Sementara itu sang mempelai pria dengan gagah menunggangi kuda di belakang kereta kencana mempelai perempuan.
BRM Bambang Irawan selaku ketua panitia mengatakan bahwa kirab ini diselenggarakan untuk memperkenalkan adanya pengantin baru kepada masyarakat.
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Tanpa Harus Melabel, 6 Cara Ini Efektif Memotivasi Anak agar Rajin Belajar
"Kirab ini memang dianalogikan seperti kirab yang dilakukan oleh Keraton Surakarta," ujarnya (20/7/2019) malam.
Ia pun mengatakan bahwa pihaknya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menggelar kirab kereta kencana ini.
Mengutip Tribun Solo, menurut R.M Happy Paringhadi acara pernikahan ala Kerajaan Jawa ini tidak ada maksud lain selain untuk mendekatkan diri dengan adat Jawa.
"Kita uri-uri bersama budaya dan adat Jawa karena saya juga asli Solo dan kelahiran di Baluwarti," papar Happy.
Happy, mengaku lama merantau di luar Jawa dan saat ini sudah kembali ke Purwosari, Laweyan, Solo.
"Walaupun kerja di Jakarta saya rumah di Solo," terang Happy sembari tersenyum.
Lebih lanjut ia mengaku menggelar pernikahan ini karena begitu mencintai adat Jawa.
Happy, juga merupakan seorang Sentana Dalem, sebuah istilah untuk mereka yang masih berstatus sebagai kerabat keluarga Keraton Surakarta Hadiningrat.
Source | : | Tribun Solo |
Penulis | : | Salmaa Awwaabiin |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR