa bicara, Butet menyampaikan kalau ia masih ingin terus main. Saya langsung bilang ke dia, "Kamu istirahat dulu. Nyawamu lebih penting dari pentas ini!" Dia malah nyengir "Uasuuuwook." Semua sudah diantisipasi: adegan ending, di mana Butet harusnya muncul, diubah. Tapi detik-detik menjelang adegan akhir itu: Butet bersikeras muncul ke panggung. Saya tak yakin. "Biarlah saya menuntaskan kewajiban saya dengan terhormat malam ini." Begitu ia berkata. "Tapi kowe jangan mati di panggung, nanti malah ngrepoti," kata saya. Dia tertawa. Maka, saya pun membiarkannya muncul menutup adegan terakhir, saat Semar mengungkap rahasia kebenaran.
Saya deg degan di samping panggung. Bagaimana kalau pingsan? Tapi yang saya saksikan: energi seorang "aktor tua" yang luar biasa, tenaga sukmanya muncul memghidupkan peran Semar, suaranya tak terdengar capek atau kelelahan. Bahkan para penonton pun tak merasakan (atau tahu) bahwa Butet baru saja pingsan!" jelasnya.
Source | : | |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR