Dear Ibu Mayke, saya Bunda dari Farrell. Saat ini dia berusia 3 tahun. Saya khawatir dan cemas akan perkembangan psikologisnya karena sebagai anak laki-laki dia cenderung senang mainan masak-masakan. Semua peralatan di dapur, contohnya blender, penggorengan, panci, kompor, dan lain-lain tak luput dari perhatiannya. Sampai-sampai dia tahu semua kegunaannya. Selain itu, Farrell juga senang bermain setrika -setrikaan. Sementara mobil-mobilan, pistol, pesawat terbang jarang sekali dimainkan.
Saya sempat marah sewaktu di mal dia ingin membeli seperangkat mainan masak-masakan, bukannya mobil-mobilan, tembakan atau apa pun yang berkaitan dengan permainan anak laki-laki. Jelas saja saya tak membelikannya. Saya jelaskan bahwa permainan masak-masakan untuk anak perempuan. Tapi dia malah menangis dan tetap mau dibelikan mainan tersebut dengan mengatakan Farrell mau jadi anak perempuan. Aduh Bu Mayke saya sampai bingung!
Pada umur 2 tahun saya sudah menjelaskan perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Saya jelaskan, kalau Bunda adalah perempuan, karena rambut Bunda panjang dan memakai anting, sedangkan Farrell anak laki-laki sama dengan Ayah, rambutnya pendek, tak pakai anting, dan gagah. Farrell mengerti kalau dia adalah anak laki-laki dan terakhir ini pertanyaan seputar perbedaan laki dan perempuan semakin sering ditanyakan.
Saya juga membiasakan Farrell untuk senang membaca dengan membelikannya majalah anak-anak. Walaupun dia belum bisa baca tetapi dia senang sekali melihat gambar-gambar yang ada di majalah. Kalau dia melihat gambar anak laki-laki dan perempuan dia pasti bertanya, “Bunda ini anak laki-laki ya? Rambutnya kenapa, pakai baju apa?” Saya jelaskan, anak laki rambutnya pendek dan pakai celana pendek atau celana panjang. Kemudian dia menunjuk gambar anak perempuan yang rambutnya dikuncir atau memakai bando dan memakai rok. Dia pun bertanya,”Ini anak perempuan ya Bunda, dia pake apa, rambutnya kenapa?” Saya jelaskan, anak perempuan rambutnya panjang, bisa dikuncir atau memakai bando.” Dia berkomentar nyeleneh,”Farrell mau dikuncir, mau pakai bando, Farrell kan perempuan.” Aduh Bu, saya jadi takut dan waswas mendengarnya. Saya kembali jelaskan bahwa dirinya laki-laki sama seperti Ayah. Farrell juga punya “uu” (saya menyebut kemaluan dengan “uu”) itu tandanya Farrell anak laki-laki.
Saya dan suami bekerja sehingga seharian Farrell diasuh pengasuh yang juga bertugas mencuci serta menyetrika setiap harinya. Ibu saya juga membantu pengasuhan Farrell. Sebagai informasi, saya perempuan satu-satunya di keluarga, adik saya semua laki-laki. Saat ini saya masih tinggal bersama orangtua. Bu Mayke, apakah kekhawatiran saya terlalu berlebihan? Apa yang saya lakukan sudah benar? Saya ingin bertemu dengan ibu untuk konsultasi karena saya khawatir ada sesuatu yang tak beres dengan perkembangan Farrell. Saya sangat berharap atas jawaban dari Ibu. Terima kasih atas perhatiannya
Ranti - Tangerang
Jawab:
Maaf Ranti, kalau saya tidak bisa segera memberikan jawaban atas pertanyaan Ranti. Apabila ingin berkonsultasi dengan saya, silakan menghubungi redaksi nakita untuk mendapatkan alamat saya. Akan tetapi sebenarnya Ranti bisa berkonsultasi dengan psikolog lain yang menangani anak-anak.
Untuk meredakan kecemasan Ranti, saya bisa memberi masukan bahwa Ranti tidak usah terlalu menekankan (terus-menerus) bahwa dia laki-laki sebab dia sudah tahu berjenis kelamin laki-laki. Lalu, untuk menyebut alat kelamin laki-laki, jangan diganti dengan “uu”, lebih baik katakan “penis” atau “titit”, sebab kata-kata tersebut bukan sesuatu yang tabu untuk diucapkan, dan memang begitulah namanya. Kalau diganti dengan istilah yang tidak jelas, malah anak akan bertanya-tanya, kenapa namanya aneh, dan lambat laun dia akan menyebut kata “titit”sebagai kata yang jorok, padahal sebenarnya tidak, kalau digunakan secara wajar.
Mengapa Farrell lebih suka main masak-masakan dan menyetrika? Kemungkinan besar yang dia lihat sehari-hari adalah mbak dan nenek yang melakukan kegiatan tersebut. Kemudian, bisa jadi kegiatan masak-memasak menjadi minat dia dan siapa tahu setelah dewasa dia akan menjadi koki yang andal. Ketika dia mengatakan “Ingin jadi anak perempuan,” tidak usah menanggapinya dengan perasaan cemas. Tanyakan saja, “Kenapa mau jadi anak perempuan? Menurut Farrell, apa sih enaknya jadi anak perempuan?”
Kalau Ranti semakin melarang dan mengatakan ia tidak boleh main masak-masakan sebab itu permainan anak perempuan, maka dia akan semakin kuat mempertahankan keinginan atau pendapatnya.
Ketika dia melihat gambar anak perempuan dan menyatakan ingin dikuncir rambutnya, tanggapi dengan santai dan coba saja kuncir rambutnya, lalu suruh dia melihat dirinya di depan cermin. Saya berasumsi, dia ingin mencoba-coba hal yang baru dan ingin membantah apa yang dilarang oleh ibunya, dan hal ini wajar untuk anak usia 2–4 tahun.
Kalau benar yang dia lihat sehari-hari adalah kegiatan memasak, menyetrika, dan sejenisnya, maka saya anjurkan agar ketika libur kerja, Ranti atau suami mengajak Farrell bermain sepeda, bola, atau pistol air di luar rumah. Saya rasa dia akan tertarik pada permainan ini. Sekali lagi, amati dulu dan tidak usah terlalu panik. Salam hangat.
KOMENTAR